Part 28

3.8K 50 0
                                    

Dalam keadaan demikian, terpaksa dia harus merengek dengan nada memohon :
"Thi lohiap, kau adalah seorang pendekar yang berjiwa besar, apakah hari ini kau akan bertindak keji dengan menghabisi selembar jiwaku? Ampunilah selembar jiwaku ini."

Puluhan tahun berselang, ketika Keng thian giok cu Thi Keng masih aktif membasmi kaum penjahat dari muka bumi, dia selalu berjiwa besar dan berperasaan halus terhadap lawan pun dia selalu berbelas kasihan dan tak pernah melakukan pembunuhan. Bahkan ada kalanya dia sengaja mengalah agar lawannya tak sampai kehilangan muka di depan umum.

Atas perbuatannya itu, banyak sekali musuh musuhnya yang kemudian berubah menjadi sahabatnya sehabis pertarungan berlangsung, karena mereka merasa terharu dan berterima kasih kepadanya. Tapi ada pula sementara orang yang tidak mau tahu perasaan Keng thian giok cu, mereka mengira dirinya hebat karena menghadapi Keng thian giok cu tanpa menderita kekalahan.

Dalam keadaan seperti inilah, seringkali Keng thian giok cu baru terpaksa mengeluarkan ilmu sesungguhnya untuk merobohkan lawan. Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng cukup memahami watak lawannya ini, maka sekarang ia hendak menggunakan taktik tersebut untuk memohon belas kasihan dari lawan.

Siapa tahu Keng thian giok cu Thi Keng memang sudah bertekad untuk menanggulangi keadaan dunia persilatan yang kacau, dia tak sudi mengampuni pengacau masyarakat yang kerjanya hanya membuat keonaran belaka. Maka dengan wajah serius dia lantas berseru :
"Hari ini lohu tak sampai mengampuni dirimu, karena aku harus memikirkan keselamatan umat persilatan lainnya, kehadiranmu di dunia ini hanya akan menimbulkan banyak kesusahan, oleh sebab itu silahkan kau segera berangkat menuju ke alam baka!"

Selesai berkata, hawa murninya segera dikerahkan keluar dengan hebatnya. Sementara itu tenaga dalam Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng sudah berkurang lima bagian, bagaimana mungkin dia sanggup menahan terjangan hawa pukulan dari Keng thian giok cu tersebut?

Tampak sepasang matanya terbelalakan lebar lalu setelah mendengus tertahan tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang, akhirnya ia terjerumus ketanah dan tewas seketika.

Keng thian giok cu Thi Keng membungkukkan badan melepaskan jubah biru yang dipakai Ki Seng itu dan dikenakan ditubuhnya, setelah itu dia baru menyentilkan jari tangannya membebaskan jalan darah Pit tee jiu Wong Tin pak yang tertotok. Selama jalan darahnya tertotok tadi, meski Pit tee jiu Wong Tin pak tak bisa berbicara, tubuhnya tak bisa bergerak namun kesadarannya masih tetap utuh.

Terhadap kejadian yang baru saja berlangsung, ia dapat mengikutinya dengan jelas, sekarang dia baru mengerti mana gurunya yang asli dan mana yang gadungan, tak terlukiskan rasa gembira yang bergelora dalam dadanya.

Begitu jalan darahnya dibebaskan dia segera melompat bangun dan menjatuhkan diri berlutut di depan Keng thian giok cu Thi Keng serunya dengan gembira :
"Insu! Kau orang tua benar benar membuat kami rindu setengah mati .....!"

Air mata pun bercucuran membasahi wajah Keng thian giok cu Thi Keng, sambil membimbing bangun Pit tee jiu Wong Tin pak dari atas tanah, katanya agak gemetar :
"Gara gara pikiranku yang kelewat cupat, akibatnya kalianlah yang menjadi korban!"

Pit tee jiu Wong Tin pak tak ingin pertemuan mereka diawali dengan kesedihan, maka dia berusaha keras untuk menghindari pembicaraan yang menjurus ke soal yang memedihkan. Sambil tertawa gembira, katanya kemudian :
"Suhu, akhirnya kau pulang juga, biar tecu memanggil mereka semua agar menyambangi kau orang tua."

"Tidak usah," tampik Keng thian giok cu, "Aku mempunyai rencana lain, aku harap kemunculanku ini jangan kau beritahukan kepada siapapun, mulai sekarang laksanakan saja semua tugas seperti apa yang kuperintahkan. Sekarang, kau sembunyikan dulu jenasah Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng secara baik baik, lalu ikuti aku keluar, sebentar mereka akan kembali keruang tengah."

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang