Bab. 3

5K 73 0
                                    

"CRING ...!!" sebilah pedang berkarat yang sama sekali tidak bersinar telah diloloskan dari sarungnya, kemudian sambil mengangkat kepalanya dia berkata:
"Kau hendak bertarung dengan cara bagaimana ?"

Selapis hawa napsu membunuh telah menyelimuti wajah Lak jiu im eng, serunya sambil menggertak gigi. "Nona menginginkan selembar nyawamu."

Ia memang termashur karena kekejiannya, begitu selesai berkata pedangnya segera digerakkan melancarkan sebuah tusukan kilat ke depan. Sebelum kejadian sekarang, Wi Tiong hong belum pernah bertarung dengan siapa pun, dia hanya tahu sebelum pertarungan ia mesti membuka pertahanan diri lebih dahulu.

Jurus pertama dari ilmu pedang ji gi kiam hoat adalah giok hu tiau thian (lempengan pualam menghadap langit), ujung pedangnya menghadap ke udara dengan tangan kiri melindungi dada, maksudnya adalah sungkan dan memberi hormat kepada musuhnya, setelah itu ujung pedang mana baru menuding kemuka dan mulai melancarkan serangan. Sudah barang tentu jurus pembukaan ini cuma jurus tipuan belaka, seharusnya bila gadis itu teliti maka dari jurus pembukaan itu dia akan segera mengetahui kalau jurus itu merupakan permulaan dari ilmu pedang ji gi Kiam hoat, atau dengan perkataan lain pemuda itupun berasal dari Bu-tong pay. Dalam keadaan begini mestinya Lakjiu im-eng akan membatalkan serangannya dan mencari tahu keterangan yang sejelasnya.

Siapa tahu Lakjiu im eng adalah seorang yang berangasan, apalagi apa saat ini dia berhasrat untuk menembusi dada pemuda itu dengan tusukan pedangnya, tentu saja dia tak ambil perduli terhadap semua persoalan tersebut, begitu Wi Tiong hong membuka serangan, Lak jiu im eng telah melepaskan sebuah tusukan kilat.

Wi Tiong hong sama sekali tidak berani berayal tangan kirinya membuka gerak tipuan, lalu pedangnya ditusuk ke muka menyongsong datangnya ujung pedang lawan. Suatu peristiwa aneh segera terjadi.

Tatkala ujung pedang Lakjiu im eng menusuk sampai diseparuh jalan, mendadak senjata itu miring ke samping, serta merta pergelangan tangan kanannya yang memegang pedang jadi kena tersampok miring oleh gerakan tangan kiri Wi Tiong hong. Dengan terjadinya keadaan tersebut, maka pertahanannya menjadi sama sekali terbuka, dadanya menjadi tanpa perlindungan lagi.Dengan begitu, ketika ujung pedang wi Tiong hong meluncur ke depan, senjata itu langsung mengancam dadanya.

Wi Tiong hong sama sekali tak menyangka kalau gadis itu secara tiba-tiba bisa membuyarkan serangan ditengah pertarungan bahkan membuka dadanya dari perlindungan.Apakah dia memang menginginkan agar dadanya kena tertusuk?

Pertarungan yang dilangsungkan olen kedua orang itu sama sama dilakukan dengan kecepatan tinggi, seandainya pedang tersebut benar-benar menembusi dada gadis itu, niscaya didunia ini akan kehilangan seorang Lakjiu im eng, tapi julukan Lakjiu hoa (tangan keji penghancur bunga) pasti akan terjatuh kepundak Wi Tiong hong.

Sedemikian cepatnya peristiwa itu berlangsung, hampir saja semua orang tak sempat melihat jelas apa yang telah terjadi, menanti apa yang terjadi dapat dilihat, pedang berkarat di tangan Wi Tiong hong telah menempel di atas dada nona itu. Bwee hoa kiam Thio Kun kai menjadi terkejut sekali.

Beng kiam hoo dan Ting Cing kang juga sama-sama merasa terperanjat. Siapa pun tak sempat untuk turun tangan mencegahnya, tiada pula yang berteriak untuk menghentikan gerakan itu.

Padahal Wi Tiong hong sendiripun tidak jelas, ketika pedangnya ditusuk ke depan tadi, tiba-tiba pihak lawan membuka sama sekali pertahanannya, hal ini membuat hatinya turut terperanjat buru-buru dia menggetarkan pergelangan tangannya ke bawah sambil membuyarkan serangan, sebisanya dia menarik kembali senjatanya itu. Lakjiu im eng menyangka anak muda itu berniat untuk mempermainkan dirinya dihadapan orang banyak, dari malu dia menjadi gusar.

Maka begitu rasa kagetnya menjadi hilang, kembali bentaknya keras-keras.

"Nona akan beradu jiwa denganmu" suaranya menjadi parau karena gusar, tubuhnya melejit ke muka dan "Sreet sreet, sreet," cahaya pedang berkilauan secara beruntun dia lancarkan serangkaian serangan yang membabi buta.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang