₪₪₪⓿₪₪₪
Shenna mengerjapkan matanya berusaha mengumpulkan kesadarannya. Gadis itu mengedarkan pandangannya pada kamar yang ntah milik siapa. Kamar itu bernuasa abu-abu, hampir semua barang disana terdapat sentuhan warna abu-abu, setidaknya itu yang ia lihat. Pikirannya kini mulai kembali, bagai berputar bak film bagaimana gadis itu dapat berada disini.
Pipi Shenna mendadak nyeri akibat tamparan Rama yang begitu keras. Air matanya kini berhasil lolos membasahi bantal yang berada dibawah kepalanya. Gadis itu semakin terisak mendapati pakaiannya yang kini telah tergeletak dilantai. Ia teringat kejadian terakhir sebelum ia pingsan, wajah Rama bagai mimpi buruk yang terus menghantui pikirannya.
Shenna menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang setengah telanjang. Gadis itu menghapus air matanya dan mulai beranjak dari tempat itu.
Belum sempat mengambil pakaiannya, pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan sesosok Rama dengan nampan yang entah apa isinya Shenna tak peduli. Dengan cepat gadis itu mengambil pakaiannya dan mengambil langkah untuk menjauh dari Rama yang kini menaruh nampan itu di nakas samping tempat tidurnya.
"Gue gak mungkin nyetubuhin lo yang pingsan," ucap Rama dingin. Lelaki itu menatap Shenna cukup tajam. Matanya terpaku pada bahu Shenna yang tidak tertutupi apapun. Lelaki itu meneguk salivanya menahan sesuatu sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya. "makan, sebelum gue memakan lo nanti!"
Rama mendekati Shenna yang mulai berjalan mundur berusaha menjauh dari Rama. Namun sayangnya tubuhnya kini tersudut akibat dinding pembatas. Gadis itu memejamkan matanya sudah mulai basah kembali akibat menangis. Ia tidak bisa berbuat apapun saat ini. Melawan Rama rasanya terlalu beresiko, ia juga tidak memiliki tenaga apapun sekarang.
Cup.
Shenna merasakan sesuatu yang lembab menepel pada bahunya. Cukup lama hingga ia mendengar sebuah suara pintu terbanting.
Brakk.
Shenna terlonjak kaget dan refleks membuka matanya.
Rama menghilang.
₪₪₪⓿₪₪₪
Bram menengadah. Langit sudah semakin gelap menutupi awan oranye yang cukup indah. Lelaki itu menghela nafas kasar, membalikkan badannya kembali menatap gadis yang sudah hampir setahun berada diranjang rumah sakit dengan berbagai macam alat bantu di tubuhnya.
Gadis itu cantik ketika matanya terpejam. Kulitnya yang putih kini terlihat semakin terlihat pucat, begitu juga dengan bibirnya. Ia tidak heran jika kakaknya dapat mencintai gadis yang terpaut dua tahun diatasnya itu. Bram cukup mengenal gadis itu. Gadis yang sempat akan menjadi kakak iparnya sebelas bulan yang lalu, sebelum kejadian itu terjadi.
Bram mengecek jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit, namun ia masih belum menemukan suster yang akan mengecek keadaan gadis itu. Tidak butuh waktu lama, suara berdecit membuat Bram mengalihkan pandangannya. Seorang suster datang membawa troli instrumen lalu mendorongnya mendekati Bram dan gadis itu. Ia sempat tersenyum kepada Bram sebelum akhirnya sibuk memeriksa gadis yang masih terbaring lemah itu.
"Keadaan non Tiara semakin baik. Tekanan darahnya stabil begitu juga dengan luka dikepalanya. Mungkin besok perbannya akan dilepas."
Suster itu berlalu setelah sebelumnya tersenyum pamit kepada Bram. Bram menelpon seseorang, cukup lama sebelum akhirnya ia membuka suara.
"Cari keberadaan Shenna sekarang!"
₪₪₪⓿₪₪₪

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Me!
RomanceWARNING! 18+ (BEBERAPA PART DIPRIVATE JADI SILAHKAN FOLLOW SAYA TERLEBIH DAHULU) Kecelakaan itu terjadi ketika Shenna memutuskan untuk menghadiri acara ulang tahun pacar sahabat lamanya. Kamar bernuasa abu-abu itu menjadi saksi bisu apa yang telah i...