BUYUNG SIU yang berjulukan Pau kiam suseng (sastrawan pemeluk pedang) bisa diangkat sebagai congkoan pasukan jago pedang berpita hijau dalam Ban kiam hwee, sudah barang tentu dia memiliki ilmu silat yang luar biasa sekali, tapi kenyataannya dia tak mampu menghindarkan diri dari sambaran pancingan tersebut.
Entah apa yang terjadi, tahu-tahu saja arah baju bagian belakangnya sudah kena terpancing dan tubuhnya pun tergantung di tengah angkasa.
Sambil tertawa kakek gemuk pendek itu segera berpaling dan ujarnya sambil tertawa: "Nah, apa yang lohu katakan tadi? bocah keparat ini sudah sepantasnya dilemparkan jauh-jauh dari tempat ini."
Dia segera mengayunkan pancingannya ke depan dan "Weees" tubuh Buyung Siu segera terlempar keluar dari ruangan itu tanpa mampu melakukan perlawanan.
Peristiwa ini kontan saja membuat Lok Khi sendiripun merasa terperanjat, dengan mata kepala sendiri dia pernah menyaksikan ilmu silat yang dimiliki Buyung Siu meski di kolong langit tak dapat dibilang tanpa tandingannya, paling tidak orang tak akan mampu membuatnya keok secepat ini.
Tapi kenyataan sekarang, dia kena dipancing orang dalam satu gebrakan saja, bahkan kena terlempar keluar tanpa berkutik barang sedikitpun juga, ini baru aneh dan hebat namanya.
Kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak berpaling atau memperhatikan korbannya, lalu dengan langkah lebar dia berjalan ke muka, lalu duduk di tempat duduk Buyung Siu.
Pau kiam suseng Buyung Siu memang tak malu disebut sebagai seorang jagoan lihay, dia pun tak malu menjabat congkoan jago pedang berpita hijau dari Ban kiam hwee.
Sekalipun dia kena dipancing orang dan dilemparkan sejauh tiga kaki dari posisinya semula, namun belum lagi tubuhnya mencapai permukaan tanah, sepasang tangannya segera mendayung ke tengah udara, dan tubuhnya mendarat di atas permukaan tanah dengan "empuk"
"Criing.." pedangnya segera diloloskan dari sarung, kemudian sambil menjejakkan kakinya ke atas tanah, diiringi suara gelak tertawa yang amat nyaring, tubuhnya bagaikan serentetan cahaya pelangi berwarna hijau secepat kilat menyambar batok kepala kakek gemuk pendek itu.
Kakek gemuk pendek itu mengulapkan tangannya, lalu membentak dengan suara nyaring:
"Lohu sudah duduk, di sini sudah tidak terdapat tempat berpijak buat kau si bocah cilik lagi. Ayo cepat mundur."
Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya hal ini sangat aneh, serangan pedang yang dilancarkan Buyung Siu itu sesungguhnya lihay sekali, namun kakek gemuk pendek itu cukup mengebaskan tangannya, dimana cahaya pedang berkilauan, lalu seakan-akan membentur di atas selapis dinding hawa tak berwujud, badannya mencelat sejauh satu kaki lebih dan tak mampu untuk menyerbu ke depan lagi.
Peristiwa ini dengan capat menimbulkan perasaan terkesiap bagi semua orang yang hadir di dalam arena.
"Oooh, rupanya kakek ini sudah berhasil mempelajari ilmu hawa Khi-kang tanpa wujud." gumam mereka tanpa terasa.
Kakek gemuk pendek itu segera berpaling ke arah Lok Khi dan bertanya sambil tertawa: "Sekarang sudah boleh bukan?"
OOOOooOOOO
LOK KHI segera mengangkat jari tangannya dan memperlihatkan jari kelingkingnya yang kecil, kemudian sambil menggoyang goyangkan tangannya itu dia berseru: "Empek tua, masih ada seekor ikan kecil?"
"Ehmm, benar, benar, memang masih ada seekor ikan kecil lagi. Kini lohu sudah duduk, kau sebagai murid lohu sudah sepantasnya untuk memperoleh tempat duduk juga , kalau begitu lohu akan memancing ikan kecil, agar kau pun mendapat tempat duduk."
Semua orang tidak tahu siapa yang dimaksud sebagai ikan kecil, tapi semua orang tahu bahwa kakek gemuk pendek itu sudah bersiap-siap hendak turun tangan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Karat Pena Beraksara - Qin Hong
AcciónKonon puluhan tahun yang lalu, Ban Kiam-hwee cu dengan mengandalkan ilmu pedangnya malang melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan. Ternyata di perguruan Lam Hay terdapat sebutir mutiara mestika yang dinamakan Ing-Kiam-Cu (mutiara pemancing...