Part 6 End

1.7K 114 10
                                    

Kandungan Jiyeon sudah berusia 8 bulan. Satu bulan lagi dia akan melahirkan. Hari ini Jiyeon akan memeriksakan kandungannya ke rumah sakit. Ia mengajak Myungsoo, namun Myungsoo sedang sibuk. Jiyeon terus memaksa agar Myungsoo mau mengantarnya.

"Apakah pekerjaan itu lebih penting dariku dan calon anakku? Atau kau sudah tidak sayang lagi padaku dan anakku?"

"Mwo? Anakmu? Yak!! Itu anakku juga. Aku yang membuatnya. Kalau bukan karena aku kau tidak akan hamil." Mendengar itu, mata Jiyeon menjadi berkaca-kaca dan akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan Myungsoo sambil meneteskan air matanya. "Ya!! Chagi... Maksudku tidak seperti itu. Ya! Ya! Ya!" panggil Myungsoo sambil berteriak. "Lee Joon-a, tolong kau hentikan Jiyeon sekarang. Katakan aku akan mengantarnya." Ujar Myungsoo melalui sambungan teleponnya. Ia berjalan tergesa-gesa menyusul Jiyeon. Myungsoo sedikit berlari sesampainya di parkiran. Ia melihat Jiyeon yang sedang menangis di dalam mobil. Myungsoo membuka pintu mobil dan mengambil alih kursi kemudi. "Chagi mianhae..." ujar Myungsoo sambil menggenggam tangan Jiyeon. Namun dengan segera Jiyeon menyingkirkan tangannya dari genggaman Myungsoo. "Chagi... aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Jangan marah ne..." ujar Myungsoo. Jiyeon mengalihkan pandangannya menghadap ke luar jendela.

∞∞∞

Mereka telah sampai di depan sebuah rumah sakit. Jiyeon masih marah dengan Myungsoo. Namun perlahan, saat Jiyeon mulai melangkah masuk ia tiba-tiba memeluk lengan Myungsoo. Entah ia hanya ingin terlihat seperti pasangan romantic atau memang itu keinginannya sendiri.

Kini nama Jiyeon telah di panggil. Jiyeon dan Myungsoo melangkah memasuki ruangan dokter yang memang dokter tersebut dulunya adalah teman kuliah Myungsoo. Selang beberapa menit kemudian Myungsoo dan Jiyeon akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit. "Kau mau pulang, atau pergi kerumah orang tuamu?" Tanya Myungsoo santai sambil melihat kearah Jiyeon sekilas.

"Kemana saja asal aku tidak kesepian disana." Jawab Jiyeon.

"Baiklah, aku akan mengantarmu ke rumah orang tuamu. Disana ada Gyuri yang mau menemanimu."

∞∞∞

Night

Jiyeon dan Myungsoo kini tengah tertidur. Tiba-tiba saja Jiyeon terbangun dan pergi ke dapur. Ia melangkah mendekati kulkas. Ia mencari sesuatu disana, namun sesuatu yang dicarinya tidak ada disana, dan tidak akan ada disana. Ia kemudian kembali ke kamarnya dan membangunkan Myungsoo. "Oppa... aku ingin Shushi..." ujar Jiyeon. Myungsoo hanya mengeluarkan sebuah lenguhan pelan, tanda bahwa ia baru tersadar dari tidurnya. "Oppa belikan aku shushi..." rengek Jiyeon lagi.

"Ini masih tengah malam chagi... besok saja yah..." Myungsoo mengusap pelan rambut Jiyeon.

"Tapi aku maunya sekarang."

"Besok aku belikan kamu shushi yang banyak."

"Ya sudah lah. Aku akan mencarinya sendiri." Jiyeon berjalan mendekati lemari pakaiannya dan mengambil mantel cokelat. Myungsoo yang melihat itu segera bangun dan menahan tangan Jiyeon agar tidak pergi.

"Chagi, ini masih tengah malam. Besok aku akan membelikanmu shushi."

"Lepaskan aku oppa. Kau memang tidak pernah sayang padaku dan anakku. Atau kau menikahiku kembali hanya karena kau kasihan padaku? kau hanya tidak ingin anak ini terlahir tanpa ayah. Dan kau-"

"Chagi!" bentak Myungsoo menghentikan ucapan Jiyeon. "Aku mencintaimu. Tulus. Aku menikahimu kembali karena aku masih mencintaimu." Lanjut Myungsoo lembut. Ia menatap mata Jiyeon. "Aku akan membelikanmu shushi sekarang. Tunggulah hingga aku kembali." Ujar Myungsoo. Ia mengambil mantel hitamnya dan menyambar kunci mobilnya.

Because I Born To Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang