"Ci!"
Sudah ke 4 kali nya Ririn dan Syana membangunkan gadis yang masih dengan pulas tertidur dipesawat itu. Sunny.
"Ci San!" Untuk kelima kalinya Sunny masih belum tersadar dari mimpi indahnya. Hingga terselip niat jail Ririn untuk mencipratkan air mineralnya ke wajah sahabatnya itu."Eh Eh!" Kini gadis yang sedari tadi ditunggu sudah benar-benar terbangun dari alam tidurnya.
"Kurang ajar!" Sunny menatap tajam ke arah kedua sahabatnya itu dengan sigap mereka lagi meninggalkan Sunny yang ingin mencak-mencak memaki keduanya."Siapa suruh dari tadi dibangunin gak bangun!" Desis Syana saat mereka sudah berjalan keluar dari Bandara dan hendak menaiki bus yang sudah menunggu.
"Iya iya maaf!" Sahut Sunny. Keduanya baru menyadari jika teman mereka ,Ririn tidak lagi berjalan disamping mereka. Kedunya menoleh kebelakang dan mendapati Ririn sedang mematung dengan air mata yang sudah menumpuk disudut matanya. Mereka berjalan menghampiri Ririn.
"Hey hey kok nangis sih Rin?" Sunny menepuk pundak Ririn dengan wajah yang khawatir dan bingung.
"Aku gak nyangka , aku ada disini sekarang." Ucapnya dengan suara yang sedikit parau.
"Ssshh udah udah ayok ntar ketinggal yang lain lho!" Tambah Sunny tidak ingin berlama-lama menunggu Ririn menangis.****
Jetlag masih sangaat kurasakan saat ini, bahkan sudah beberapa jam yang lalu aku hanya tertidur di kamar hotel ku. Jika tidak karena suara ketukan pintu yang cukup kencang tadi aku pasti belum terbangun dan tidak akan ikut dinner bersama yang lain. Hari mulai menunjukan pukul 7 malam. Semua mahasiswa dan mahasiswi diminta untuk berkumpul di restaurant yang terdapat dilantai satu.
Aku mengedarkan pandanganku pada dinding kaca yang terdapat dikamar ku. Kami menginap di Grand Ambassador. Hotel yang cukup menakjubkan dan betapa beruntungnya aku , aku mendapat kamar hotel dengan view yang sangat indah saat malam hari seperti ini. Kurasa aku salah mengenai Seoul. Kurasa Seoul memang indah , tidak. Bukan indah lagi, namun sangat Indah dan percayalah kau tak akan menyesal dengan melihat suasana malam ini di kamar hotelku.
Cukup lama aku menikmati pemandangan diluar gedung hotel ini membuat ku tersadar jika sekarang aku harus segera mandi. Kulangkahkan kaki ku menuju kamar mandi. Segera kubersihkan seluruh tubuh ku dengan air yang mengalir dari shower sungguh sejuk dan hangat. Aku merasa sedikit demi sedikit jetlag ku sudah lebih baik.
Aku mengeringakan rambutku dengan hairdryer sembari membalas pesan Ririn dan Syana. Mereka kini sudah ada dibawah dan dinner segela dimulai. Aku segera meletekan hairdryer ku dan melepas kabel nya. Menyisir rambutku yang masih sedikit basah dengan kasar dan membuat beberapa helai rambutku tertinggal disisir yang kupakai. Issh!
Aku menyusuri lorong dengan cepat sebelum acara dimulai, namun baru saja aku hendak menuruni tangga. Tiba tiba ada saja yang sengaja menabrak bahuku dengan bahunya. Dan siapa lagi kalau bukan Hana. Aku mendongak menatap gadis itu ia justru menyunggingkan senyumnya yang memuakan."Ups. Sorry , kamu emang gabisa jalan deh kayaknya."
Cukup kesabaran ku kali ini, sebelum sampai di Korea dia sudah benar-benar membuat ku emosi dan sekarang aku tidak bisa diam saja. Walaupun sejujurnya aku tau pasti aku akan lebih barmasalah jika meladeni nya namun aku tak bisa menahan emosiku untuk saat ini.
"Jangan cari ribut di negara orang deh kak Hana!" Aku menekankan pada 'kak Hana' yang justru memperjelas jika aku tidak berniat dan muak menyebut namanya ditambah dengan embel-embel 'kak' itu.
"Lhoh aku gak cari ribut lho, kamu kalik yang cari ribut." Balasnya dengan nada yang menyebalkan untuk didengar.
"Ah udahlah capek ngobrol sama orang be go!" Aku benar-benar tidak tahan untuk mengumpat padanya. Dan kalimat itu sukses membuat nya mendelik tak percaya. Aku sudah tidak peduli.
"Eh nyolot nih anak! Aku senior mu!" Sahutnya dengan nada tak terima dan hendak menunjukan jari nya tepat didepanku.
"Peduli amat! Minggir!" Dengan kasar aku berjalan dan menabrak bahunya seperti yang dia lakukan pada ku tadi.