"Haaah...haaah...haaahh... kalau toheng membutuhkan silahkan saja diambil, setiap kali terkena bubuk pemabuk tersebut hanya cukup sebutir saja sudah cukup untuk memunahkan pengaruh racunnya."
"Kalau begitu pinto minta tiga butir saja." ucap Ma-koan Tojin sambil tertawa.
Dia segera membuka penutup botol itu dan mengambil tiga butir pil penawar tersebut.
Buru-buru Thi-lohan Khong-beng Hweesio berseru pula, "Pinceng juga mohon tiga butir."
"Taysu kelewat serius, kalau toh kita bersungguh hati ingin bekeja sama, tentu saja kau boleh mengambil obat penawar itu."
Thi-lohan segera mengambil pula tiga butir obat penawar untuk disimpan, setelah itu kedua buah botol porselen itu baru dikembalikan kepada si Naga tua berekor botak.
Ma-koan Tojin bangkit berdiri, kemudian ambil sebutir pil penawar dii berjalan menghampiri Ting ci kang.
"To-heng, belum lagi bersantap kau sudah ingin memeriksa Ting ci kang . ." tegur Thi Lo-han
Ma koan tojin berpaling dan tertawa seram, sahutnya."Lebih baik orang she Ting ini disadarkan lebih dulu, kemudian baru bersantap."
Sementara pembicaraan berlangsung dia sudah menjejaikan pil penawar racun itu ke dalam mulut Ting ci kang.
Si Naga berekor botak To sam seng sebagai seorang jago yang sangat kawakan tentu saja memahami apa arti dari tindakkan Ma-koan tojin tersebut, yang jelas bukan untuk menyadarkan Ting ci kang, melainkan hanya ingin membuktikan apakah obat penawar racun itu asli atau tidak.
Diam-diam ia lantas mendengus dingin, pikirnya. "Si hidung kerbau tua ini benar-benar amat licik bagaikan seekor rase . . ."
Ternyata obat penawar itu sangat manjur, tak selang seperminum teh kemudian Ting ci kang benar-benar telah sadar kembali dari pingsannya.
Secepat sambaran petir, Ma koan tojin segera menyentilkan jari tangannya menotok dua buah jalan darah penting di tubuh Ting ci kang.
Begitu tertotok, otomatis Ting ci kang tak sanggup bergerak meski ia telah sadar kembali, hanya sorot matanya saja yang sempat memperhatikan sekeliling tempat itu.
Mengetahui kalau dia, Wi Tiong hong telah dipencundangi orang, tanpa terasa ia mendengus dingin, lalu ujarnya:
"Kalian bertiga adalah jago-jago kawakkan dari dunia persilatan, dengan perbuatan kamu bertiga yang telah mencampur obat pemabuk di dalam sayur, apakah tidak takut akan menurunkan derajat kalian sendiri ..."Ma koan tojin tertawa seram.
"Siapa suruh kalian membawa mestika? orang bilang, siapa membawa barang berharga dia bakal celaka."
"Apa maksud totiang berkata demikian?"
"Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan dewasa ini, konon mestika yang disebut Lo bun si tersebut sudah terjatuh di tangan Thi pit pang kalian, padahal mestika itu merupakan barang incaran setiap orang, bila kami tidak mencoba untuk mendapatkan, orang lain toh akan mencoba untuk mengambilnya juga. Ting pangcu, buat apa kau mesti menyangkal lagi kenyataan ini?"
"Tapi .... aku benar-benar tidak tahu."
"Tahu atau tidak tahu itu adalah sama saja." tukas Ma koan Tojin sambil tertawa seram, "barusan Ting pangcu sudah makan kenyang, sedangkan pinto bertiga sudah menghamburkan tenaga setengah harian dengan sia-sia, sekarang perut pun sudah mulai lapar, baiklah . . .kalau memang begitu harap Ting pangcu menunggu sebentar, bila pinto selesai bersantap nanti kita baru berbincang-bincang lebih jauh."
Ketika si Naga tua berekor botak To Sam-seng mendengar tojin itu baru akan berbicara lagi selesai bersantap nanti, dalam hati kecilnya lantas tahu kalau ia bermaksud untuk menguji kemanjuran obat penawar tadi, atau dengan perkataan lain rasa curiganya belum juga hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Karat Pena Beraksara - Qin Hong
ActionKonon puluhan tahun yang lalu, Ban Kiam-hwee cu dengan mengandalkan ilmu pedangnya malang melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan. Ternyata di perguruan Lam Hay terdapat sebutir mutiara mestika yang dinamakan Ing-Kiam-Cu (mutiara pemancing...