Bab. 29

2.8K 47 1
                                    

"CEPAT turunkan perintah, agar semua saudara kita beristirahat di ruang depan, kecuali mereka yang sedang bertugas melakukan perondaan, yang lain boleh masuk untuk bersantap."

Salah seorang di antara ketiga orang jago pedang berpita hijau itu mengiakan, kemudian menerima perintah dan berlalu.

Tak lama kemudian, delapan jago pedang berpita biru dan dua puluh delapan jago pedang berpita putih telah masuk ke dalam ruangan dan memenuhi sampai empat meja, semuanya duduk tenang di tempat masing-masing, tak seorangpun yang berbicara.

Pada saat itulah dari lorong sana berkumandang suara derap kaki manusia, kemudian tampak Chin Tay seng berjalan di paling depan muncul dalam ruangan tersebut.

Begitu melangkah keluar dari lorong, dengan suara lantang segera serunya.

"Kiam-cu tiba !"

Huan Khong phu, Wi Tiong hong. Lok In lim dan Cho Kiu moay serentak bangkit berdiri, sedangkan para jago pedang yang memenuhi empat meja itu pun serentak berdiri tegak.

Orang yang berjalan di belakang Chin Tay seng adalah congkoan pedang berpita hijau, Pau kiam suseng (sastrawan pemeluk pedang) Buyung Siu, dia berjalan dengan lamban sekali, sudah jelas racun yang berada dalam tubuhnya telah membuatnya jadi lemah.

Namun sikapnya masih nampak santai, dengan senyuman dikulum dia memandang ke arah Cho Kiu moay serta Huan Khong phu sekalian, setelah menjura katanya sambil ketawa:

"Nona Cho, saudara Huan, saudara Kiong, saudara Lok, rupanya kalian telah datang semua, maaf kalau siauheng tak dapat menyambut kedatangan kalian."

Serentak Huan Kong-phu sekalian balas memberi hormat.

Wi Tiong hong harus mengikuti yang lain menjura juga, sedang di hati kecilnya dia berpikir:

"Huan congkoan adalah seorang congkoan bagian istana dari Ban kiam hwee, seharusnya kedudukan ini masih berada di atas ke empat congkoan maupun Hek bun kun Cho Kiu moay apalagi yang terakhir ini hanya seorang dayang dari Hwe-cu mereka, apa sebab semua orang bersikap begitu hormat kepadanya ?"

"Di dalam sapaannya barusan, ternyata Buyung Siu telah mendahulukan Cho Kiu moay di depan Huan, congkoan sekalian, nampaknya kedudukan dari Cho Kiu moay masih berada jauh di atas congkoan bagian istana."

Sementara dia berpikir tampak tiga orang gadis berbaju ringkas warna hijau dengan menyoren pedang berpita kuning pelan-pelan berjalan keluar dari tikungan lorong.

Wi Tiong hong sudah tahu kalau mereka adalah ke empat pelayan dari Ban Kiam hwee cu kecuali Hek bun kun Cho Kiu moay seorang, sisanya yang lain adalah Jin Kiu moay serta Lim Thian moay ilmu silat yang mereka miliki rasanya sama sekali tidak berada di bawah kepandaian Cho Kiu moay.

Begitu ke tiga orang gadis tersebut munculkan diri Huan Khong phu, Lok In lim sekalian segera membungkukkan badannya sembari berseru: "Hamba menghunjuk hormat buat Kiam-cu."

Oleh karena Wi Tiong hong sedang menyaru sebagai congkoan pedang berpita merah Kiong Thian ciu dari Ban Kiam hwee waktu itu tentu saja dia harus ikut membungkukkan badannya pula untuk memberi hormat.

Ban Kiam hwecu dengan jubah suteranya berjalan keluar dari lorong tersebut dengan langkah lebar dia segera mengangkat tangannya sambil berkata:

"Sepanjang jalan kalian pasti sudah amat lelah, tak usah banyak adat lagi, silahkan bersantap."

Selesai berkata, dengan langkah lebar dia lantas menuju ke meja perjamuan sebelah tengah.

Tampaknya terpengaruh oleh racun berdaya kerja lamban yang mengeram di dalam tubuhnya, maka Wi Tiong hong merasa nada suaranya rendah lagi berat, sedangkan langkahnya pun tidak segagah dan sementereng dahulu.

Pedang Karat Pena Beraksara - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang