Part 15

4.4K 43 3
                                    

"Jangan!" cegah Tiang pek lojin dengan wajah serius, "kalian berdua jangan sekali kali memikirkan keselamatan cucuku sehingga meninggalkan bibit bencana bagi umat persilatan!"

"Omitohud!" kata Ci long taysu sambil merangkap tangannya didepan dada, "nona So sudah banyak menderita bagi dunia persilatan, harap kau sudi menerima kebaikan dan niat tulus dari umat persilatan didaratan Tionggoan."

Keng hian totiang dari Bu tong pay juga turut berkata :
"Bila hari ini kami membiarkan nona So menderita lagi ditangan orang itu, seluruh umat persilatan didunia ini tak punya muka lagi untuk menancapkan kaki dalam dunia persilatan."

Menyaksikan keadaan yang dinantikan telah tiba, Huan im sin ang sama sekali tidak menggubris apakah Tiang pek lojin setuju atau tidak, diam diam dia mengerahkan tenaga dalamnya dan mendorong tubuh So Bwe leng ke arah Thi Eng khi, kemudian serunya :
"Kuserahkan nona ini kepadamu, kau anggap luka dalam yang dideritanya dapat kau sembuhkan?"

Huan im sin ang memang seorang yang licik, sudah jelas dia enggan menyembuhkan luka dalam yang diderita Pek leng siancu So Bwe leng, akan tetapi justru dengan kata kata yang pedas dia memanasi lawannya agar pihak lawan tak usah mengajukan syarat agar dia menyembuhkan lukanya itu.

Thi Eng khi masih muda, darahnya masih panas, manusia semacam inilah yang paling gampang terjebak. Benar juga, dengan mata melotot dia lantas berseru :
"Kau jangan menganggap kepandaianmu hebat, aku tidak percaya kalau luka yang dideritanya tak dapat disembuhkan, lihat saja nanti!"

Huan im sin ang tertawa seram, dengan membawa serta anak buahnya dia segera beranjak pergi dari situ. Ketika hampir keluar dari arena, mandadak Thi Eng khi melompat ke depan dan menghadang jalan perginya.

Huan im sin ang segera tertawa dingin, serunya :
"Apa yang kalian ucapkan itu masih bisa dianggap atau tidak?"

"Hmmm... " Thi Eng khi mendengus "aku masih ingin mengajukan sebuah pertanyaan lagi kepadamu!"

"Pertanyaanmu terlampau banyak," dengus Huan im sin ang sinis.

"Ketika berada diperkampungan Ki hian san ceng tempo hari, kau telah merampas lukisan Kun eng toh, apakah sampai sekarang masih kau simpan baik baik?"

"Hmmm, siapa yang merampas lukisanmu? Bila ingin menagih hutang, tagihlah kepada orang yang berhutang kepadamu. Lukisanmu itu bagaimana hilangnya? Seharusnya kau musti pergi ke perkampungan Ki hian san ceng dan menagihnya sendiri dari kawanan manusia tak becus itu."

Bukan saja menampik permintaan bahkan berusaha untuk menyinggung kembali sakit hati lama dari Thi Eng khi. Dengan cepat kejadian yang dialaminya dalam perkampungan Ki hian san ceng tempo hari terlintas kembali dalam benak Thi Eng khi, tanpa terasa ia menjadi amat murung.

Ketika Huan im sin ang lewat dari sisinya dan pergi jauh, dia masih belum merasakan apa apa, setelah sampai jauh, suara tertawa dari Huan im sin ang baru terdengar kembali :
"Bocah keparat, kau tak usah kuatir, lukisan itu masih tidak kupandang sebelah matapun, asal kau punya nyali, istana Ban seng kiong dibukit wu san selalu menantikan kedatanganmu."

Sesungguhnya Thi Eng khi memang sama sekali tidak berhasrat untuk mencegah kepergian Huan im sin ang, dia hanya teringat kalau lukisan tersebut masih berada ditangan Huan im sin ang belaka, karena dia pernah bersumpah hendak mengandalkan kepandaiannya untuk merampas kembali benda itu. Maka ketika dilihatnya Huan im sin ang berlalu dengan membawa kekalahan dia sama sekali tidak berniat untuk menghalanginya.

Menanti Huan im sin ang sekalian sudah lenyap dari pandangan mata, ketua Kay pang si Pengemis tua sakti bermata harimau Cu Goan po baru menghela napas panjang katanya:
"Saudara cilik, gara gara ucapanmu tadi aku kuatir nona Leng bakal menderita banyak siksaan!"

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang