Yuna mengetuk-ngetukkan pulpen ke dagunya beberapa kali. Gadis bersurai panjang itu menghela napas panjang dan kembali menatap layar ponselnya. Entah sudah kali kesekian ia melirik layar ponsel demi balasan dari Chengxiao yang tak kunjung datang.
LINE!
Ah, ternyata Chengxiao masih bersama Seokmin di kampus. Pantas saja, gadis itu sulit dihubungi. Sinyal di kampus memang terkenal buruk, sih. Yuna tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaannya tanpa data dari Chengxiao, jadi lebih baik dia menyerah saja. Yah, nggak papa sih, mending gue ngerjain tugas trus tidur aja.
Sejak minggu lalu, ada banyak hal yang membuat kepala Yuna serasa akan meledak. Selain tugas yang terus menumpuk, ia juga harus menyandang tahta sebagai Nyonya-Super-Ribet di kepanitiaan diklat tahun ini. Seenaknya saja Seokmin; yang notabenenya ketua pelaksana, menunjuknya sebagai ketua divisi acara.
Sebenarnya, bisa saja sih, Yuna mundur dari jabatannya dan memilih orang lain sebagai pengganti. Tapi ini Seokmin, lho, yang menunjuknya langsung. Dia tidak bisa berkata 'tidak' pada lelaki itu. Ibaratnya, Seokmin boleh saja memintanya sebagai ketua pelaksana. Yuna tidak akan protes.
Satu hal lain yang memenuhi pikiran Yuna adalah ucapan Seokmin waktu itu. 'Tunggu satu minggu lagi ya.' Apa-apaan? Bisa-bisanya dia bilang begitu, menggantungkan secercah harapan pada dirinya, lalu memutuskan untuk bungkam setelahnya. Emang gue apaan? Jemuran kali digantung-gantung. Batinnya kesal.
Dusta kalau Yuna bilang ia tidak menghitung mundur tiap harinya. Hatinya ingin percaya, namun Yuna tidak bodoh, ada satu bagian di dirinya yang terus mengingatkan kalau Seokmin bisa saja hanya membual; seperti biasanya. Toh lelaki itu terkenal akan omong kosong dan candaannya yang terkadang kelewatan.
"Bentar deh, dia bilang seminggu. Sekarang udah... 1... 2... 3... 6 hari," Yuna mengangkat jemarinya untuk menghitung. "LAH BESOK DONG ANJIR?!?"
"YUNA! JANGAN TERIAK-TERIAK, UDAH MALEM!"
"SIAP BUNDA LAKSANAKAN!"
Duh. Mampus.
----------
Pukul 3.15 siang, dan rapat masih belum dimulai. Biasa, sih. Masih ada yang belum datang; seperti Sujeong si bendahara, Jungkook dan teman-temannya yang memang biasa ngaret, dan beberapa anggota divisi perlengkapan.
Lelah duduk bersila sedari tadi, Yuna meluruskan kakinya lalu bersandar pada tembok. Eunha yang duduk disebelahnya masih sibuk mencoret-coret rundown, membuat revisi-revisi kecil. Setelah sepuluh menit berlalu, Yuna yang hampir tertidur dikagetkan oleh cubitan Eunha di pinggangnya. Gadis itu mengaduh kesakitan, sejurus kemudian menatap tajam sahabatnya.
"Apaan sih, Ha? Sakit anjir,"
Eunha meletakkan pensil serta kertas rundown di atas pangkuannya. "Yun, lo udah denger belom, katanya acara kita ada problem sama perizinan," ia memulai pembicaraan dengan suara pelan, nyaris berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
And October
Fanfic[ A Sequel of Sweater Weather ] Mungkin di kamus Seokmin, satu minggu itu tujuh hari ditambah faktor eksternal lainnya. Berbeda, memang, dari kebanyakan orang. Makanya, salahkan saja dia saat Yuna sudah ketar-ketir di hari ketujuh; hatinya di ambang...