-Lia POV-
Tok ... tok ... tok ... gubrak!!
Eh anjir, masih pagi! Paansi ngegangguin orang tidur?! Tanpa memerdulikan itu gedoran, gue mulai menggeliat di dalam lilitan bed cover warna pink strip putih bergambar tokoh Disney kesukaan gue. Elsa. Punya gue ini. Bukan punya si idiot Lio.
Well, dengan segala tekad dari jiwa dan raga, gue putuskan untuk membuka mata gue perlahan--setelah itu memejamkannya lagi buat ngelanjutin mimpi gue yang terputus tadi. Hehe.
"LIA!! BANGUN!! KELUAR KAMU SEKARANG LEAKK!!" teriak seseorang di balik pintu kamar gue. Mama. Ya. Memangnya siapa lagi yang berani mengganggu tidur kebo gue di hari Minggu gini? Lio? Plis deh.
"IYA IYAA!! YAELAH ... NYOLOT BAT SIH JADI EMAK!" teriak gue tak kalah kerasnya ngelebihin suara toa masjid.
"NGOMONG APA KAMU BARUSAN?? HAH?!"
"BUDEK!!" teriak gue. Eitss, ya gue ga bakal nyari mati lah dengan teriak kek gituan ke Mama--yang karena Papa gue belum kawin lagi, sehingga gue masih bisa menyebutnya sebagai Mama gue satu-satunya tersebut. Jadi gue menutup mulut gue pake bed cover supaya Mama gue yang paling cantik setelah gue itu ga denger.
Dengan langkah gontai macam zombie yang dipaksa makan wortel, gue pun berjalan ke arah pintu kamar gue. Kamar gue dan si idiot Lio, maksud gue.
Brakk!!
Eh salah deng.
Ceklek ....
Dan kini, terpampanglah secara sempurna salah satu perwujudan dari Nenek Tapasya yang ga mati-mati itu. Duh ah, pagi-pagi dah durhaka aja gue.
Dengan senyum manis yang udah diteliti guru les piano gue kalo mengandung boraks ini, gue pun menyapa Mama gue yang saaangaaatt cantik. Kedua. Setelah gue, maksudnya. Hehe.
"HAEOOO MAMAH!!" pekik gue ceria di depan wajah Mama gue yang entah mengapa kok jadi cantik pake banget karena ada beberapa motif di wajahnya--membentuk garisan wajah salah satu selirnya Mickey Mouse. Si Herp.
Lama, iya lama. Lama gue diam dengan posisi senyum lebar kek orang idiot di depan wajah Mama gue. Begitu pun si Mama. Doi cuma mandangin gue dengan tatapan datarnya.
Kata setan--bukan orang--kalau ada yang ngeliatin wajah lo lama pake banget, kek apa yang Mama gue lakuin saat ini, itu artinya dia terpesona oleh kecakepan wajah lo. Dan satu-satunya cara supaya doi bisa terbebas dari wajah cakep lo yang memikat, lo pada harus lakuin kek apa yang bakal gue lakuin saat ini. Gini nih ....
"LIAAAAA!!" jerit mama gue kenceng--mungkin terkedjoet setelah gue membenturkan jidat indah gue ke hidungnya dari bawah, dan secara bersamaan pula gue nusuk pinggang kanan ama kirinya dengan keras pake kedua jempol kaki--eh salah--kedua jari telunjuk gue. Bisa bayangin?
Gue pun langsung ngibrit ke bawah, buat nyari pertolongan pertama dari Mama gue yang mulai mengaktifkan mode nyeremin kek pensil alis death note tersebut.
Dan ... wah! Aku tercengang! Di meja makan saat ini udah ada Papa gue yang lagi baca suratan takdir--ralat--baca koran di kursi kepala meja makan, sama ada si jahanam Lio yang lagi ngolesin semen ke rotinya di kursi sebelah kanannya Papa gue.
Gue pun langsung lari ke arah Papa gue yang paling ganteng cuma di rumah gue ini. Dan mungkin karena gue terlalu bersemangat kali yak, sampai gue loncat ke atas meja lewat kursi yang berada di seberang Papa gue (perlu lo pada tau, meja gue ini lebar terus panjang. Udah kek meja buat para psikopat nyiksa orang gitu, jadi gue bebas mo ngapain aja di atas sini. Hoho). Setelah naik, gue pun lanjut lari bagaikan atlet renang--oke ralat--atlet lari di atas meja makan yang ga berdosa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction"Apa jadinya bila saudara, lebih tepatnya saudara kembar kita sendiri justru mengklaim bahwa kita adalah miliknya yang akan bersama selamanya??" --Adellia Dirgantara Putri-- ~+~+~+~+~+~ "Ya ... kita akan hidup bersama selamanya. Dari yang masih beru...