Bab. 5

5K 58 2
                                    

ITULAH sebabnya begitu mendengar suhengnya memanggil dia lantas menarik kembali pedangnya dan bersama-sama Ko thian seng mengundurkan diri dari situ.

Dalam pada itu, perempuan berbaju hitam tadi sudah berada lima enam kaki di depan ruangan, mendadak diapun menghentikan langkahnya.

Beng Kian ho sebagai tuan rumah juga berdiri di depan ruangan dengan wajah serius, dalam anggapannya pihak lawan pasti akan mengatakan sesuatu setelah berhenti.

Siapa tahu meski sudah dinantikan sekian lamapun, perempuan berbaju hitam yang membawa baki perak itu masih tetap tidak maju maupun berbicara dia hanya berdiri di sana tanpa bergerak barang sedikitpun jua.

Habis sudah kesabaran Beng Kian hoo, dengan wajah serius pelan-pelan dia berkata: "Sobat, sebenarnya apa tujuanmu?"

Perempuan berbaju hitam itu masih saja membungkam dalam seribu bahasa.

"Bu liang siu hud"

Mendadak Keng hian tojin bangkit berdiri, setelah memberi hormat kepada Beng Kian hoo, katanya:
"Kalau toh kedatangan Thian Sat nio disebabkan benda yang dibegal dari perusahaan Ban li piaukiok milik suteku, lebih baik biar pinto saja yang menanyai dia."

Begitu tojin itu berdiri, Keng jin tojin, Bwe hoa kiam Thio Kun kai serta Lakjiu im seng Thio Man turut bangkit berdiri pula.

Dengan demikian maka orang yang berada di meja perjamuan sebelah kiri telah bangkit berdiri.

Sebaliknya di meja perjamuan sebelah kanan, hanya Ma koan lojin Thi lohan Kwong beng hwesio, si Naga tua berekor botak To Sam seng serta sastrawan berbaju hijau saja yang masih tetap duduk ditempat semula tanpa bergerak.

Berbarengan dengan berdirinya Keng hian tojin, si Golok pengejar angin Hee ho Nian segera tertawa seram seraya berkata:
"Heeeeh... heeeh... heeeh... mengapa kita mesti memperdulikan siapakah Thian Sat nio itu, selamanya locu memang tak kenal rasa kasihan, kalau budak ingusan ini masih berani berlagak sok rahasia di depan kita lebih baik di habisi dulu nyawanya."

Sambil membentak keras tubuhnya segera menyerobot di depan Keng hian tojin dan menerjang keluar dari ruangan itu.

Si perempuan berbaju hitam itu masih tetap berdiri tak berkutik sehingga tetap di tempat semula, walaupun paras mukanya yang tertutup kain kerudung hitam itu tak nampak jelas, akan tetapi pada saat si Golok pengejar angin Hee ho Nian menerjang keluar dari ruangan tengah itu ia segera mendengus dingin.

Dengusan dingin itu dinginnya luar biasa, pada hakekatnya tidak mirip suara dengusan manusia, sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi siapa pun yang mendengarnya.

Mendadak . . . dia mengangkat lengan kanannya, kemudian mengeluarkan telapak tangannya yang berwarna putih dari balik ujung bajunya yang lebar.

Tangan itu kelihatan sangat indah, putih bersih dan lembut dengan jari-jari tangan yang ramping dan halus, di atas kukunya tampak pula cat kuku berwarna merah.

Cukup dilihat dari telapak tangan itu saja dapat diketahui kalau perempuan berbaju hitam itu selain masih muda, kemungkinan sekali wajahnya cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.

Tiba-tiba perempuan berbaju hitam itu mengambil sebuah golok Liu yap-to sepanjang tujuh inci dari atas baki peraknya, kemudian segera dilemparkan ke tengah udara.

Sekarang semua orang baru tahu, rupanya isi baki perak itu adalah pisau terbang, pisau terbang Liu yap hui to yang sudah pernah menyambar masuk ke dalam ruangan.

Tapi, mengapakah dia melemparkan pisau terbang itu ke tengah udara? Apa maksudnya ?? Suatu peristiwa aneh pun terjadi pada saat itu. Ternyata perempuan berbaju hitam itu memiliki suatu kepandaian ilmu melepaskan pisau terbang yang sangat lihay, ketika melemparkan pisau terbangnya tadi, senjata tersebut tertuju ke atas tanpa menimbulkan sedikit suarapun, tapi ketika pisau itu berada di tengah udara, entah bagaimana berputarnya tahu-tahu sudah meluncur kembali ke bawah dengan disertai desingan tajam yang amat memekikkan telinga.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang