Aku menganggap Perjodohan adalah sebuah awal dari kehancuran hidup bebasku.
-Alvino-
~~~~~
Pandangan Alvin menerawang ke samping kaca jendela bus yang sedang ia tumpangi, menatap kosong kendaraan keluar masuk di kapal yang sedang bongkar muatan. Setelah sekitar setengah jam mengantre di dermaga tiga pelabuhan Merak, bus yang ditumpangi Alvin dari Jakarta menuju Padang memasuki kapal milik perusahaan plat merah. Kapal ini memiliki dua tingkat deck khusus untuk kendaraan, deck paling bawah digunakan untuk mengangkut kendaraan besar seperti bus dan truk. Sedangkan di deck kedua digunakan untuk mengangkut kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Alvin keluar dari bus bersama dengan penumpang lain. Dia tidak mungkin menghabiskan waktu dua jam hanya duduk saja di dalam bus. Alvin memutuskan untuk berkeliling di sekitar kapal terlebih dahulu, sebelum kapal mulai berlayar ke tengah Selat Sunda. Alvin duduk di bagian terluar kapal, dia ingin menikmati laut lepas, jika beruntung bisa melihat pemandangan Anak Gunung Krakatau.
Saat sedang menikmati pemandangan beberapa pulau kecil yang terletak di selat ini, di antaranya pulau vulkanik Krakatau, ponselnya berbunyi bip satu kali. Ada pesan WhatsApp masuk dari Fandi.
Haffandi Alam: Bro, lo lewat JSS atau naik kapal?
Alvino Chakra: Gue bukan Ichthyo Sapiens. Lo lupa proyek 100T itu nggak dilanjutin?
Haffandi Alam: kali aja lo bosen jadi manusia normal.
Alvino Chakra: sarap!
Haffandi Alam: jangan lama2 lu nyet di kampuang, tar dikawinin nyahok lu!
Alvino Chakra: dikawinin kalau sama uni-uni macam BCL maulah mak. Ngakak...
Haffandi Alam: ngarep banget lo dinikahin BCL? Merana gue sendirian long weekend gini. Si Dastan keburu insyaf, bangke emang tuh anak. Makin gila abis balik dari Jember.
Alvino Chakra: makanya man, buru tobat, trus belajar jatuh cinta lo, biar paham apa yang dialami Dastan.
Haffandi Alam: taeee...kayak lo ngerti juga sama cinta. Dah ah gue sibuk nih, mau siap-siap.
Alvino Chakra: pe'ak! lo yang wa gue duluan, lo yang bilang sibuk. Gue tenggelamin juga lu Lam!
Haffandi Alam: punya gue tuh, kena royalty entar lo!
Alvino Chakra: seraaah lu dah. Gue mau karokean duyu. Daaah...
Haffandi Alam: anjiiir...ada gitu di kapal?
Alvino Chakra: ada lah, makanya lu sekali-kali naik kapal sini sama kakak.
Haffandi Alam: nggak mau om, saya mabuk laut om. Mending saya mabuk whisky aja daripada mabuk laut.
Alvino Chakra: taiiik... Gue dipanggil om, trus lu apa? Embah?
Haffandi Alam: dedek aja deh om.
Alvino Chakra: jijik Fan. Minggat sono lu!
Tidak ada balasan lagi dari chat absurd Fandi. Alvin masuk ke bagian dalam kapal. Embusan angin yang dirasakan tubuhnya sudah mulai terasa semakin kencang, karena saat ini kapal sudah berada di tengah lautan.
Sekitar hampir tiga jam, Alvin kembali memasuki bus yang ia tumpangi, karena kapal sebentar lagi akan merapat di Pelabuhan Bakauheni. Alvin terus berpikir apa yang ada di benaknya saat memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Solok, Sumatera Barat. Kenapa dia baru merasa sekarang bahwa hal tersebut merupakan keputusan paling bodoh yang pernah ia ambil selama ini. Padahal saat Hari Raya Idul Fitri saja, belum tentu ia bisa pulang. Lebih tepatnya tidak mau pulang kampung. Sekarang, lebaran haji yang libur kantornya hanya satu hari saja, dia bisa-bisanya menyanggupi untuk pulang kampung. Memang dari dulu jika disuruh memilih, Alvin lebih memilih menunggui kota Jakarta, menjaga perumahan tempat ia dan adiknya tinggal atau mengunjungi berbagai tempat untuk travelling, selama masa panjang libur lebaran daripada harus bertemu dengan keluarga besar dari pihak mendiang mandeh-nya di Padang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (Jodoh Series #2)
RomansaAlvino dan Meidina adalah dua orang asing yang tidak pernah memiliki ikatan batin apapun layaknya sepasang kekasih. Mereka hanya dipertemukan dalam suatu perjodohan karena adat. Alvino, seorang pria metropolitan yang bebas dengan segala prinsip...