Bab. 27

3.9K 46 0
                                    

SELAIN ITU, SOAT-JI juga berdiri di samping meja, di atas meja jelas terlihat ada lima bilah pedang pendek, siapakah yang tak akan meningkatkan kewaspadaannya setelah melihat senjata tersedia di meja.

Jangan lagi Ma koan tojin yang akan muncul di situ, sekalipun orang tersebut hanya seorang jago biasa pun tidak sulit rasanya untuk meloloskan diri dari ancaman.

Bukankah Soat-ji hanya seorang gadis dusun yang sama sekali tak pandai bersilat? Apalah gunanya ilmu menyambit pedang yang diajarkan Cho Kiu moay sebelum pergi tadi?

Naga tua berekor botak memandang sekejap ke arah pedang pendek tersebut, kemudian tanya dengan suara menyeramkan.

"Nona, apakah kau hendak mengandalkan keenam bilah pedang ini untuk melukai Ma koan toyu\?"

"Siapa bilang aku hendak melukainya?" bantah Soat ji sambil berpaling kesamping, "aku hanya bermaksud untuk menakut-nakuti."

Mendengar perkataan itu, si Naga tua berekor botak segera tertawa dingin.

"Nona, kau anggap dengan keenam bilah pedang tersebut, kau sudah dapat menakut-nakuti orang? Aku rasa cuma anak yang berusia tiga tahun yang bisa kau takut-takuti !"

Perkataan ini memang benar, sudah cukup lama Ma koan tojin malang melintang di dalam dunia persilatan, sudah cukup banyak pertarungan besar yang pernah dialami olehnya, dengan mengandalkan ke enam bilah pedang pendek tersebut, bagaimana mungkin dia bisa menakut-nakuti dirinya ?

Soat-ji segera cemberut, ujarnya: "Bisa menakut-nakuti orang atau tidak, kau tak usah mencampurinya, yang penting adalah tugasmu memancing dia datang kemari, suruh dia berdiri depan pintu rumah, asal pekerjaan tersebut sudah selesai kamu kerjakan, berarti urusanmu sudah beres."

Perkataan ini memang benar, bagaimanapun juga si Naga tua berekor botak memang tidak bersungguh hati hendak membantunya, dia terpaksa melakukan pekerjaan tersebut karena sudah dicekoki pil beracun, masalah bisa menggertak Ma koan tojin dari bukit Hong san atau tidak, pada hakekatnya sama sekali tiada sangkut pautnya dengan dia.

Naga tua berekor botak tertawa dingin lalu berjalan keluar dari rumah, dia segera mendongakkan kepalanya sambil, berpekik nyaring.

Dia memang tak malu disebut sebagai naga tua, pekikan panjangnya itu sangat nyaring dan membumbung ke angkasa, persis seperti seekor naga yang sedang berpekik.

Tak selang lama setelah dia berpekik, nyata dari arah selatan sana, dari arah jalan kecil yang membentang lurus ke muka, mendadak muncul empat lima sosok bayangan manusia.

Empat orang yang berjalan di depan adalah jago-jago pedang berpita hitam yang mengenakan seragam berwarna hitam pula.

Di belakang ke empat orang itu, mengikuti seorang tosu tua yang berbaju kuning, dengan membawa sebuah Hud-tim (senjata kebutan) dia bergerak mendekat dengan gerakan enteng.

Sepasang mata tosu tua itu tajam bagaikan kilat, keningnya tinggi dengan mulut lebar, wajahnya amat seram dan menampilkan kelicikan, dia tak lain adalah wakil congkoan terbaru dari pasukan pendekar pedang berpita hitam perkumpulan Ban-kiam hwee, Ma koan tojin dari bukit hong-san.

Dari kejauhan sana dia sudah menyaksikan si Niga tua berekor botak To Sam-seng berdiri di bawah atap rumah gubuk, menanti ia sudah mendekat barulah memberi hormat sambil menegur.

"Saudara To, apakah kau berhasil menemukan sesuatu ?"

"Nona Cho berada di dalam sana." kata naga tua berekor botak dengan cepat.

Dia sudah dicekoki obat beracun, tentu saja ia tak berani berbicara terus terang, karenanya terpaksa dia harus mengikuti perintah dari Soat-ji dengan memancing Ma koan tojin memasuki rumah tersebut.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang