Thi Eng khi dapat mendengar nada suara yang tak beres dari pembicaraan pendeta itu, dia menghela napas, kuatir Gho beng taysu sudah menaruh rasa sentimen kepadanya hingga usahanya untuk bersua dengan hongtiang kuil tersebut batal.
Betul juga walau sudah ditunggu sepertanak nasi lamanya, Gho beng taysu belum juga menampakkan diri. Setelah ditunggu sekian waktu lagi, hwesio cilik tadi baru munculkan diri lagi, kali ini tiada senyum yang menghiasi wajahnya.
"Hongtiang kami bilang, berhubung ia masih ada urusan penting lainnya, harap Thi sauhiap kembali dulu ke rumah penginapan, lain waktu baru berjumpa lagi." katanya.
Ucapan tersebut sebenarnya sudah diduga Thi Eng khi sejak bersua dengan Gho beng taysu tadi, maka dia tidak menjadi heran.
"Sungguhkah perkataan siau suhu?" tegurnya kemudian sambil tertawa hambar.
Merah padam selembar wajah hwesio kecil itu, tanpa menjawab dia membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ. Thi Eng khi segera tertawa terbahak bahak, dengan mengerahkan ilmu jari Thian liong ci miliknya, dia lantas mengukir beberapa huruf di atas meja yang berbunyi :
"Bencana atau rejeki bagi manusia ibarat perubahan cuaca di langit, camkan kata kata ini! Camkan kata kata ini!"Begitu selesai menulis, sambil tertawa tergelak, ia beranjak dan meninggalkan pintu gerbang kuil Siau lim si. Setelah Thi Eng khi pergi, Gho beng taysu baru memunculkan diri dalam ruangan penerima tamu, ketika sorot matanya membentur dengan tulisan peringatan di meja. Dimana tulisannya membekas tujuh cun dalam kayu, diam diam ia memuji akan kesempurnaan tenaga dalam lawan.
Tapi setelah selesai membaca tulisan tersebut, sambil tertawa dingin ia berguman :
"Heeehhh.... Heehhh..... heeehhh..... pada hakekatnya kau adalah seorang manusia tekabur yang tidak tahu diri, tunggu saja tanggal mainnya nanti."Lalu sambil berpaling serunya :
"Persilahkan hongtiang memasuki ruangan Ka pia si!""Baik!" seseorang menyahut dari luar.
Tak lama kemudian dalam ruangan Ka pia si telah kedatangan lima orang hwesio berusia lanjut. Empat orang berjalan di belakang, seorang berjalan di depan, mereka adalah Ci kong taysu, ketua kuil tersebut disusul keempat orang pelindungnya yakni Ci tin taysu, Ci san taysu, Ci bi taysu dan Ci wan taysu.
Selesai membaca peringatan diatas meja, dengan wajah serius hongtiang kuil tersebut berkata :
"Gho beng, bagaimanakah tingkat tenaga dalam yang dimiliki orang ini bila dibandingkan kepandaianku?""Tecu tak berani membanding bandingkan kepandaian suhu," jawab Gho beng taysu cepat cepat dengan wajah memerah. Dengan suara dalam Ci kong taysu berseru :
"Kau bilang watak orang ini jelek, karena kurang teliti aku telah percaya dengan perkataanmu begitu saja."Sesudah berhenti sejenak, lanjutnya :
"Bila orang itu benar benar adalah Thi sauhiap ciangbunjin dari Thian liong pay, berarti perbuatan yang kita lakukan terhadapnya merupakan suatu tindakan yang kurang hormat, apa lagi jika kedatangannya disebabkan suatu masalah yang betul betul penting artinya, tindakanmu yang sangat gegabah tersebut sudah pasti akan merosotkan pamor kuil kita sendiri."Gho beng taysu sama sekali tidak menyangka kalau rasa sentimennya bisa mendatangkan kegusaran dari ketua kuilnya, dia menjadi ketakutan setengah mati dan tak berani membantah barang sepatah katapun.
Apalagi setelah ia membayangkan kembali kisah yang dialaminya semalam makin dipikir dia merasa makin curiga, makin dipikir diapun semakin merasa kalau dirinya sudah tertipu oleh ucapan Hoa tiong long Cu It kay.
Mendadak sambil menjerit keras, ia menjatuhkan diri berlutut sambil berseru :
"Karena kurang teliti tecu sudah tertipu oleh hasutan Hoa tiong long Cu It kay, silahkan suhu menjatuhkan hukuman yang setimpal kepada tecu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Sakti - Gu Long
Ficción GeneralKeng thian giok cu Thi keng serta putra kesayangannya Giok bin Coan cu (Coan cu berwajah kemala) Thi Tiong giok dari Dunia Persilatan secara beruntun lenyap dari keramaian dunia persilatan, bahkan tersiar pula berita tentang kematian mereka. Menyusu...