Prolog

4.3K 231 45
                                    

"Dimana kamu, Vanya?!"

Suara geram seorang lelaki langsung saja terdengar saat Vanya Geraldine mengangkat teleponnya. Vanya, seorang siswi kelas 2 SMA itu pun menghela napasnya panjang sebelum menjawab, "Dijalan, Pah."

"Jam segini masih di jalan?! Keterlaluan ya kamu! Kasih tau Papa dimana kamu sekarang, biar Papa yang jemput!"

Vanya memutar bola matanya kesal, "Ih! Aku tuh udah gede, lagian ini udah di mobil temen, temen juga mau anter ke rumah ribet deh!"

"Tolol kamu!" sentak Papanya lagi, "Rumah Papa kunci! Terserah kamu mau kemana!"

"Pa! Ini macet kenapa sih! Papa tega biarin aku keluyuran malem - malem gini?! Ini kan udah jam 2 malem!"

"Ya itu urusan kamu!"

Sambungan telepon pun terputus. Ya, Papa Vanya langsung memutuskan sambungannya tanpa ingin mendengarkan penjelasan Vanya lagi.

"Ih! Gini nih punya Papa yang ribetnya minta ampun!" celoteh Vanya pada semua teman - temannya yang berada di dalam mobil.

"Papa lo pernah muda gak sih?" tanya Laura, sahabatnya, "Kayaknya lo di larang banget gitu, padahal kan lo gak ngapa - ngapain."

"Tau tuh! Aneh emang, apa - apa kena marah! Gue nih ya, napas aja kayaknya kena marah! Kesel gue!" seru Vanya yang menjadi kesal.

"Yang," sela Delvano, kekasih Vanya, "Jangan gitu, Papa tuh sayang sama kamu tandanya."

"Sayang tuh gak gini caranya! Gak selalu ngajak berantem!" jawab Vanya, "Ya ginilah, punya bokap udah kayak punya musuh! Jadi males pulang kan gue ah elah!"

"Jadi? Ini pulang atau kamu mau ke rumah Laura?" Delvano memperlambat lajuan mobilnya, menunggu jawaban Vanya.

"Ya pulang lah! Mau gue di bantai emangnya? Udah pulang!"

Delvano mengangguk, "Yaudah, bilang sama Papa, kamu bentar lagi sampai."

"Lah males! Udah pokoknya tau - tau gue sampe aja deh."

Laura lalu menepuk bahu Vanya yang sedang duduk di jok depan penumpang di samping Vano, "Van, maafin gue ya, gara - gara gue pengen nonton konser, lo jadinya kena amuk Papa lo lagi deh."

Vanya lalu menoleh pada Laura yang duduk di jok belakang, "Gak apa kali, La. Gue juga seneng kali nonton konser! Kapan - kapan nonton konser bareng lagi ya!"

"Siap, Bu Bos!" seru Laura seraya memberi hormat pada Vanya, sementara Vanya hanya tertawa saat melihat tingkah laku sahabatnya itu.

Tak membutuhkan waktu yang lama, mobil Vano kini sudah memasuki kompleks rumah Vanya, setelah Vano mengantarkan pulang Laura terlebih dulu sebelumnya. Keadaan disana sudah sepi, hanya ada beberapa lelaki yang sedang menongkrong di samping rumah besar milik keluarga Vanya. Setelah memasukkan semua barang - barangnya ke dalam tas, Vanya pun membuka pintu mobil Vano setelah memeluk hangat kekasihnya itu.

"Bye, besok pergi sekolah bareng kan?"

Vano mengangguk, "Pasti dong sayang, bye! Langsung tidur ya!"

"Iya, kamu langsung kabarin ya ntar kalau udah sampe rumah."

"Siap!" jawab Vano membuat Vanya tersenyum malu.

Vanya pun turun dari mobil berwarna putih itu dan langsung memasuki pagar rumahnya. Keadaan rumahnya pun begitu sepi, namun lampu yang berada di ruang tamu masih menyala. Vanya pun yakin bahwa Papanya masih menunggunya disana. Berjalan perlahan memasuki halaman rumah, dan membuka pintu rumahnya itu dengan berhati - hati, akhirnya Vanya pun sudah mendapatkan Papa nya yang tengah duduk di sofa dengan pandangan yang kini tertuju pada Vanya.

"Masih ingat pulang rupanya?"

Vanya hanya bisa menelan ludahnya sendiri saat ini, "Mampus! Abis deh gue!" batinnya bicara dalam hati.

***

Ini bukan Teen Fiction, ini Short Story! Ini bukan tentang cinta2an, ini tentang keluarga, tentang cinta seorang Papa! Memang, gue bikin cerita ini beda dari yang sebelum - sebelumnya ya, entah kenapa pengen aja buat yang beda:)

Dan, ini based on true story nya aku lagi ya! Ini cerita aku dengan Almarhum Papaku. Walaupun di buat lebih drama sedikit sih hehe but, ini memang kisah nyata. Dan, gue buat ini memang untuk menghormati Papaku yang sekarang sudah tenang disana:) love u Pah!

So, happy reading all! x

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Father My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang