Part 42

3.5K 48 0
                                    

Setelah Thi Eng khi bertindak, maka semua orangpun mengikuti jejaknya dengan mengenakan pakaian baru pemberian dari Hian im Tee kun. Ketika Hian im ji li melihat begitu tunduknya semua jago kepada Thi Eng khi maka sikap mereka terhadap Thi Eng khi pun semakin hormat lagi.

Thi Eng khi memandang sekejap ke arah Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong yang masih dikuasai kesadarannya, kemudian berkata ketus :
"Sekarang tentunya nona sudah bisa membebaskan pengaruh totokan pada diri Sangkoan tayhiap bukan?"

"Apakah ini pun terhitung syarat yang kau ajukan?" tanya Hian im li Cun Bwee.

"Ini termasuk tata kesopanan yang perlu diperhatikan pihak Ban seng kiong kalian terhadap kami sebagai tamu, jadi bukan merupakan permintaan atau syaratku."

Hian im li Cun Bwee termenung dan berpikir sejenak, kemudian dia baru mengangguk : "Baiklah! Aku akan memberi muka lagi untukmu, cuma akupun berharap agar kau tahu diri."

Thi Eng khi tertawa, dengan perhatian khusus dia memperhatikan bagaimana cara Hian im li Cun Bwee membebaskan pengaruh totokan dari tubuh Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong. Begitu Hian im li Cun Bwee selesai membebaskan pengaruh totokan dari tubuh Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, kepada Hian im li Ciu Lan ujarnya sambil tertawa :
"Jimoay, lebih baik kita bersikap lebih terbuka lagi dengan mengembalikan senjata mereka, dengan begini kehadiran mereka dalam upacara pun akan kelihatan lebih angker dan mentereng...."

Hian im li Ciu Lan segera mengiakan dan melaksanakan perintah tersebut.

Tiba tiba Thi Eng khi berseru sam¬bil tertawa dingin :
"Kalian toh mengetahui bahwa tenaga dalam kami telah punah, sekalipun ada senjata juga tak mampu banyak berkutik, huuh terhitung perbuatan macam apakah itu? Jikalau kalian benar benar ingin berjiwa besar bebaskan pula totokan pada tubuh kami semua."

Hian im li Cun Bwee segera tertawa :
"Sekarang kau tak usah memanasi hatiku dulu, asal kalian berkemauan baik dan bersedia untuk bekerja sama, bukan cuma jalan darah kalian saja yang akan dibebaskan, bahkan tenaga dalam Thi ciangbunjin yang berhasil dibuyarkan oleh getaran Tee kun kami pun akan dipulihkan kembali."

"Waah, kalau sampai demikian adanya aku pasti akan berterima kasih sekali kepadamu!"

"Kau benar benar akan berterima kasih kepadaku?" Hian im li Cun Bwee memutar sepasang biji matanya.

"Aku yakin apa yang kuucapkan pasti akan kuwujudkan!"

Hian im li Cun Bwee segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Thi Eng khi dan memandangnya lekat lekat, setelah itu serunya :
"Baik! Kita tetapkan dengan sepatah kata ini, soal mendapatkan kembali tenaga dalammu serahkan saja tanggungjawabnya keatas pundakku!"

Sementara itu senjata tajam milik para jago telah dibawa kemari oleh kawanan iblis dari Ban seng kiong dan dibagikan kepada pemiliknya. Menerima kembali senjata tajam andalan masing masing, para jago merasakan jantungnya berdebar keras sekali sehingga hampir saja mau melompat keluar lewat mulut.

Tiba tiba Hui cun siucay Seng Tiok sian tampil ke depan sambil berseru :
"Mana kuda hitamku?"

"Waaah, kau sungguh pelit sekali," seru Hian im li Cun Bwee sambil tertawa, "masa kedua ekor kuda itu untuk kami dua bersaudara pun keberatan!"

Dengan wajah gelisah bercampur murung, Bu im sin hong Kian Kim siang serta Sam ku sinni menunggu selama sehari semalam, menjelang fajar menyingsing mereka baru menyaksikan si pencuri sakti Go Jit pulang dengan tangan hampa. Sambil melepaskan topeng kulit manusia wajahnya, si pencuri sakti Go Jit menghela napas dan menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Sudah puluhan tahun boanpwe berkelana dalam dunia persilatan tapi belum pernah kualami kegagalan total seperti hari ini," keluhnya sedih, "jangan lagi mencuri kitab Hian im kui goan keng milik Hian im Tee kun, untuk menemukan tempat rahasia untuk menyimpan kitab tersebut pun tak berhasil, aaaai.... mulai hari ini malu aku memakai sebutan si pencuri sakti lagi."

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang