Silvia mengarahkan pandangan kearah sesosok lelaki di depannya. Rasanya tugas selama beberapa bulan itu tidak cukup menyurutkan lelaki itu berhenti mengikutinya. Silvia risih dengan lelaki itu. Ingin sekali ia menghindar namun tidak bisa. Lelaki itu selalu saja melakukan berbagai cara agar menarik perhatiannya. Bahkan saat ini lelaki itu kembali bertingkah.
Silvia mengabaikan lelaki itu. Wanita itu tidak ingin ada lelaki itu di depannya.
"Apa kabar kamu, Silvia?"tanya lelaki itu dengan lembut. Lesung pipi yang dimiliki lelaki itu tercetak dengan jelas.
Silvia memutar bola matanya malas. "Apa ayahku yang memulangkan kau kemari?"
Sebuah nama terpajang di seragam yang ia gunakan. Aryo Pratama. Lelaki itu sudah sejak lama mengejar Silvia. Sayangnya, ia berkali-kali ditolak mentah-mentah oleh wanita itu. Aryo mengenal Silvia karena sering kali ikut dalam acara latihan rutin. Sejak itu Aryo mulai mendekat Silvia. Namun wanita itu tidak menganggap dirinya ada meski Aryo ada di hadapan matanya.
"Tugas pasukan memang sudah berakhir. Semua anggota kembali ke Indonesia."jawab Aryo dengan singkat.
Silvia mengerutkan keningnya. "Ayahku memerintahkan kau kemari? Jika kau ingin bertemu ayahku sebaiknya masuk saja. Dia ada di meja kerjanya. "
"Tidak."
"Kenapa kau masih berada disini? Sebaiknya pulang."balas Silvia dengan dingin.
"Aku mau menemui mu." Ucap Aryo dengan ramah.
Silvia memutar bola matanya malas. "Saya sibuk. Kau pulang saja."
Aryo menggeleng. "Aku tetap mau disini."
Silvia mendengus kesal. "Dasar keras kepala."
Aryo terkekeh dengan pelan. Dirinya memang suka membuat wanita yang ada di depannya menjadi kesal. "Kamu tidak mau menanyakan kabarku?"
"Tidak."jawabnya dengan singkat.
Aryo masih juga tidak berputus asa untuk mendapatkan hati wanita yang ada di depannya. Dengan usil Aryo mencolek dagu wanita itu untuk mendapatkan perhatian.
Silvia terkesiap."Apa yang kau lakukan?"
Aryo kemudian tertawa kecil. "Untuk mendapatkan perhatianmu."
Silvia menghiraukan segala tingkah Aryo. Wanita itu masuk kedalam rumahnya dan tidak akan keluar sebelum lelaki itu pergi. Silvia muak dengan sikap dan tingkah Aryo yang usil. Terlebih lagi Aryo sering kali mencari perhatian darinya. Silvia tau kalau Aryo menyukainya, namun hati Silvia hanya untuk orang lain.
Bukan untuk Aryo.
Setelah Aryo pergi, gadis itu akan menemui lelaki yang ia cintai.
***
Hujan rintik-rintik mulai turun ketika langit malam menggantikan langit biru. Satria kini menunggu atasannya yaitu Letnan Kolonel Purnomo yang ingin bertemu dengan di sebuah restoran. Tidak biasanya Letnan Kolonel Purnomo mengajaknya bertemu ditempat seperti ini. Terlebih lagi dengan alasan Letnan Kolonel Purnomo yang mengajaknya bertemu begitu mendadak.
Satria keluar dari mobilnya yang sudah memakai jas seperti yang diperintahkan oleh Letnan Kolonel Purnomo. Lelaki itu melangkah memasuki ruangan dengan tatapan lurus. Meskipun ia sempat menjadi perhatian karena penampilannya, ia tetap berjalan ke depan.
Musik jazz mengalun dengan pelan sebagai pencair suasana. Satria sedari tadi menatap kearah pintu masuk menunggu kedatangan Letnan Purnomo yang hingga saat ini juga belum hadir. Baru saja ia ingin menghubungi Letnan Purnomo, sebuah panggilan masuk yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Ficção AdolescenteSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...