Sikap Ciu Tin tin yang begitu memperhatikan dirinya membuat anak muda itu teringat pula akan sikapnya terhadap Ciu Tin tin dimasa lalu, rasa malu dan menyesal segera timbul dalam benaknya membuat anak muda itu pelan pelan menurunkan kembali sepasang telapak tangannya.
Baru saja amarahnya sirap, pintu gerbang kembali dibuka orang, lalu muncullah Bu naynay dengan wajah dingin dan kaku serunya :
"Budak Tin menjadi kehilangan semangat gara gara aku melarang berbicara denganmu, demi dia terpaksa aku akan mengijinkan kalian untuk bertemu sekali lagi."Begitu mengetahui kalau dia boleh berjumpa sekali lagi dengan Ciu Tin tin dan ia tahu bila sampai bertemu dengan gadis itu berarti dia dapat mencari tahu kabar tentang Si toan kim khong, Thi Eng khi menjadi girang sekali.
Tidak menanti Bu naynay menyelesikan kata-katanya, dia segera menjura sambil ujarnya :
"Boanpwe ucapkan banyak terima kasih atas kebaikan locianpwe ini."Dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk ke dalam ruangan kuil Sam sim an. Mendadak Bu naynay membentak lagi :
"Lelaki tak boleh memasuki kuil ini, Tin tin akan keluar untuk menjumpai dirimu disini, tunggu saja di tempat!"Berada di bawah kekuasaan orang, terpaksa Thi Eng khi harus menerima semua perintah, sahutnya dengan cepat :
"Baik!"Diatas wajahnya, ia sama sekali tak berani memperlihatkan rasa tak senangnya. Untung Ciu Tin tin tidak menyuruhnya menunggu terlalu lama, hampir bersamaan waktunya dengan mundurnya Bu naynay dari situ, gadis tersebut telah muncul pula di depan pintu.
Dalam pertemuan kali ini, tanpa menunggu Ciu Tin tin bersuara, Thi Eng khi segera berkata lebih dulu :
"Enci Tin, siaute merasa bersalah kepadamu!"Airmata bercucuran membasahi wajah Ciu Tin tin, dia tertawa hambar.
"Adik Eng, kau jangan terlalu menyalahkan dirimu, kau toh tidak berbuat apa-apa terhadap enci."
Setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh :
"Adalah Si toan kim khong yang adik Eng kehendaki, enci betul betul tidak mampu untuk mendapatkannya.""Kenapa? Apakah sinni tak mau menolong jiwa orang?" teriak Thi Eng khi dengan cemas. Dibalik perkataan itu, lamat lamat dia sertakan pula nada menegur.
Ciu Tin tin lantas membeberkan ........
Page 6 – 7 (missing)
Oleh sebab itu, dengan membawa keyakinan pasti berhasil dan tak boleh sampai gagal, dia mundur ke tepi puncak dimana terdapat sebuah tanah lapang yang datar. Kemudian hawa sakti Sian thian bu khek ji gi sin kangnya dikerahkan mencapai dua belas bagian, diiringi suara yang amat nyaring, kesepuluh jari tangannya yang disertai tenaga penuh langsung menerjang ke tengah telaga.
Berbicara menurut tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang, sekalipun selembar lempengan besi baja pun mungkin tak akan sanggup menahan serangan yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu.
Waktu itu, tubuhnya masih melayang di tengah udara, meski jaraknya hanya beberapa tombak namum membawa suara desingan yang memekikkan telinga, dari sini bisa diketahui betapa dahsyatnya tenaga serangan yang disertakan dalam serangan tersebut.
Ketika Thi Eng khi menerjang sampai di tepi telaga, mendadak terjangannya yang dahsyat itu seolah olah terhadang oleh selapis tenaga tak berwujud yang besar sekali, jangankan maju lebih depan bahkan di kala badannya terhenti muncullah suatu tenaga pantulan yang sangat kuat melemparkan badannya ke belakang.
Cepat nian tenaga lentingan tersebut, dalam sekejap mata tubuhnya sudah terlempar sejauh beberapa kaki lebih dari tempat semula. Merasa tubuhnya dilemparkan keluar tebing, Thi Eng khi sama sekali tidak gugup atau panik, pikirnya:
"Di bawah awan putih sana, paling cuma tebing tebing bukit belaka apanya yang perlu kutakuti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Sakti - Gu Long
Художественная прозаKeng thian giok cu Thi keng serta putra kesayangannya Giok bin Coan cu (Coan cu berwajah kemala) Thi Tiong giok dari Dunia Persilatan secara beruntun lenyap dari keramaian dunia persilatan, bahkan tersiar pula berita tentang kematian mereka. Menyusu...