Jika aku di beri kesempatan lagi
Aku berharap bahwa aku tidak akan bertemu denganmu, tidak akan mencintaimu
Aku harap hatiku akan berhenti mencari keberadaanmu
Kali ini kuharap aku akan mencintai orang yang juga mencintaiku. Aku harap, saat hatiku terlahir lagi nanti, aku tidak akan menemukan namamu lagi di dalamnya…
***
Musim Gugur, Korea Selatan.
“Jadi bagaimana keadaan adikku?” Heechul menegakkan duduknya. Melihat gelagat dokter muda di hadapannya yang enggan untuk menatapnya, tiba-tiba saja dadanya diliputi berjuta firasat aneh. Belakangan ini dia dan adiknya tidak terlalu akur, malahan terakhir kali mereka bertemu Heechul sempat melayangkan sebuah tamparan ke pipi mulus sang adik. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika ternyata kebersamaan terakhir mereka ditutup dengan tragedi semacam itu.
Kalau saja Heechul tahu bahwa setelah peristiwa memilukan itu adiknya akan mengalami kecelakaan yang menyeret jauh kesadaran adiknya, dia tidak akan membiarkan tangannya kehilangan kontrol untuk menampar pipi adiknya itu. Adik yang seharusnya dia jaga, keluarga satu-satunya yang dia miliki setelah Ayah dan Ibu mereka meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat lima tahun yang lalu. Kepala Heechul saat ini di penuhi sebuah pertanyaan besar ‘Apa semua anggota keluarganya harus terenggut darinya dengan cara yang sama? Kecelakaan?’
Dokter muda itu menarik napas frustasi, dia akhirnya mengangkat hasil Rontgen dan CT scan milik pasiennya. “Maaf untuk mengatakan ini Tuan Choi, tapi kemungkinan besar sebagian memori adik anda akan hilang. Bisa saja ini berlangsung sementara, tapi saya takut kalau ini akan berlaku permanen.”
Heechul tercengang. Dia kira kejadian semacam ini hanya ada di dalam drama, tapi siapa sangka hal dramatik seperti ini dapat menimpa adiknya. “Amnesia maksud anda?”
“Benar, trauma kepala yang dialami adik anda tergolong lumayan berat. Adik anda mengalami gagar otak, tapi saya dan tim telah melakukan semua hal yang kami bisa. Kita hanya tinggal menunggu hasilnya. Saya sarankan anda berdo….emmm… Adik anda sudah bisa di temui jika anda mau.” Wajah dokter itu berubah pucat, hampir saya dia mengatakan hal yang tidak perlu. Semua orang juga tahuh bahwa Heechul tidak pernah berdoa. Mungkin juga tidak bergantung pada sesuatu bernama Tuhan. Hampir saja dia kehilangan lidah, sekaligus pekerjaan di Rumah Sakit ini. Untung dia tidak terlanjur mengatakannya.
“Aku ingin segera menemuinya…” Heechul mendorong kursinya ke belakang. Kakinya terlalu berat untuk melangkah. Jika hal buruk menimpa adiknya maka ini semua adalah salahnya. Bukan saja karena malam itu dia melayangkan tamparan pada adiknya. Tapi kalau saja dari awal dia bisa mencegahnya, mencegah orang itu memasuki kehidupan adiknya maka adiknya tidak perlu mengalami peristiwa seperti ini.
Heechul sudah bisa menilai bahwa orang itu akan memberi pengaruh buruk pada adiknya-di mata Heechul semua masyarakat kelas bawah itu tidak pernah membuatnya yakin- Heechul rasa dia sudah berhati-hati, tapi dia lupa kalau adiknya luar biasa keras kepala. Selain kelalaian Heechul, tentu kekeraskepalaan sang adik juga patut disalahkan. Benturan keras di kepala itu mungkin hukuman yang paling setimpal bagi kekeraskepalaannya.
Tapi Heechul tahu bahwa menyalahkan siapapun di saat ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Adiknya sudah terlanjur terbaring di ruang ICU, belum mendapatkan kembali kesadarannya, bahkan setelah tiga hari dia di sokong oleh selang pernapasan, cardiograph dan infus.
Dari jendela kecil yang terletak di pintu, Heechul menerawang jauh ke dalam ruangan. Adiknya masih terbaring di sana. Heechul lebih suka adiknya marah padanya, merajuk, memakinya sekalipun. Tapi dia tidak suka jika adiknya hanya terdiam seperti ini, dunia Heechul seakan ikut membeku di sini. Heechul mengurungkan diri untuk masuk. Ia duduk di kursi tunggu yang berada di sebelah pintu. Heechul menyandarkan diri ke punggung kursi. Kepalanya menengadah ke atas. Ada sesuatu yang dia ucapkan dalam hatinya. ‘Jika Tuhan memang ada di dunia ini, aku akan meminta untuk sekali ini, tolong jangan renggut Hyesun.’ Jika Hyesun juga terenggut dari sisinya, Heechul tidak tahu lagi apakah dia masih sanggup menjalani sisa umurnya.