Tigo (Tiga)

13K 958 15
                                    

Perjodohan: Dilema adat yang mengekang hati.

~~~~~

Di sisi lain Alvin sama sekali tidak keberatan apalagi marah, acara pertemuannya dengan perempuan yang hendak dijodohkan dengannya itu telah dibatalkan secara sepihak. Itu artinya dia tidak perlu repot-repot mencari alasan untuk menghindar dari pertemuan yang sempat membuat perutnya melilit semalaman. Sayang sekali, biar sampai kapan pun dan bagaimanapun dia menghindar, perjodohan akan tetap berlangsung. Tak ayal masalah ini kembali membuat Alvin terlihat sering muring-muring tanpa alasan. Ditambah lagi teror dari Nurahman yang acap kali menyinggung perihal apakah Alvin sudah menemukan perempuan yang hendak dijodohkan dengannya itu.

"Kenapa lo? Butek amat tuh muka kayak selokan?" tanya Fandi saat keduanya berada di sebuah kelab malam di kawasan Thamrin.

Alvin jika sudah suntuk selalu begini, melampiaskannya di dunia gemerlap seperti kelab ini. Ingar bingar musik DJ dan minuman berbau alkohol bisa membuatnya sejenak melupakan permasalahan yang ada.

Biasanya Fandi dan Dastan akan setia menemaninya. Namun malam ini, Dastan absen tidak ikut bersenang-senang ala mereka bertiga. Bahkan temannya yang satu itu memang sudah sangat jarang bergabung di tempat seperti ini. Semenjak mengenal 'bidadari tak bersayap', sebutan dari Fandi dan Alvin untuk calon istri sahabatnya itu.

"Bosen gue gini mulu hidup," ujar Alvin setelah meneguk vodka di hadapannya

"Ganti gaya Al, kalau bosen."

Alvin menoyor kepala Fandi atas jawaban ngasal sahabatnya itu. Dipikir sedang have sex, orang bosan disuruhnya ganti gaya, jelaslah Alvin makin gedeg sama Fandi.

"Enak ya, Dastan sudah menemukan jalan kembali pulang. Nggak kayak kita yang jalannya tersesat terus," ujar Alvin lagi, dengan tatapan kosong. Sepertinya Alvin tengah berada diambang batas kadar alkohol yang bisa diterima oleh tubuhnya.

"Iya, tersesatnya tapi bikin enak nggak apa-apa lah," jawab Fandi ngasal lagi. Dan jawabannya itu membuat Alvin mendengkus kesal kali ini.

"Gue cabut dulu ya." Alvin beranjak dari duduknya lalu mulai melangkah dengan sedikit sempoyongan.

"Lah buru-buru amat, Man?"

"Buru-buru pale lo, udah jam tiga pagi ini, nyet!"

Fandi tidak lagi menjawab Alvin, karena seorang perempuan berambut cokelat gelap sebahu sudah menariknya ke dance flor.

Bila sudah diambang teler seperti ini, Alvin tidak akan pulang ke rumahnya. Beruntung tadi dia memutuskan untuk menggunakan mobil sendiri ke kelab. Malam ini, Alvin memutuskan untuk tidur di dalam mobil, agar Silvia tidak melihat abangnya pulang dalam kondisi setengah teler. Alvin menepikan mobil di pinggir jalan tidak terlalu jauh dari kompleks perumahannya. Setelah merendahkan jok mobil, Alvin merebahkan tubuhnya lalu terlelap begitu saja.

***

Bulan sudah berganti, bahkan tahun juga telah berganti baru, tapi Alvin masih saja stuck di satu tempat. Pikirannya berputar di satu poros, apalagi kalau bukan perjodohan yang mulai mengusik kehidupannya yang selama ini baik-baik saja. Mungkin juga ada benarnya yang dikatakan Silvia hari itu, bahwa sebenarnya ia cuma pengecut bahkan bisa dikatakan seorang pecundang, yang bisanya lari tunggang langgang menghadapi hal sesepele perjodohan. Belum lagi menghadapi pernikahan yang sebenarnya. Alvin sebenarnya memang sudah berniat hendak mencari perempuan itu, tapi ia benar-benar lupa siapa nama perempuan itu. Sedangkan untuk bertanya pada Nurahman rasanya ia sudah tak punya muka lagi. Nurahman pasti akan menggantungnya di jam gadang, jika ketahuan kalau selama ini Alvin tidak pernah berusaha mencari perempuan itu seperti syarat yang ia ajukan sendiri saat awal perjodohan.

Perjodohan (Jodoh Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang