KEDUA ORANG LELAKI berbaju biru itu mengajak mereka berdua langsung menuju ke halaman belakang, mereka baru berhenti setelah tiba di depan pintu ruangan, ujarnya sambil menjura: "Tam huhoat sedang menanti di dalam sana, silahkan kalian berdua masuk ..."
Kamar tersebut adalah kamar yang telah mereka gunakan selama beberapa hari ini, sambil mengangguk Wi Tiong-hong mengajak Lok Khi bersama-sama masuk keruang dalam.
Di ruang tamu duduk seorang lelaki berbaju hijau yang bermuka bersih, sepasang alis matanya berkenyit agaknya ada suatu masalah besar yang sedang mengganjal hatinya.
Ketika menyaksikan kedatangan kedua orang itu, dia segera bangkit berdiri dan menjura seraya berkata: "Aku rasa saudara tentunya Wi tayhiap bukan? Siaute Tam Si-hoa."
Buru-buru Wi Tiong-hong balas memberi hormat. "Aku adalah Wi Tiong-hong, dan dia adalah adik misanku Lok Khi, entah ada urusan apa saudara Tam mengundang kami kesini?"
Si pena baja Tam Si-hoa kembali menjura kepada Lok Khi sambil berkata. "Oooh, kiranya Lok Lihiap, silahkan duduk silahkan duduk."
Sementara berbicara, dia telah merapatkan pintu depan dari ruangan tersebut.
Wi Tiong-hong melihat di luar pintu sana sudah ada dua orang lelaki berbaju biru melakukan penjagaan, maka menyaksikan Tam Si-hoa merapatkan pintu ruangan, dia lantas berpikir: "Tadi, kedua orang lelaki berbaju biru itu sudah bilang kalau ada urusan maha penting yang hendak dibicarakan, kini dia-pun bersikap begitu serius dan berhati-hati, seakan-akan kuatir kalau pembicaraan mereka disadap orang, entah masalah apa yang hendak ia bicarakan denganku?"
Dengan penuh tanda tanya dia bersama Lok Khi segera mengambil tempat duduk.
Pelan-pelan Tam Si-hoa membalikkan badannya, tiba-tiba dengan wajah yang amat menghormat dia menjura kepada Wi Tiong-hong dalam-dalam, lalu serunya lirih. "Hamba Tam Si-hoa menjumpai pangcu."
"Pangcu?" Suatu sebutan yang amat aneh dan sama sekali di luar dugaan, Wi Tiong-hong tertegun.
Begitu pula dengan Lok Khi, dia turut tertegun.
Kedua orang itu hampir saja mencurigai telinga sendiri yang mungkin salah mendengar, tapi di hadapan mereka masih terlihat jelas Tam Si-hoa, pelindung hukum dari perkumpulan Thi-pit-pang sedang menjura bangkit berdiri.
Dengan gugup Wi Tiong-hong berkelit ke samping, kemudian sambil mengawasi Tam Si-hoa, serunya dengan terperanjat: "Saudara Tam, mungkin kau telah salah melihat orang."
Masih berada dalam posisi menjura, Tam Si-hoa berkata: "Mulai dari sekarang, Wi tayhiap adalah pangcu dari perkumpulan Thi-pit-pang kami."
Benar-benar suatu peristiwa yang sangat aneh dan sama sekali di luar dugaan siapa saja.
"Saudara Tam, kau tak boleh berbuat demikian," seru Wi Tiong-hong cepat, "Sebenarnya ada urusan apakah yang hendak kau bicarakan denganku?"
Pelan-pelan Tam Si-hoa meluruskan badannya, lalu menjawab dengan hormat sekali. "Pangcu kami yang lalu telah meninggalkan pesan terakhirnya yang menetapkan bahwa jabatan pangcu selanjutnya akan diwariskan kepada Wi tayhiap. Kini hamba datang kemari untuk melaksanakan perintah tersebut."
Wi Tiong-hong semakin keheranan, berbagai kecurigaan segera berkecamuk dalam benaknya, dia tak tahu apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi?
Lok Khi sendiri-pun sangat keheranan setelah termenung sebentar, dia-pun bertanya dingin, "Jadi Ting Ci-kang telah tewas?"
Sekilas rasa sedih dan murung segera menghiasi wajah Tam Si-hoa, sahutnya lirih: "Perkataan lihiap memang benar, Ting pangcu telah terbunuh ..."
"Kapan terbunuhnya?" seru Wi Tiong-hong setelah tertegun beberapa saat lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Karat Pena Beraksara - Qin Hong
ActionKonon puluhan tahun yang lalu, Ban Kiam-hwee cu dengan mengandalkan ilmu pedangnya malang melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan. Ternyata di perguruan Lam Hay terdapat sebutir mutiara mestika yang dinamakan Ing-Kiam-Cu (mutiara pemancing...