Ternyata yang ikut masuk ke dalam ruangan hanya Si Pendendam raja akhirat Kwik Keng thian, Hwee cun siucay Seng Tiok sian serta Ting Un tiga orang. Dalam ruangan itu sudah ada pula dua orang kakek lainnya, sehingga berikut Thi Eng khi, kini jumlahnya mencapai enam orang.
Thi Eng khi segera dipersilahkan untuk duduk di sudut ruangan yang diapit dua belah dinding, sementara dibagian pintu dan bawah jendela ditempati kelima orang tersebut, seakan akan mereka takut kalau pemuda itu sampai melarikan diri. Lama kelamaan habis sudah kesabaran Thi Eng khi, sambil tertawa dingin segera tegurnya:
"Entah dalam hal apakah aku telah menyalahi kalian sehingga kalian bersikap begini kasar kepadaku?"Si Pendendam raja akhirat Kwik Keng thian balas tertawa dingin kemudian menjawab :
"Thi tayhiap tak usah terburu napsu, kau tidak bertanya kepada kami, kamipun akan bertanya kepadamu! Sekarang mari kuperkenalkan dulu dengan dua orang tayhiap ini, mereka berdua adalah jagoan yang bermata tajam maka didalam pembicaraan nanti kau harus berhati hati, jangan sekali kali mencoba untuk berbohong."Tidak menunggu Si pendendam raja akhirat Kwik Keng thian memperkenalkan, kakek yang berada disebelah kiri telah menyebutkan dulu nama sendiri,
"Lohu adalah To Jit hwi...."Sedang kakek yang berada di sebelah kanan melanjutkan :
"Lohu adalah To Gwat hwi."Hwee cun siucay Seng Tiok sian segera menyambung lebih jauh :
"Kedua orang To locianpwe ini adalah Jit gwat siang beng (matahari dan rembulan sama terang) yang termasyur karena ketajaman matanya, setelah kau berhadapan dengan mereka maka kuanjurkan kepadamu agar berbicaralah secara terus terang saja."Menghadapi ucapan ucapan yang begitu bernada menuduh, Thi Eng khi tak tahan, segera teriaknya :
"Kalian telah menganggap aku Thi Eng khi sebagai manusia apa?"Sekalipun diluar dia berkata ketus namun hatinya merasa amat tidak tenang, dia tak tahu apa yang telah menyebabkan mereka bersikap demikian kepadanya. Dia cukup mengetahui akan kelihayan Huan im sin ang, ia takut si kakek bayangan semu tersebut telah menjiplak wajahnya untuk melakukan pelbagai kejahatan.
Sebab andaikata sampai terjadi keadaan seperti itu, sekalipun ia menerangkan dengan cara apapun sulit rasanya untuk membuat persoalan menjadi jelas, maka tak heran kalau dia merasa sangat kuatir. Terdengar si pendendam raja akhirat Kwik Keng thian berkata :
"Kalau dilihat dari luarnya, kau nampak seperti jujur dan berbudi luhur, sungguh tak nyana kau adalah seorang manusia licik yang berwajah manusia berhati binatang. Bukan saja kau telah mencuri belajar ilmu pertabiban milik lohu, bahkan berani pula melakukan perbuatan yang amat keji, perbuatanmu itu benar benar tak bisa diampuni lagi."Baru saja Thi Eng khi ingin bertanya perbuatan keji apakah yang dituduhkan kepadanya, Kwik Keng thian telah berseru lebih dulu :
"Tiok sian, ambil keluar tanda bukti itu daripada banyak berbicara yang tak berguna."Hwee cun siucay Seng Tiok sian segera meminta sebuah bungkusan kecil dari tangan Ting Un dan membukanya. Thi Eng khi segera dapat menyaksikan kalau benda tersebut adalah panah pendek bermoncong tiga yang lupa dia simpan itu. Benda tersebut ia dapatkan dari tubuh mayat seorang kakek yang dijumpainya dalam rumah gubuk itu.
Begitu melihat benda tersebut, dia segera menghembus napas panjang, hatinya merasa lega sekali karena dia menganggap kesalahan paham ini dapat segera diselesaikan. Ketika To Jit hwi yang duduk di sebelah kanan menyaksikan paras muka Thi Eng khi berubah menjadi mengendor dan lega, dengan suara dalam ia segera menegur :
"Sekarang apalagi yang hendak kau ucapkan?"Baru saja Thi Eng khi akan menjawab, To Gwat hwi yang berada di sebelah kanan berkata pula :
"Inilah yang dinamakan serapat rapatnya bangkai dibungkus, akhirnya berbau juga, seandainya kau tidak meninggalkan panah pendek bermoncong tiga yang amat beracun ini, aku pasti tidak bisa menemukan kejahatan yang kau lakukan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Sakti - Gu Long
Fiksi UmumKeng thian giok cu Thi keng serta putra kesayangannya Giok bin Coan cu (Coan cu berwajah kemala) Thi Tiong giok dari Dunia Persilatan secara beruntun lenyap dari keramaian dunia persilatan, bahkan tersiar pula berita tentang kematian mereka. Menyusu...