BENAR BENAR TAK BISA
----------------------------------------------------------
Kamarku mulai terasa hangat. Cahaya sang mentari mulai menyilaukan mataku yang belum sepenuhnya terbuka. Aku berusaha bangun dari ranjangku dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Segera mandi, dan bla bla bla. Rutinitas pagi yang setiap pelajar lakukan.
“Pagi ayah, ibu..” sapaku saat bertemu mereka di meja makan
“Makan dulu gih..” pinta ibuku
“Nggak deh bu, si Ega udah nungguin di depan rumah. Nih, dari tadi dia misscalled melulu.”
“Kok nggak diajak masuk?” sahut ayahnya
“Nggak usah yah. Kapan-kapan saja, udah keburu nih. Berangkat dulu Yah, Bu. Assalamualaikum.” Ucapnya sambil mencium tangan ayah dan ibunya
**
“Ayo cepetan! Sudah hampir telat nih..”
“Iya iya, sabar sedikit lah. Bawel banget sih jadi cowok.” Aku segera naik keboncengan motornya
Ega itu temanku sejak TK. Rumah kami dekat, jadi setiap hari selalu berangkat bersama. Kami sangat dekat. Kemana-mana selalu berdua. Dimana ada dia, disitu ada aku. Seperti Galih dan Ratna. Banyak orang yang salah paham saat melihat kami berdua, banyak yang mengira kami pacaran, padahal belom (Ngarep jadi pacar).
**
“Huft, untung belom telat. Kamu sih, LEMOT..” sambil menjitak keningku
“Argh, sakit tau! Dasar bawel. Biasanya kamu yang telat saja aku nggak protes, giliran aku, diomelin terus. Huh!”
“Heh, wajah mu nggak cocok buat marah. Nggak kelihatan imut tau!” goda Ega
“Whatever you said. I dont care.” Aku pun bergegas masuk ke kelas, diikuti oleh Ega
**
Aku duduk di bangku ku. Lalu tiba-tiba Ega nongol di sampingku, padahal kelasnya berjarak 2 kelas dari kelas ku. Belom sempat aku nanya, dia sudah berceloteh duluan.
“Eh, Ra, jadi pengen cari pacar nih. Anak kelas 1 imut-imut ya?”
Aku tersentak. Terus terang, aku merasa cemburu. Tanpa disadari, perasaan cinta telah ada dan berkembang dihatiku. Entah dari mana dan sejak kapan cinta itu datang, tapi yang jelas, kebersamaan kami telah menumbuhkan benih-benih cinta. Tapi aku tak berani mengungkapkannya. Aku takut akan merrusak persahabatan kami.
“Ya itu sih terserah lo. Kan lo yang ngejalanin, lagian juga sering begitu kan sama cewek lain. Dan lagi, cewek kelas 1 banyak yang centil kan? Lo suka kan?” jawabku dengan nada sinis
“Jealous ya? Aku nggak suka sama cewek centil, yang penting baik, cantik, imut dan plus plus lainnya. Haha” ia tertawa sendiri, padahal menurutku nggak ada yang lucu. Kubalas saja dengan senyum nggak ikhlas. Tapi aku lega mendengarnya. Untung saja dia punya selera yang tinggi. Walaupun dia berulang kali ngomong mau cari pacar, tapi nggak pernah ada yang kena dihatinya. “Alhamdulillah.” batinku
**
Usai pulang sekolah, kami selalu bergegas pulang. Dan seperti biasa, aku menunggu Ega mengembil motornya di depan gerbang sekolah. Nggak di depan gerbang sekolah sih, sebenarnya udah jauh dari gerbang. Sekitar 15 meter lah. Ngga sengaja aku lihat seorang gadis manis yang terlihat ketakutan karena digoda oleh beberapa brandalan yang nggak jelas. Tanpa pikir panjang, aku pun menghampirinya.
“Dek, maaf ya menunggu lama. Ayo pulang.” Aku pura-para saja sok kenal demi menyelamatkannya. Walaupun ia terlihat agak bingung, tapi ia mengiyakan saja tawaranku.