VAN POV
Teng Teng Teng
Akhirnya pulang sekolah juga.
"Yeaay. Pacar gue menanti gue dirumah," ucap temanku yang a little bit idiot. Pacar? lah?
Dia Vino Alfredo Fledsky, biasa dipanggil Vino. Well, aku kenal dengannya saat diriku tidak sengaja terkena jebakan dia yang seharusnya dibuat untuk musuhnya. Aku tidak tahu musuhnya siapa, apa, dan bagaimana bentuknya. Tapi setiap ada orang yang menyebut kata "musuh", Vino jadi sensitif.
"Sejak kapan lu nyet punya pacar ?" Dia Chandra Surya Irwansyah, biasa dipanggil Chandra. Menurutku, dia Gentleman tapi playboy. Dia termasuk cowok yang romantis, sayangnya kalau bosan dengan pacarnya. Ia dengan mudahnya meminta putus, dan tanpa mengenal situasi. Saat itu pacarnya --Chandra's ex-- yang termasuk anggota cheers lagi tampil, lalu pacarnya senyum. Tetapi dirinya teriak ke perempuan itu dan bilang "KITA PUTUS." Dan berakhir penampilan cheers menjadi berantakan. Poor her!
"Semenjak gue punya kamar sendiri Chan." Keningku berkerut tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Vino.
Ah, aku lupa mengenalkan diriku. Perkenalkan namaku Van Atara kalian bisa memanggilku Van. Itu aja perkenalan singkatku. Sifat? Well, you can see it without my explain, right?
"Sumpah gue gak ngerti sama lu bro,"ucapku.
"Gak perlu dingertiin, aku gak butuh pengertian kamu kok Pan. Yang aku butuhkan adalah sebuah pengertian dari pacarku dirumah." Ucapan Vino sontak membuatku dan Chandra semakin bingung.
"Hadeuh. Kalian berdua cocok deh kalau lemot. Muka kalian itu bagaikan pengen ditabok pake duren gitu. Maksud dia itu di kasur." Jawab Rion
Rion Alexander atau Rion, sahabatku dari kecil dan paling bijak diantara kami berempat. Dia termasuk orang yang pintar, pendiam, namun sekali berbuat jail mampu membuat banyak orang kesal.
But, hold on ...
Duren?!
WTF?!!!Aku segera menjitak Rion. Ia membalasku dengan pelototannya dan tatapannya seakan-akan berkata 'apa?'
"Jorok," ucapku. Rion menyeringit tidak mengerti. Aku mendengus, lalu bergegas pergi meninggalkan kelas yang sudah sepi.
***
Sesampai di kamar, aku melemparkan diriku tepat di atas kasur yang empuk.
"VAN ATARA. SEBELUM KAMU TIDUR, GANTI BAJU DULU! HABIS ITU SHOLAT ASHAR! INI UDAH JAM 04.00 SORE!" Teriakan mama menganggu pendengaranku. Sial!
"Hm." Dengan langkah yang berat, aku bergegas mandi dan bersiap-siap untuk sholat ashar.
***
Teng Nong
Damn it!
Aku harap mama tidak menyuruhku untuk membuka pintu. Bukan karena aku tidak patuh atau durhaka, hanya saja aku terlalu malas untuk turun ke bawah.
"PAAAAN, ADA TAMU!" Dan doakupun sepertinya tidak terkabulkan. Terbukti teriakan mama berkumandang dari bawah.
Damn it!
"TERUS MAAA?" Tanyaku berpura-pura bodoh.
"BUKAIN PINTU LAH PAAN! MAMA LAGI MASAAK, JADI RIBET INI. COBA INISIATIF! KAMU KAN COWOK PAN, GENTLEMAN DONG !" Argh, salah satu alasan mama yang sangat membuatku kesal. Kenapa harus ada kata gentleman-nya yang dipertaruhkan? Apa hubungannya gentleman dengan situasi ini?
Aku dengan sangat terpaksa memaksakan tubuhku untuk turun lalu berjalan sedikit pelan saat pergi ke arah pintu.
Aku tidak langsung membuka pintu. Aku membungkukkan badanku, lalu melihat dari celah pintu. Mataku semakin menyipit untuk melihat dan menebak 3 laki-laki yang sedang berada di depan pintu rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
K.A.V
Teen FictionKisah ini menceritakan seorang gadis bernama Renita perempuan yang cantik, agresif. Ia mudah menyukai laki-laki. Hal ini dikarenakan Ia hanya memiliki satu kriteria khusus untuk menjadi tipe idaman laki-lakinya, yaitu menarik. Hingga ada dua laki-l...