Bagian 5: Suatu malam

118 8 6
                                    

"Elo?" Karin menunjukkan jarinya tepat di depan wajah Adrian.

"Iya gue, kenapa? Ganteng?" Balasnya meledek, kemudian mengacak-ngacak rambut depannya.

"Lo ngapain si pake SMS gue segala? Dapet nomor gue darimana ha? Terus lo kenapa bisa tau kalo gue disini? Kesannya lo kayak neror gue tau ga si." Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu melirik ke sisi lain dan menyadari bahwa dia hanya berdua dijalan itu.

"Dari orang lah. Ya udah ga usah bawel, cepetan naik." Adrian masih tetap diposisi semula.

"Ga, ogah bin geli gue di bonceng sama lo lagi. Mending gue balik aja kerumah mesen Uber." Cewek itu berbalik arah berjalan untuk menuju ke ujung jalan. Sepi dan sunyi menyelimuti atmosfer di jalan ini.

Adrian tidak diam saja, dia me-nyetandari motornya dan menaruh helmnya sementara diatas motor, lalu mengejar Karin.

"Eh eh tunggu dulu dong. Masa ngambek mulu sih." Ucap Adrian dengan menahan tangan Karin.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Karin, cewek itu masih ga mood untuk berbicara, apalagi ketemu cowok belalang seperti ini.

"Masih marah sama gue gara-gara waktu itu? Kan gue udah minta maaf Rin, lo belum maafin gue juga sampai detik ini?" Adrian terlihat memohon.

Waktu sudah hampir malam dan pastinya matahari sudah ingin tenggelam dan bulan akan menggantikannya.

Krrkk... krrk..

"Tuh, bunyi kan. Belum makan ya pasti? Kalo marah atau ngambek terus, malahan tambah laper tau. Makan aja yuk." Tanpa menunggu lagi, Adrian langsung menggandeng Karin untuk naik ke motornya, tapi gadis itu masih menolak tanpa kata dengan menahan langkah Adrian.

Adrian menoleh, heran dengan gadis itu. "Kenapa? Perut nya udah keroncongan minta diisi makanan itu. Jangan nolak. Gue tau elo suka makan kan? Ya udah ayuk ikut gue ke tempat makan superrr enak tenan."

Lagi-lagi gadis itu menahan, Adrian tak sabar. Langsung saja kedua tangannya mengambil bahu sang cewek dari belakang lalu menuntunnya jalan beriringan. Baru lah Karin mengikutinya.

"Manja ya, mau nya di giniin."

Karin menatap intens.

"Eh,, nggak nggak."

Adrian menaiki motornya terlebih dahulu lalu dipakailah helmnya itu. Melepas standar motornya, Adrian menatap Karin mengisyaratkan untuk naik.

"Ayuk atuh, nunggu apalagi si eneng yang satu ini?"

Sebenarnya Karin ingin tersenyum lebar, tapi dia gengsi untuk menampilkan senyumannya yang sangat manis. 5 detik berikutnya, Karin sudah berada di atas motor. Adrian pun menancap gas dan motor ninja putih susu itu melaju cepat membelah jalanan.

*

Para hadirin di meja makan itu belum menyadari selepas izinnya Karin yang katanya ke kamar mandi. Dimas merasakan ada yang tidak beres awalnya, sebelum Karin meminta izin. Reta, Felly dan Nugroho masih asyik mengobroli pembahasan tentang keseharian mereka, bukannya tentang pertunangan nanti.

"Ma, Karin kemana? Kok lama banget?" Dimas berbisik ke telinga Felly.

Felly menaruh sendok dan garpu nya bersamaan. Baru tersadar akan Karin yang tidak kembali lagi. "Anakmu kemana toh Ret?"

"Oh yaampun, Karin? Tadi bukannya izin ke kamar mandi?" Reta malah berbalik bertanya.

"Mama sih terlalu sibuk ngobrol." Dimas menghentakan alat makannya sehingga menimbulkan suara nyaring dari gesekan benda tersebut. Lalu, dia berlari ke arah tangga untuk ke lantai atas dan masuk ke kamarnya.

CòrtalòveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang