Sincerely, Mom

1.8K 177 8
                                    

Jam pulang adalah jam yang paling ditunggu-tunggu oleh anak sekolah. Ketika bel sudah berdering selama tiga kali, anak-anak langsung membereskan barang- barangnya dan memasukkan semuanya ke dalam tas, bersiap-siap untuk doa pulang.

Termasuk Riko dan Indra.

"Rik, lo malem ini ada acara?" Tanya Indra sambil memeriksa laci mejanya.

"Gak ada kayaknya mah. Emang kenapa?" Jawab Riko sebelum akhirnya ia menanyakan maksud dari pertanyaan Indra itu.

"Lo mau ikut... nonton balepan?"

"Nonton balepan?"

"Iye, mau gak?"

Riko mengerutkan dahinya. "Jam berapa?"

"Sepuluh," sahut Indra.

Riko terdiam sebentar. "Ya udah ntar gue kabarin lo lagi aja."

***

Sesampainya di rumah, Riko memarkirkan motornya di halaman, lalu ia menaiki tangga terlebih dahulu sebelum akhirnya ia membuka pintu utama dan masuk ke dalam rumah. Perlu diakui, keluarga Riko memanglah kaya. Ia selama ini hanya tinggal bersama dengan ibu dan pamannya, karena ayahnya sudah meninggal sejak umurnya masih lima tahun. Pelayan-pelayan di rumahnya pun cukup banyak yang bertugas untuk mengurusi segala keperluannya, sehingga ia tidak perlu repot-repot lagi untuk mempersiapkan ini dan itu.

"Eh, anak Mama udah pulang ya?" Kata Linda, ibu Riko, sembari menuruni anak tangga.

"Eh si Mama, makin cantik aja, Ma, padahal baru tadi pagi ketemu," kekeh Riko sambil menaruh tas ranselnya di atas sofa, lalu berjalan menghampiri ibunya.

"Bisa aja kamu ya." Linda berjalan menghampiri Riko juga, lalu memeluk anak semata wayangnya itu.

"Bisa dong, Riko gitu." Riko membalas pelukan ibunya, lalu melepasnya setelah sepersekian detik.

"Ada kabar apa kamu?" Linda duduk di sofa ruang tamu, dan diikuti oleh Riko dari belakang.

Riko duduk di sebelah ibunya itu, lalu ia menunduk, terdiam sebentar. Ia berniat untuk membicarakan perihal ajakan Indra tadi kepada ibunya, tapi ia tahu bahwa Linda pasti tidak akan mengizinkannya untuk pergi. Oleh sebab itu, ia memutar otaknya, mencari-cari akal untuk dapat membuat ibunya itu mengizinkan ia untuk pergi nanti malam.

Setelah satu gagasan muncul di dalam pikirannya, Riko pun tersenyum sembari menoleh ke arah ibunya.

"Ma, nanti malem, Riko boleh pergi keluar nggak?"

***

Suara pintu yang dibanting dengan keras itu mungkin hampir bisa membangunkan satu warga kampung dari tidur siangnya yang lelap, sebab Riko baru saja bertengkar dengan ibunya, sesudah ia menanyakan izin untuk keluar malam-malam.

Riko kini tengah duduk di pinggiran tempat tidurnya dengan seragam SMA-nya yang terbuka, sehingga memperlihatkan kaos dalamnya yang berwarna putih polos. Ia menumpukan kedua tangannya di atas tempat tidur, dengan kepalanya yang ia dongakkan ke atas serta kedua matanya yang terpejam. Ia kembali mengingat bagaimana proses pertengkaran ia dengan ibunya tadi.

Tadi merupakan pertama kalinya ia melihat Linda marah sampai seperti itu. Ia belum pernah melihat Linda marah besar, apalagi terhadapnya.

Dan tadi juga pertama kalinya, Riko memaki ibunya dengan kata-kata kasar, yang juga menjadi akhir dari pertengkaran mereka. Linda langsung tersentak ketika melihat anak tunggalnya itu dengan beraninya mengeluarkan kata-kata sekasar itu terhadapnya. Dan dengan itu, ia langsung bungkam, tidak dapat berkata apa-apa lagi. Linda bahkan masih terdiam di tempat ketika Riko mengambil tas ranselnya di atas sofa sembari berjalan menaiki anak tangga ke atas, tanpa mengucapkan kata maaf sekalipun kepadanya.

Sincerely, Mom [One-shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang