Light At The Broadway

1.1K 80 3
                                    


Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto, but the story is mine

Cerita Hanyalah Untuk Kesenangan Belaka Bukan Untuk Dikomersilkan

Theme : Broadway; Sub Theme : Theatre 50's

Pairing : SasuFemNaru

Fandom : Naruto

Warning : Gender switch, OOC, typo(s)

Rated : M, Genre : Romance, angst, hurt/comfort

Don't Like Don't Read

The Light on The Broadway

Jepang, 10 Oktober 1928

Mansion Namikaze saat ini tengah diliputi oleh kebahagiaan. Akhirnya rumah megah tersebut dihiasi oleh tangisan seorang bayi perempuan cantik yang kehadirannya telah ditunggu-tunggu selama 10 tahun lamanya oleh pasangan bangsawan Namikaze. Untuk merayakan kebahagian mereka, pasangan ini mengadakan pesta di Mansion Namikaze dengan mengundang seluruh kerabat dekat yang mereka miliki.

Di tengah-tengah hingar bingar pesta tersebut, tampak seorang anak laki-laki berusia 7 tahun bersurai raven dengan model emo mengendap-ngendap untuk menyelinap masuk ke kamar utama di Mansion Namikaze. Netra onyxnya menyisir seluruh ruangan untuk mencari sesuatu. Saat netranya menangkap objek yang dicari, tanpa ragu anak tersebut menghampiri objek tersebut.

Anak itu tampak kagum melihat seorang bayi perempuan yang tertidur nyenyak di dalam sebuah box.

"Kawaaaai, ternyata kamu secantik yang diberitakan ya hime?", ujarnya seraya menyeringai senang, menampilkan deretan gigi mungil yang berwarna putih. Tanpa disangka-sangka bayi tersebut tiba-tiba membuka matanya, menampakkan netra safir yang begitu indah.

Anak laki-laki tersebut sudah panik dan siap-siap untuk kabur jika bayi tersebut menangis. Bisa gawat jika oto-san menemukan ku menyelinap tanpa izin ke kamar orang lain. Gumamnya dalam hati seraya merasa panik. Akan tetapi, yang terjadi berikutnya membuatnya kaget. Bukannya menangis, bayi itu malah tersenyum lebar menampakkan senyuman sehangat musim panas sambil mengulurkan tangannya ke arah anak laki-laki tersebut. Dengan ragu anak laki-laki itu ikut mengulurkan tangannya ke arah bayi tersebut. Bayi tersebut menyambut uluran tangannya dengan riang gembira seraya menggenggamnya dengan erat. Anak laki-laki itu merasa perasaannya hangat seketika.

"Selamat datang, hime. Aku berjanji untuk menjagamu seumur hidupku."

Janji sederhana telah dibuat diantara sepasang manusia. Sebuah janji yang pelaksanaannya akan diuji oleh berbagai halangan dan rintangan.

Broadway, 1930

Sejak didirikannya gedung-gedung teater pada tahun 1920-an di jantung Kota Manhattan, kota ini menjadi kota yang tidak pernah mati. Puluhan gedung teater yang berjajar di sepanjang jalan Kota Manhattan, jalan ini dikenal dengan sebutan Broadway, tidak pernah berhenti menghasilkan drama musikal maupun non musikal yang akan menjadi cikal bakal beberapa pertunjukan televisi yang akan dikenang sepanjang massa. Billboard raksasa dengan lampu neon kerlap-kerlip berwarna-warni, yang menjadi identitas setiap gedung teater, menghiasi sepanjang jalan ini dan membuat jalanan ini terlihat sangat cantik saat malam hari, menyuguhkan keindahan yang memanjakan setiap mata melihatnya. Selain itu alunan musik yang mengalir dari setiap gedung teater dengan berbagai macam genre musik, membuat daerah ini menjadi semakin meriah.

Salah satu teater yang terkenal di jalan tersebut adalah Broadway Theatre, teater dengan kursi penonton yang dapat menampung manusia dengan kapasitas terbesar dan meiliki latar belakang sejarah yang paling fenomenal. Teater ini merupakan satu-satunya teater yang dimiliki oleh pendatang, yaitu seorang saudagar kaya berkebangsaan Jepang keturunan Amerika Latin yang bernama Namikaze Minato. Seorang pendatang yang membuat geger seluruh penduduk Broadway karena berani membeli teater terbesar di daerah tersebut dengan harga yang sangat tinggi.

Light at The BroadwayWhere stories live. Discover now