Chapter 4 - the past is treason

345 32 20
                                    

-makasih atas saran+vote+komen yang kalian apresiasi buat gue HUG{}

Aku menarik nafasku panjang. Menghembuskannya sedikit demi sedikit. Karena bagaimana pun, dadaku sangat sesak mengingat apa yang telah aku ceritakan pada Louis.

Kepala ku masih terletak nyaman di bahunya. Louis tak keberatan akan hal itu, dan tangannya masih aktif mengusap bahu sebelah kiriku.

"Asal kau tahu, Bell... aku tak pernah memiliki masa lalu" ujarnya.

"Maksudmu?"

"Kau tak mengerti? Ku bilang, aku tidak mempunyai masa lalu, Bella!" ujarnya penuh penekanan.

"Itu bukan masalah. Apa yang kau harapkan dari masa lalu? Kepedihan? hm?"

"Bukan begitu, kadang aku iri pada orang-orang yang pernah tersakiti oleh masa lalu mereka" ujarnya.

"Kenapa?"

"Karena dari masa lalu, bahkan mereka bisa belajar sesuatu"

Aku melepaskan sandaranku di bahunya. Aku mencoba membenarkan posisi dudukku untuk menghadapnya.

"Berarti, kau belum pernah patah hati?"

"Belum"

"Belum pernah terluka?"

"Belum"

"Belum pernah menangisi seseorang?"

"BE-lum! Aku belum pernah merasakan jatuh cinta, atau pun mengalami hal-hal yang kau sebutkan tadi" tegasnya.

"Mengapa kau tidak mencobanya?" tanyaku asal.

"Dengan siapa? Dengan para pelayanku? atau dengan ibuku sendiri?" ujarnya sambil terkekeh.

Aku pun ikut terkekeh. Lalu, menatap mata biru Louis dengan dalam. Mencoba membaca pikirannya, apakah kali ini dia sedang berbohong atau jujur. tapi, percuma jika dipaksakan juga, aku tidak bisa membaca pikiran seseorang dari tatapannya. Bodoh!-_-

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Tidak percaya?" tanyanya.

"Eh-- jujur saja memang tidak"

Louis memutar kedua bola matanya. Sesaat dia membalas tatapan mataku. Dia menatapku dalam-dalam-dan dalam! sangat lama. Aku jadi terheran sendiri.

"Apa yang kau lakukan, Lou?" tanyaku heran.

"Aku hanya mencoba menelaah. Orang bilang kau bisa jatuh cinta pada seseorang dengan cara menatapnya lama. Dan mata itu seakan sangat indah di matamu. Ternyata aku tidak terpengaruh, lagian mata coklatmu itu juga biasa saja" ujarnya datar.

"Kau ini-_- memang jatuh cinta se-simple itu?"

"Memangnya bagaimana?"

"Kau harus membutuhkan proses untuk cinta. Bukan hanya sekedar menatap mata seseorang dengan lama. Btw, terimakasih pujiannya-_-" ujarku dengan penekanan di kata pujiannya.

Louis terkekeh. "Maaf! Lagian kau tahu, seseorang yang tidak mempunyai masa lalu akan cenderung polos dan berkata apa adanya" ujarnya nyengir.

"Ya, terserah"

"Hahaha, jangan marah begitu dong!" rayu Louis.

"Tidak, aku tidak marah"

"Tapi dari nada bicaramu sepertinya kau marah"

Aku tak menjawab pertanyaan dari Louis. Aku hanya mengalihkan pandanganku ke laut yang biru se-biru matanya. Walau begitu, wajah Justin lah yang tercetak jelas di biasan laut itu.

Miserab?ble!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang