Bab. 2

6.2K 76 0
                                    

"CRIING!!"

Pedangnya dicabut keluar dan di antara kilatan cahaya perak terdengar lelaki itu mendengus tertahan, lengan kanannya telah terpapas kutung menjadi dua, darah segar segera memancar keluar bagaikan semburan mata air.

Peristiwa ini membuat penginapan itu menjerit kaget, dengan ketakutan dia mundur berulang kali ke belakang.

Paras muka lelaki itu pucat pasi seperti mayat, namun ia tetap berdiri tegak. Dengan tangan kiri dia merobek ujung bajunya untuk segera berusaha membalut mulut luka, kemudian sambil membungkukkan badannya mengambil kutungan lengan tersebut, ia melangkah pergi dengan tindakan lebar.

Nona berbaju merah itu tertawa dingin, sambil menyeka noda darah dari ujung pedangnya dan memasukkannya kembali ke dalam sarung, ia berkata:
"Jiko, coba kau lihat keparat itu, betul betul jumawa sekali, sudah pasti pentolannya jauh lebih bengis."

"Tak menjadi soal," kata Thio Kun kay dengan angkuhnya, "besok siang, mungkin para suheng dari angkatan "Keng" akan berdatangan semua kemari."

Sambil berbincang-bincang, kedua orang itu masuk kembali ke dalam kamarnya.

Wi Tiong hong pun mengundurkan diri dari situ dan kembali kekursinya, sedang dihati kecilnya dia merasa tidak begitu mengerti.

Agaknya Ting ci-kang, sahabat yang baru dikenalnya itu adalah pangcu dari perkumpulan Thi pit pang yang dimaksudkan dua bersaudara dari Bu-tongpay. Bukankah dia telah menyerahkan sebatang pit besi dan memintanya untuk pergi mencarinya selewatnya besok siang?

Kini dia baru mengerti, rupanya berhubung besok tengah hari dia masih ada janji dengan orang-orang Bu tongpay, diapun tak ingin membiarkan dirinya terlibat dalam peristiwa tersebut, maka janji pertemuan yang diberikan kepadanya adalah selewatnya kejadian itu.

Selain daripada itu, menurut pengamatannya, Ting toako tidak mirip seorang pembegal dan perampok yang kerjanya membunuh orang, dia tampak seperti seorang jagoan kaum lurus.

Apalagi dari pembicaraan Thio Kun kai tadi, jelas didengar kalau congpiautau dari perusahaan An wan piaukiok, Beng kiam hoo bersedia untuk tampilkan diri guna mendamaikan masalah tersebut.

Betul dia tidak dengar manusia yang bernama Beng Kian- hoo, tapi ia tahu kalau Siau lim-pay adalah pemimpin dunia persilatan, disiplin maupun peraturan perguruan itu amat ketat.Sebagai anggota Siau limpay, apalagi bersedia untuk mendamaikan persoalan yang dihadapi Thi pit pang, bisa ditarik kesimpulan kalau Beng kiam hoo adalah sahabat karib ketua Thi-pit-pang, atau dengan perkataan lain perkumpulan Thi pit pang bukanlah perkumpulan kaum pencoleng atau bandit-bandit seperti apa yang dituduhkan kepada mereka sekarang.

Dua bersaudara yang tinggal di kamar sebelahnya angkuh dan jumawa, terutama sekali sinona berbaju merah yang kejam dan berhati buas.Coba kalau bukan diketahui lebih dulu kalau mereka adalah anggota perguruan Bu tong pay, ia telah turun tangan untuk memberi pelajaran kepada mereka.

Tapi.....

Dalam suratnya, paman yang tak dikenal namanya telah berpesan, jika ada orang menanyakan asal-usul perguruannya maka harus diakui sebagai muridnya Thian Goan cu dari Bu tong pay, itu berarti antara Thian Goan-cu dengan paman yang tidak diketahui asal-usulnya itu pasti terikat suatu hubungan yang erat.

Besok, pihak Bu tong pay akan mengirim orang-orangnya kesana, mengapa dirinya tidak berlagak pilon dengan mencarinya diperusahaan An-wan piaukiok lebih awal dari waktu yang ditetapkan? Andaikata suasana kedua belah pihak berubah menjadi tegang, paling tidak ia bisa bertindak sebagai penengah.

Dasar memang tak berpengalaman, Wi Tiong-hong merasa jalan pemikirannya itu bagus sekali.

Hari makin larut malam, pelayan telah datang mengantar lentera, Wi Tiong hong segera berpesan untuk mengantar hidangan malamnya kekamar, selesai bersantap dia memadamkan lampu, naik ke atas pembaringan dan mulai bersemedi.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang