Bab. 6

4.8K 58 1
                                    

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, dia jadi malu sendiri, mengapa secara tiba-tiba ia menjadi menaruh perhatian atas keselamatan jiwanya? Tanpa terasa pipinya menjadi merah padam.

Agaknya Keng-hian Tojin mempunyai pendapat yang sama seperti Ting Ci-kang, setelah termenung sebentar, katanya:

"Apa yang diucapkan Ting-tayhiap memang benar, Wi-siau sute tak boleh terlalu mengumbar nafsu, segala sesuatunya harus dihadapi dengan berhati-hati, kami akan menunggumu di sini."

Sekali lagi Lak-jiu Im-eng membelalakkan sepasang matanya sambil berseru dengan gelisah, "Hal ini mana boleh jadi, bila dia. . ."

Belum habis dia berkata, suara dari Thian Sat-nio kembali sudah berkumandang datang. "Sudah selesai belum perundingan kalian?"

Wi Tiong-hong tidak bicara lagi, dia segera membalikkan badannya dan berjalan menuju ke pintu keluar.

Ketika itu, mendadak dari sisi telinganya berkumandang suara bisikkan seseorang dengan suara yang amat lembut.

"Bukankah dalam sakumu terdapat sebuah lencana besi? Cepat keluarkan sebelum mencapai pintu gerbang nanti, letakkan di atas tangan sebelah kiri, jangan buka suara atau mengucapkan sepatah kata pun."

Suara bisikan itu sangat lembut sekali dan halus melayang masuk ke dalam telinganya bagaikan bisikan, Wi Tiong hong tak dapat mengenali suara siapakah itu, sehingga tanpa terasa dia menjadi tertegun.

"Lencana besi?" Yang dimaksudkan orang itu sudah pasti lencana besi milik paman yang tak diketahui namanya dan memerintahkan padanya untuk "menyimpan jangan sampai hilang" itu.

Dia masih ingat, kecuali pada permukaan sebelah depannya berukiran sebuah wajah setan yang serang menyeringai seram, di atas lencana besi tersebut tidak ditemukan sebuah tuIisanpun. Dia sendiri tidak jelas apa kegunaan dari lencana tersebut, tapi berhubung paman tak diketahui namanya telah berpesan agar "penyimpanan baik-baik jangan sampai hilang", maka selama ini benda tersebut disimpannya dalam saku.

Entah siapa pula orang yang membisikan pesan tersebut tadi? Dari mana dia bisa tahu kalau dalam sakunya terdapat lencana besi? Tapi kalau dilihat caranya berbicara amat serius, sudah pasti besar sekali kegunaannya.

Sementara ia berpikir sampai kesitu, tubuhnya sudah berada di depan pintu gerbang dengan cepat dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan lencana besi itu, kemudian diletakkan pada lengan kirinya.

"Di atas lencana besi itu, hanya pada permukaan depan yang berukiran muka setan, itu berarti lukisan muka setan lah yang meletakkan di depan" demikian ia berpikir.

Dengan jari tangannya dia lantas meraba permukaan lencana yang berukir muka setan tadi kemudian menghadapkannya ke depan, setelah itu sambil mengepalkan tinjunya, berbusung dada dia keluar dari pintu.

Ketika sorot matanya diangkat ke depan, tampak diluar pintu suasana amat hening, sesosok bayangan manusia pun nampak. Apalagi Thian-Sat nio?

Wi Tiong hong mengingat terus pesan dari orang yang tak dikenalnya itu, dia tahu meski dirinya tidak melihat Thian Sat nio, kemungkinan besar Thian Sat nio bersembunyi di sekitar tempat itu tentu saja dia dapat menjumpai kehadirannya.

Maka dia pun berhenti dan berdiri serius, sementara tangan kirinya yang digenggam tadi, dibuka kembali.

Ternyata tindakannya itu benar benar mendatangkan hasil yang di luar dugaan. Terdengar Thian Sat nio tertawa ringan kemudian serunya:

"Bocah muda, kau memang hebat, cepat simpan kembali, sekarang kau sudah boleh kembali ke dalam."

Suara tersebut berkumandang dari hadapan matanya, namun Wi Tiong hong tidak berhasil menemukan tempat persembunyian Thian Sat nio.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang