Chapter 3 - fake home!

428 34 26
                                    

Disini aku terduduk dengan sejumlah orang yang sudah terikat denganku beberapa hari ke belakang. kami terduduk sangat canggung bahkan beberapa kali mendesah kesal karena suasana yang kami ciptakan terkesan membosankan. sampai seorang pria bertubuh besar menghampiri kami.

"uhm! aku sengaja memanggil kalian semua untuk membahas ini" ujarnya dengan suara serak yang mantap

tak ada satu pun dari kami yang menyambut kedatangannya ataupun mengangguk untuk menjawab basa-basi-nya. entahlah, kami terlalu enggan.

"baiklah anak-anak orang kaya, mulai besok kalian boleh membawa anakku pulang ke rumah baru kalian di   Maldives   " ujarnya singkat

aku tercengang. entahlah, apakah hanya aku saja yang kaget setelah mendengar itu? ku lihat wajah mereka satu persatu dan tak ada yang melihatkan ekspresi histeris seperti yang ku keluarkan sekarang. bahkan mereka terkesan masa bodoh dengan hal ini.

"tapi, mengapa harus di Maldives ?" protesku

"karena di Maldives memang tempat yang cocok untuk kalian semua! tempat yang sepi, sunyi. indah. tanpa jepretan kamera paparazzi yang masih penasaran atas pernikahan langka seperti ini" ujarnya santai. ia mengangkat kedua kakinya lalu dia letakan di atas meja dengan posisi setengah terbaring.

"dimana sopan santun mu?" ujar Louis. tak disangkal, sopan santun dan tatakrama adalah prioritas nomer satu untuk keluarga Louis.

"diam bocah ingusan!" bentaknya dan semakin membuat image dirinya sendiri terinjak di depan mereka---para anak-anak dari golongan darah biru.

"hahaha bahagia nya aku tidak jadi miskin!" ujarnya bersorak pada dirinya sendiri

"hey, kalian! apa malam ini kalian mau merayakan kesenanganku di meja bar?"

keadaan semakin hening. hanya tautan alis mereka saja yang menonjol di wajah mereka.

"tawaran menarik," ujar Zayn singkat. shit! berandal-_-

"umm, apakah ada wanita disana?" tanya Harry

"semua jalang terbaik di dunia ada disana, haha" jawabnya

"wow, aku ikut!"  ujar Harry bersemangat. ia pun menyeringai kearahku sambil bertanya. "tak apa kan malam ini aku bersama jalang-jalang yang umm.. nikmat itu, honey?" tanyanya. aku hanya bisa memutarkan kedua bola mataku dan menahan rasa mual saat Harry memanggilku Honey.

"shit!" umpatan tajam keluar begitu saja dari bibir Liam sebelum ia meninggalkan kami di ruang itu masih terduduk canggung

"Dad, aku mohon! jangan Maldives. itu terlalu jauh" ujarku

ia pun tampak mengabaikanku. tangan kanannya mulai mengambil satu batang rokok yang tersimpan dalam saku kemejanya. sedangkan yang kiri mengambil cerutu di saku celananya. mulailah ia merokok tanpa memperdulikan pertanyaanku. tak heran jika selama ini aku tak pernah merasa sebagai anaknya. aku hanyalah boneka yang bisa bicara baginya.

"Dad?!" sergahku

"Daddy..!" ujar ku mulai geram

"GERALD!" emosiku memuncak dan seketika kata itu keluar begitu saja dari bibirku

keadaan yang semula hening kini semakin hening. ayahku melihatku sekilas lalu kembali menghisap rokoknya sampai ruangan ini terpenuhi oleh asapnya yang -_-wtfJerk!

"aku bilang tak ada yang boleh membantahku!" ujarnya datar tanpa menoleh ke arahku lagi

pelupuk mataku terasa berat. buliran buliran itu pasti sebentar lagi akan menetes. sambil menahan geram aku pun memutuskan untuk pergi dari ruangan yang telah dipenuhi asap rokoknya yang jahanam.

Miserab?ble!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang