Hallo gue disini mau certain tentang pengalaman semasa hidup gue buat kalian, sebelumnya kenalin nama gue Shanya J
Suatu hari, Shanya pergi ke toko buku dekat rumahnya. Ia harus menyebrangi zebra cross untuk menuju kesana, saat ia menyebrang ada seorang laki-laki berjaket hitam dengan masker penutup wajah yang tersandung batu hingga terjatuh di pertengahan jalan. Tanpa sadar kalau lampu hijau sudah menyala, Shanya benar-benar tidak mengetahui itu siapa karna ia memakai masker. ia langsung menolong laki-laki itu dengan susah payah. Walaupun ia tidak bias bangkit dari kursi rodanya, ia tetap bersikeras untuk membantu, “oh my god, ada apa? Bisakah saya membantu mu? Kata Shnya, “No, its okay. Saya bangkit sendiri.” ‘siapa dia? Baik sekali mau menolong orang tidak dikenal seperti saya.’ Gumamnya dalam hati yang tanpa diketahui Shanya, laki-laki itu adalah Niall, idolanya.. *tiiiin* mobil-mobilpun sudah berjalan dan mereka terjebak di tengah zebra cross, polisi langsung datang dan membantu mereka untuk sampai ke tepian jalan. “Thanks, so kind of me.” Kata Niall, Shanya hanya tersenyum dan pergi ke toko buku.
Malampun tiba, Shanya membayangkan laki-laki tadi “Seharusnya saya membantu dia tadi” Shanya memang seperti itu, dia selalu menyesali perbuatannya jika tidak bisa membantu karna kejadian beberapa tahun silam. Ia membiarkan sebuah mobil menabrak sahabatnya dan menyebabkan sahabatnya tewas di tempat.
“Untung saja tadi ada polisi yang membantu. Tapi laki-laki itu siapa ya, dia memakai jaket dan masker yang amat sangat tertutup. Jadi curiga, apa jangan-jangan dia adalah seorang teroris?!” Shanya pun mulai curiga. “ah sudah lah mungkin dia takut hitam. Hahaha.” Tawa Shanya yang sedaritadi membayangkannya. “tapi lucu banget ya matanya, indah banget bikin terpesona. *salah focus* eh maksudnya tulisan di maskernya, walaupun gak keliatan. Ah sudah lah.” Kata Shanya sambil menampilkan senyum manisnya.” Shanya selalu menulis diary tiap malam, menceritakan kisah-kisah yang ia alami setiap harinya. Kadang menangis, kadang pula tersenyum. Tetapi Shanya adalah gadis yang ceria dan menggemaskan. Wajahnya pun sangat manis seolah tidak memiliki kekurangan sedikitpun.
“Panas banget hari ini… itu bukannya cowok yang saya lihat kemarin? Maskernya sama.” Kata Shanya terkejut. “hai mau kemana?” Sapa Shanya, “haiii saya mau membeli pizza” sahut Niall. “Oh gitu, yasudah saya duluan yaaa” tanpa sengaja Shanya menjatuhkan ponsel dan buku diary miliknya. “loh loh this is your ponsel and its your book! Omg.” Kata Niall, tetapi Shanya tidak mendengarnya. Sesampainya dirumah, Shanya mencari dan mengingat-ingat dimana ponsel dan diary miliknya, ia terus mencari tetapi tidak menemukannya.
“ini apaya? Saya sangat penasaran ingin membukanya, tetapi saya takut pada gadis itu. Karna ini adalah privasinya.” Kata Niall sambil memegang buku milik Shanya, “Saya buka ajadeh untuk mencari alamat rumahnya, kasihan kalau gadis itu mencari-cari buku dan ponselnya.” Saat membukanya, selembar foto jatuh dari buku itu. “Siapa ini? Shanya? Jadi namanya Shanya? Cantik sekali gadis ini” ia pun sangat penasaran dengan gadis itu, ia lalu membaca selembar demi selembar buku diary nya.
*kriiiing* bel waktunya pulang pun berbunyi, Shanya bingung bagaimana caranya untuk pulang sementara ponselnya hilang. Ia pun berusaha pulang sendiri dengan kursi rodanya. Berjam-jam sudah akhirnya Shanya tiba dirumah, tanpa mengetuk pinta ia pun langsung masuk dan berteriak “SOREEEE, SHANYA PULANGGG!” kata Shanya, “Shaya, ibu sangat khawatir memikirkan mu. Ibu sudah menyuruh sopir untuk menjemputmu. Bagaimana kamu bisa pulang? Pria itu yang menemukan ponselmu.” Kata ibu sambil menunjuk laki-laki yang menunggu di ruang tau. “loh, jadi ponsel dan diary saya ada di kamu?” Tanya Shanya, “Iya Shanya, maaf gak langsung saya kembalikan” jawab Niall yang memakai makser dan jaketnya. “kamu tau alamat dan namaku darimana?” Tanya Shanya bingung, “saya lihat di buku diary mu.” “jadi kamu membuka buku diary saya? Lancing sekali” shanya pun menyuruh Niall pergi.