Bab. 4

5.2K 66 1
                                    

"KALAU aku sampai mampus terbacok, anggap saja kepandaianku yang tidak becus," jawab Tok Hay-ji dingin.

"Baik..."

Hee-ho Nian membentak keras, sambil mengayunkan golok Yan leng to miliknya, dia membacok tubuh bocah itu keras-keras. Pada dasarnya dia memang memiliki tenaga yang amat besar, ayunan golok yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini segera mengakibatkan menderunya angin tajam.

Tok Hay ji tidak membawa senjata, diapun tidak menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, tubuhnya segera melompat ke samping untuk menghindarkan diri.

Untuk kesekian kalinya Hee ho Nian membentak keras, bacokan kedua kembali dilancarkan.

Agak terkejut juga perasaan Tok Hayji setelah menyaksikan kemantapan gerak serangan musuh serta kesempurnaan jurus serangan yang digunakan lawan, walaupun hanya sebuah jurus serangan yang amat sederhana, namun secara lamat-lamat mengandung banyak sekali perubahan.

Kali inipun ia tidak menangkis dengan kekerasan, melainkan melejit ke samping untuk menghindar.

Setelah secara beruntun melancarkan dua kali bacokan, namun pihak lawan tidak melepaskan senjata melainkan hanya main kelit belaka, tanpa terasa Hee ho Nian menghentikan gerakannya lalu bentak keras.
"Hei, apa-apa an kau ini ? Mengapa masih belum juga turun tangan?"

Tok Hayji acuh sekali, dengan seenaknya dia menjawab:
"Aku ingin menyaksikan dulu bagaimanakah hebatnya permainan golokmu itu, kemudian baru menentukan apakah aku harus mempergunakan senjata atau tidak?"

Si Golok pengejar angin tak bisa menahan sabarnya lagi, sambil tertawa seram serunya: "Heeeehhh... heeehhh.... heehhh.... bagus sekali, moga-moga saja kau masih sempat untuk mempergunakannya nanti."

Mendadak dia mendesak maju ke depan, kemudian secara beruntun goloknya diayunkan ke depan melepaskan tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.

Kali ini kemarahannya betul-betul sudah memuncak, ke tiga jurus serangan tersebut dilancarkan berantai dan dilepaskan sekaligus dalam waktu singkat, selain jurus goloknya lihay, tenaga serangannya juga sangat hebat.

Menghadapi ancaman serangan itulah yang paling cepat dan dahsyat itu, Tok Hayji segera dipaksa mundur sejauh tiga empat depa dari tempat semula. Si Golok pengejar angin Hee ho Nian tidak berhenti sampai di situ saja, begitu ketiga serangannya sudah berakhir, tubuhnya bergerak maju bagaikan hembusan angin, untuk kesekian kalinya dia melancarkan kembali tiga buah bacokan kilat.

Ke tiga bacokan kilat ini jauh lebih dahsyat daripada tiga buah serangan sebelumnya, selapis cahaya golok bagaikan bianglala menyelimuti seluruh angkasa, tak malu dia disebut si-Golok pengejar angin ...

Menghadapi tiga buah bacokan berantai itu, Tok Hayji segera terdesak dalam keadaan yang sangat berbahaya, hampir saja ia terluka di ujung golok lawan.

Tapi pada saat itulah terdengar bocah itu terdengar tertawa dingin, kemudian serunya. "Satu ilmu golok yang amat bagus " Mendadak sepasang pergelangan tangannya digetarkan dengan amat keras, "weet "

Selapis cahaya hitam menyapu keluar dengan kecepatan tinggi. Tubuh si Golok pengejar angin Hee ho Nian yang tinggi besar itu seketika jatuh terjungkal ke atas tanah, walaupun Hee ho Nian kena dijatuhkan namun ia sama sekali tak sempat melihat jurus seperti apakah yang dipergunakan lawan juga tak sempat terlihat olehnya.

Bisa dibayangkan betapa terkejutnya dan terkesiapnya hati jagoan ini menghadapi kenyataan tersebut.

Buru-buru dia melompat bangun dari atas tanah, selembar wajahnya berubah menjadi merah padam seperti hati babi, dari malu dia makin berangasan, goloknya segera diangkat ke atas dan siap menubruk kembali ke depan. Mendadak Ma koan tojin yang duduk di kursi utama bangkit berdiri, kemudian bentaknya dengan suara rendah. "Hee ho sicu, harap tunggu sebentar." Mendengar seruan itu, Tui liong to segera menarik kembali serangannya dan mundur.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang