Bab 15b

4.5K 280 29
                                    

Senang sekali saya dapat update sesuai janji....

Typo? Karena halamannya sekitar 19 halaman, saya males buat self-editing. Jadi, ma'af, ya.....

Happy reading, enjoy this part....

Do'nt be silent readers, please.....


============================

Ruangan Yasmin mendadak hening saat Bibi Maria masuk bersama perawat yang mendorong brankar kecil milik bayi Yasmin dan Randi. Tanpa sadar Hans menggenggam dengan sangat erat tangan Noura melihat wanita yang diam-diam dirindukannya berjalan tanpa menyadari kehadirannya. Hans tidak tahu apa Bibi Maria hanya berpura-pura tidak menyadari kehadirannya atau ia memang tidak mengetahui jika ada Hans disana. Pandangannya tertuju pada bayi merah yang ia gendong.

Perawat tersebut meletakkan brankar kecil yang ia dorong disamping brankar Yasmin. Setelah itu perawat tersebut pamit dan meninggalkan ruangan. Bram dan Sheila duduk disofa yang ada ruangan tersebut. Hans dan Noura berdiri disamping kanan Yasmin. Sedangkan Randi berdiri disisi kiri Yasmin menggenggam erat tangan Yasmin. Tampak Bibi Maria yang sedang menimang cucu pertamanya dan tidak menyadari kehadiran Hans dan Noura disana. Kepala Bibi Maria terangkat saat menyadari ruangan hening. Raut bahagianya berubah saat matanya menangkap sosok Hans dan Noura didepannya. Raut wajah Bibi maria membuat Hans kembali sedih ditambah dengan sapaan kasar yang diucapkan Bibi Maria pada Hans.

"Apa yang kau lakukan disini? Mengapa mereka ada disini, Yasmin? Randi?" suara Bibi Maria yang keras membuat bayi Yasmin menangis. Bibi Maria berusaha menenangkan cucunya tersebut dengan menimangnya. Setelah bayi Yasmin kembali tenang, ia kembali menatap Hans dengan tatapan tajam.

"Yasmin yang mengabari Mas Hans, Ma." Yasmin memang tidak memberi tahu pada Bibi Maria kalau selama ini ia berhubungan dengan keluarga kecil Hans. Ia tahu kalau Mamanya tidak akan menyukainya.

"Usir mereka, Ran. Aku tidak mau mereka ada disini!" Bibi Maria masih menatap tajam pada Hans dan Noura. Matanya menangkap sorot sedih dimata Hans. namun Bibi Maria berusaha mengabaikan sorot tersebut. Ia masih marah dan kecewa atas pilihan Hans. kekecewaan tersebut membuat Bibi Maria tidak mau berhubungan dengan Hans lagi yang ia anggap bukan lagi keluarganya.

"Ma, Mas Hans dan Mbak Noura hanya ingin mengucapkan selamat. Mama tidak perlu mengusir mereka." Bibi Maria menggeleng. Ia tetap keukeuh pada pendiriannya tidak ingin bersama dengan Hans dalam satu ruangan yang sama.

"Mama tidak mau dia ada disini, Yas. Suruh dia pergi atau Mama yang keluar." Ancaman tersebut membuat Noura meremas tangan Hans. Ia tidak sanggup saat merasakan tangan Hans yang gemetar. Walaupun Hans tidak mengucapkan satu katapun, tapi ia tahu, Hans sedang gemetar dan terluka.

"Ma...," belum selesai Yasmin berucap, Bibi Maria langsung menyela.

"Kalau begitu biar Mama yang keluar." Belum sempat Bibi Maria melangkah, gerakan tubuhnya terhenti saat Hans berucap. Suara Hans tersebut membuat Yasmin menatap Hans dan Noura dengan tatapan bersalah.

"Biar aku yang keluar, Bi. Yasmin lebih membutuhkan Bibi disini." Hans menoleh pada Noura memberikan isyarat untuk keluar. Noura mengngguk. Ia melihat sorot sedih dimata tajam Hans. Sorot mata tersebut membuat Noura merasakan hal yang sama.

"Mas...." Yasmin menatap Hans dengan mata yang berkaca-kaca. Hans tersenyum pada Yasmin mengisyaratkan ia baik-baik saja. Yasmin mengalihkan tatapannya pada Noura memohon agar mereka untuk tidak pergi.

"Kami pulang dulu, Yas. Lain kali Mas dan Mbak akan berkunjung lagi." Noura memeluk Yasmin. Yasmin hanya mengangguk mengiyakan ucapan Noura. Ia sungguh merasa bersalah atas respon Mamanya.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang