Part 23

3.9K 47 1
                                    

Bu im sin hong Kian Kim siang dengan wajah berseri turut berseru pula dengan lantang :
"Thi tayhiap, setelah kau datang kemari, urusan akan lebih gampang untuk diselesaikan."

Sedangkan Sim ji sinni segera merangkapkan tangan didepan dadanya sambil berbisik :
"Omitohud .... Thi tayhiap tak pernah berbicara sembarangan, pinni mohon petunjuk darimu. "

Kemunculan Keng thian giok cu Thi Keng secara tiba tiba di puncak Sam yang hong selain berhasil menghindari meletusnya suatu pertempuran besar, bahkan membuat jantung Ciu Tin tin berdebar keras sehingga hampir saja melompat keluar dari rongga dadanya. Kakek kekasih hatinya berarti pula kakek sendiri, kalau dipikirkan kembali dia menjadi tersipu sipu malu.

Keng thian giok cu Thi Keng tidak segera menjawab perkataan dari Sim ji sinni, dia hanya tertawa kemudian mengalihkan sorot matanya yang tajam keatas wajah Ciu Tin tin. Dipandang secara begini rupa, Ciu Tin tin segera merasakan tubuhnya menjadi gatal, seperti ada beribu ekor semut yang berjalan diatas tubuhnya, ia menjadi sangat tidak tenang.

Sambil tertawa Sim ji sinni segera berseru :
"Anak Tin, mengapa kau tidak segera memberi hormat kepada Thi locianpwe?"

Ciu Tin tin semakin gugup sehingga tak berani mendongakkan kepalanya tapi dia toh maju juga dan menjatuhkan diri berlutut dan memberi hormat kepada Keng thian giok cu Thi Keng.

"Anak Tin menjumpai Thi yaya!" bisiknya lirih.

Keng thian giok cu Thi Keng menerima penghormatan dari Ciu Tin tin tersebut, kemudian entah apa yang terjadi tahu tahu muncul segulung tenaga yang amat besar membimbing gadis itu bangun.

"Apakah ayahmu adalah Gin ih kiam kek Ciu tayhiap?" tegurnya dengan mata berkaca.

"Benar!" sahut Ciu Tin tin sambil sesenggukkan menahan isak tangisnya.

Dengan penuh kasih sayang, Keng thian giok cu Thi Keng segera membelai rambut Ciu Tin tin yang halus, katanya pelan :
"Nak, kau baik sekali!"

Ciu Tin tin segera merasakan titik air mata jatuh bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajahnya, dia merasa Thi yaya ini baik sekali kepadanya. Mendadak rasa malunya lenyap tak berbekas, sembari menubruk kedalam pangkuan Keng thian giok cu Thi Keng, serunya sambil tersedu :
"Yaya, adik Eng terlalu menderita!"

Keng thian giok cu Thi Keng merasa dia telah berbuat salah kepada cucu kesayangannya, maka setelah mendengar ucapan dari Ciu Tin tin tersebut untuk sesaat lamanya dia tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun.

Berbareng itu pula, suara helaan napas segera berkumandang dari empat penjuru di sekeliling tempat itu. Tampaknya hubungan mesra antara kakek dan cucu ini, membuat Tiang pek lojin menjadi teringat kembali dengan musibah yang menimpa cucu kesayangannya Pek leng siancu So Bwe leng, dia menggelengkan kepalanya berulang kali dengan perasaan amat sedih.

Sewaktu kejadian itu diketahui oleh Keng thian giok cu Thi Keng, sambil tertawa orang tua itu segera berkata :
"Saudaraku, aku sudah pernah bersua dengan Bwe leng si bocah itu, aku amat menyukainya, kau tak usah kuatir!"

Ucapan itu bermaksud ganda dan amat jelas sekali artinya, kontan saja Tiang pek lojin menjadi girang dan wajahnya kembali berseri-seri......

Kemudian pelan pelan Keng thian giok cu Thi Keng mendorong tubuh Ciu Tin tin, katanya lembut :
"Nak, berdirilah dulu di samping, yaya lupa menjawab pertanyaan dari gurumu."

Dengan berat hati Ciu Tin tin segera meninggalkan pelukan Keng thian giok cu Thi Keng dan kembali kesisi Bu naynay, sementara sepasang matanya yang jeli dan lembut tak pernah beralih sekejappun dari tubuh kakek itu.

Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng segera pulih kembali pada sikapnya yang perkasa seperti dulu, kepada Sim ji sinni katanya sambil tertawa :
"Sinni, kau sendiripun belum lama pulang gunung, hal ini berarti kaupun wajib untuk mencuci bersih dirimu dari segala kecurigaan."

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang