Part 14

4.4K 49 2
                                    

PARAS muka Ciu Tin tin kembali berubah menjadi amat sedih sekali sahutnya : "Sebenarnya ananda mempunyai maksud untuk membuat pahala bagi keluarga Thi guna menebuskan dosa ayah, tapi rupanya adik Eng mengetahui akan hal ini dan ia tidak bersedia menerima kebaikan ananda!"

Dengan kening berkerut Cay hong sian ci Liok Sun hoa termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata :
"Nak, kalau begitu hal ini tak bisa disalahkan Thi Eng khi, seandainya dia menerima pembalasan semacam ini, bukankah hal ini akan membuatnya menjadi semakin murung?"

Ciu Tin tin menundukkan kepalanya rendah rendah, kemudian katanya dengan lirih :
"Ananda bukan bermaksud menyalahkan keadaannya, cuma saja.... cuma saja.... isi hati anda....."

Tiba tiba pipinya berubah menjadi merah dan tak sanggup untuk dilanjutkan lagi, Cay hong sian ci Liok Sun hoa segera tertawa.

"Tak usah kuatir nak" katanya, "bagaimanapun juga kita harus mencari sebuah cara yang baik untuk mengulangi persoalan ini, sekarang mari kita pergi mencari ayahmu, dia berada di mana?"

"Ayah tinggal di pagoda Ci hong kek di bukit Si soat!"

Maka kedua orang itupun segera berangkat menuju ke bukit Si soat san.

Pagoda Ci hong kek terletak dipungggung bukit sebelah barat, sepanjang jalan menuju ke kuil itu terdapat undak undakan batu yang berjumlah ratusan banyaknya. Disebelah barat dan timur bangunan terdapat serambi, diserambi sebelah timur saling berhadapan dengan bukit Cian hud nia yang banyak terdapat batuan cadas. Sedangkan serambi bagian barat menghadap bukit barat, puluhan kaki didepannya terdapat sumber mata air yang dinamakan Tin cu swey.

Waktu itu adalah bulan delapan musim gugur yang dingin, daun merah memenuhi permukaan tanah seperti sinar diwaktu senja pemandangan indah dan menawan hati. Diatas permukaan tanah berlapiskan dedaunan merah itu, tampaklah dua sosok bayangan manusia sedang bergerak dengan kecepatan tinggi.

Yang berjalan didepan adalah Ciu Tin tin, sedangkan dibelakangnya mengikuti seorang perempuan setengah umur, tentu saja dia tak lain adalah Cay hong sian ci Liok Sun hoa.

Setelah melakukan perjalanan sekian waktu, akhirnya sampailah mereka dibawah bukit Ci hong cay. Ciu Tin tin segera membuat muka setan kepada ibunya sambil berbisik :
"Ibu, tunggulah aku disini, ananda akan rnengundang ayah datang kemari, agar dia merasa terkejut bercampur gembira."

"Ciss.... kau lagi lagi menjadi nakal!" desis Cay hong sian ci Liok Sun hoa.

Tapi ia toh menyelinap pula kebelakang setumpukan daun merah dan menyaksikan Ciu Tin tin melanjutkan perjalanannya menuju ke kuil. Ia merasa jantungnya berdebar amat keras, wajahnya tanpa terasa berubah pula menjadi merah padam.

Dengan suatu gerakan yang amat enteng Ciu Tin tin langsung mendekati jendela kamar sebelah barat, lalu mengintip kedalam. Ditangannya membawa sebatang ranting kering, dia bermaksud untuk mengajak ayahnya bergurau.

Siapa tahu, apa yang kemudian terlihat olehnya membuat dia bergetar keras dan menjadi ragu. Dalam kamar itu bukannya tak ada orang, yang berada disana tidak mirip ayahnya, orang itu duduk dengan membelakangi jendela, walaupun kepalanya juga gundul akan tetapi perawakan tubuhnya jauh lebih kecil daripada Huang oh siansu.

Ciu Tin tin menjadi keheranan setengah mati, pikirnya kemudian :
"Jangan jangan ayah sudah pindah ke tempat lain?"

Sementara dia masih ragu dan tak tahu apa yang musti dilakukan, mendadak orang yang berada dalam kamar itu telah membalikkan badannya berikut kursi yang didudukinya, cepat sekali gerakan tubuh orang itu, Ciu Tin tin hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur dan orang itu sudah berdiri dihadapannya.

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang