[18+] Liberating

16.8K 1.2K 48
                                    

How does it feel?

"I remember that overalls."

Winona serta-merta mengamati pakaian yang dia kenakan hari ini-overalls denim yang warnanya memudar di beberapa bagian dan kaus putih lengan panjang dengan aksen garis biru tua. "Aku udah lama enggak pakai overalls ini gara-gara enggak masuk izin dress code kantor."

"Itu overalls yang kamu kenakan waktu kali pertama datang ke No. 46." Aries mengunci pintu apartemen, lalu menghampiri Winona.

"What? Aku kira kamu cuma ingat macam-macam bumbu dapur," seloroh Winona. "Ternyata hal sekecil ini diperhatikan juga."

Wajah Aries merengut. "Aku jarang melupakan kesan pertama saat bertemu seseorang, Winona. You looked cute. You still look cute."

Lawan bicaranya mengeluarkan tawa paksaan. "Aries, no. Kamu bikin aku merinding sekarang."

Bertemu Winona satu-dua kali seminggu sebenarnya cukup menyiksa Aries. Sang kekasih kadang berdalih kalau frekuensi pertemuan yang tidak terlalu sering justru akan membuat mereka tidak bosan. Toh sebelumnya mereka pernah absen bertatap muka selama satu tahun.

Namun, sekarang situasinya berbeda. Aries sudah lelah melewati semuanya sendirian. Meminta seseorang yang sangat dia cintai untuk hidup bersama memang bukan hal mudah, tetapi tidak berlebihan juga, bukan?

Di satu waktu, Aries masih bisa menahan rasa rindunya. Di waktu lain, dia kesulitan mengungkapkannya melalui kata-kata.

Seperti sekarang.

"Sorry. Should've been to the point."

Tanpa memberi kesempatan, Aries merengkuh wajah Winona dan mengecup bibirnya. Winona sempat menahan tubuhnya sebagai bentuk penolakan karena tindakannya yang terlalu tiba-tiba. Namun tanggapan itu justru semakin mendorong Aries untuk meluluhkan kekasihnya. Setiap kali Winona membuka mulutnya untuk bicara, secepat itu pula Aries membungkamnya dengan ciuman.

Pada akhirnya, Winona menyerah; menanggapi serangan Aries lewat kecupan yang nyaris membuatnya sinting. Aries lantas melepas tote bag yang tersampir di pundak Winona agar ruang geraknya semakin bebas. Sementara salah satu tangannya menyusupi rambut Winona, Aries melingkarkan tangannya yang lain di punggung bawah gadis itu untuk mendorongnya sampai tubuh mereka merapat.

"Hei, tunggu. Aries!" Winona menahan mulut Aries dengan tangannya. Dalam pelukannya, dia bisa merasakan napas gadis itu mulai tidak stabil. "Jangan di sini."

Aries menarik tangan Winona dari mulutnya. "Kenapa? Pintunya sudah aku kunci."

"Bukan itu masalahnya. Aku... masa' sih di lantai?"

"Kali terakhir di dapur-"

Winona menggeleng cepat. "Kamar, oke? Kamar atau aku enggak akan melanjutkan."

Aries menghela napas panjang. "Selama membuat kamu nyaman."

*

Winona mungkin terbuka saat membicarakan topik sensitif seperti seks, tapi meyakinkannya untuk merasa nyaman di atas ranjang bukan perkara mudah. Seperti kebanyakan perempuan, Winona ternyata kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Aries tidak ingat jumlah penolakan yang diberikan Winona kala dia hendak menanggalkan pakaiannya. As long as he remembers, it took so much make out session to finally have the real one.

Aries juga tidak mau tahu sejarah Winona dengan para mantannya, seperti dirinya yang enggan mengingat hubungan-hubungan kasual dengan beberapa wanita di bangku kuliah. Satu yang pasti, Aries tidak mau main-main dengan Winona. Termasuk dalam urusan yang melibatkan tubuh mereka.

Nights with AriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang