Sunday Morning
06.30 WIB
(Nama kamu) beberes rumah dibantu sama bi Sul, assisten dirumah (nama kamu) dan Iqbaal."Hari ini mau masak apa non?"
Bi Sul mencuci piring di wastafel sedangkan (nama kamu) sedang mengelap meja sisa makan malam semalem."Hari ini kita nggak usah masak ya bik, ntar kita makan diluar aja."
"Lha nanti kalo den Iqbaal mau makan? Ntar den Iqbaal marah-marah kalo nggak di masakin. Saya masakin makanan kesukaan den Iqbaal aja ya non."
"Nggak usah masak bik, bodo amatlah kalo dia marah-marah." ucap (nama kamu) dengan ekspresi nyengit.
"Non (nama kamu) lagi berantem ya sama den Iqbaal?" Bik Sul duduk di kursi meja makan. (Nama kamu) juga duduk disampingnya.
"Aku nggak berantem, tapi aku kesel aja sama dia."
"Gara-gara masalah seperti biasanya itu?" bi sul sampai hafal masalahnya. Tiap mereka berantem pasti bi sul lah orang yang selalu menasehati (nama kamu) untuk bisa bersikap dewasa.
"Iyalah bik, gimana nggak kesel coba? Dia itu udah punya istri tapi masih aja kelayapan. Semalem dia pergi abis Isya' pulangnya hampir jam 3." protes (nama kamu).
"Sudahlah non jangan ngambekan. Namanya juga manusia. Pasti memiliki kegemaran yang berbeda-beda. Ya mungkin itu, komunitasnya den Iqbaal itulah yang membuat dia bahagia juga. Selain memiliki dan menyayangi non (nama kamu). Dan mungkin itu sudah menjadi sebagian penghilang penat den Iqbaal ketika dia lelah dengan pekerjaannya."
"Tetep aja aku kesel sama dia, tapi aku sayang banget bik sama dia. Aku nggak mau kehilangan dia."
"Lagian den Iqbaal perginya cuma seminggu sekali. Biarin lah non dia berkumpul sama teman-temannya. Dulu waktu den Iqbaal Iqbaal belum nikah sama non (nama kamu). Hampir tiap hari dia kelayapan non. Sekarang mungkin sedikit demi sedikit dia udah mulai berubah."
(Nama kamu) bosan sekali dengan pernyataan itu. Oke (nama kamu) elo gak boleh egois. Elo harus bisa menghadapi ini semua. Iqbaal juga punya kesibukan sendiri. Oke fix jawabannya hanya satu, yaitu SABAR.
09.45 WIB
(Nama kamu) pov
Setelah selesai beberes sama bik Sul. Aku mandi. Membersihkan badan yang sudah lengket dari keringat.Di kamar
Iqbaal masih setia berada di balik selimutnya. Tampan sekali suami ku ketika dia tidur dengan pulasnya. Wajah polosnya sungguh menggoda iman. Sayang.. Wajahnya aja yang polos tapi otaknya naudzubillah. Aku menatap wajahnya lekat-lekat. Ehm.. Kenapa aku jadi berpikiran yang enggak-enggak. Masih pagi (nama kamu) nggak boleh berpikiran kotor. Andai saja kamu itu nggak senyebelin dan sengeselin itu. Aku makin sayang sama kamu. Biar bagaimanapun sikap kamu, aku tetep sayang kamu. Seketika Iqbaal membuka matanya dan dia menatapku. Aku belum tersadar kalo aku melamun menatap dia."Cieeee ngeliatin aku sampe nggak kedip gitu." Ucap Iqbaal dengan suara seraknya.
Aku terbuyar dari lamunan ku, dengan geleng-geleng kepala.
"Ewh.. PD." aku berlalu meninggalkan Iqbaal ke kamar mandi.
Author pov
Iqbaal bangkit berdiri mengejar (nama kamu) ke kamar mandi."Udah nggak ngambek lagi babe?" (nama kamu) dipepetkan ke tembok sedangkan iqbaal di depannya dengan tangan nya yang satu bersandar di tembok.
(Nama kamu) hanya diam menatap Iqbaal.
"Hm mungkin antara marah atau nggak marah itu nggak penting. Yang penting kamu sayang sama aku dan aku juga sayang sama kamu."
"Berarti kamu nggak mikirin gimana perasaanku?" tak sadar air mata (nama kamu) menetes. Ia berusaha mendorong tubuh Iqbaal tapi Iqbaal berusaha menahan nya dengan memegang kedua bahunya.
"Maksudku bukan seperti itu sayang. Biarbagaimanapun perasaan kamu ke aku. Aku mau ngucapin makasih ke kamu. Karena kamu mau nerima dan menyayangi aku walaupun aku bersikap sesukaku. Kamu udah sabar menghadapiku. Aku minta maaf kalo aku sering ngebuat hatimu kesel. Aku sayang sama kamu dan aku nggak mau kehilangan kamu." iqbaal memeluk (nama kamu) erat dan membiarkan dia menangis di pelukannya.
Bersambung
Twitter @oktavianisulist
Ig via.ds
Di follow ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Know You Now ✖IDR
FanficCek Profil Baca 👉(Bukan) Karena Harta 👉Just Caption