Jika namamu yang ditulis di Lauhul Mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan ALLAH tanamkan dalam diri kita, Tapi, tugas pertamaku bukan mencari dirimu, namun mensholeh/sholehahkan diriku
~~~~~
Malam ini Meidina harus lembur di butiknya. Ada hal yang harus diselesaikan terkait dengan keuangan butik. Ada ketidaksesuaian antara sisa stok barang dengan keuangan yang sudah masuk. Barang yang keluar atau yang laku terjual selama satu bulan ini tidak balance dengan angka uang yang tertera di laporan keuangan. Sepertinya sudah terjadi penggelapan uang di butik cabang Kelapa Gading bulan yang lalu.
Meidina berpikir keras mencari celah dari ketidak seimbangan angka-angka di laporan yang berada di atas mejanya saat ini. Sesekali dia memijat pelipisnya sendiri. Tatapannya nanar menghadapi laporan keuangan yang jumlahnya berlembar-lembar. Jam digital berbentuk bulat di atas meja kerjanya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tentu saja Meidina tidak mungkin tidur di butik, karena dia harus melihat keadaan Mitha yang sedang terkena gejala tipes. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.
Meidina menutup pintu harmonika unit rukonya, lalu mengaitkan dua gembok berukuran besar dan sebuah rantai yang dililitkan di pegangan pintu dan terakhir disematkan sebuah gembok kecil di lilitan rantai tadi. Sebenarnya pertokoan ini dijaga oleh security berlisensi. Hanya saja sebagai antisipasi dini, Meidina memberi banyak pengamanan di butiknya, seperti menambah gembok pada pintu. Butiknya juga dilengkapi dengan kamera pengawas baik di dalam maupun di luar butik.
Jalanan ibukota pastilah sudah lengang di jam segini, tapi tetap tidak bisa dibilang sepi. Kendaraan masih saja lalu lalang di jalanan, seolah para pemilik kendaraan ini tidak ada yang tidur di jam istirahat bagi kebanyakan orang, termasuk Meidina saat ini. Saat mobilnya melewati bawah jalan layang, tiba-tiba mobilnya tidak bisa dikendalikan. Mobilnya terlempar ke kanan lalu ke kiri. Untung saja jalanan di sini sepi, tidak ada kendaraan lain yang melewati jalanan ini. Coba kalau ada, pasti kecelakaan beruntun tidak bisa dihindarkan lagi. Beruntung Meidina bisa menghentikan mobilnya tepat di tepi trotoar, masih di bawah jalan layang. Dia menghela napas lega, karena telah terhindar dari kecelakaan. Perempuan berjilbab itu memutuskan untuk keluar dan melihat keadaan mobilnya.
Meidina meringis melihat ban mobil sebelah kiri depan ternyata bocor. Dia mencoba menghubungi beberapa kenalannya. Wajah Meidina mulai terlihat putus asa karena tidak ada satu pun yang bisa membantunya saat ini. Dia memutuskan untuk diam sejenak di dalam mobil, mengunci mobil dan menyandarkan tubuhnya di sandaran jok mobil. Sebenarnya peralatan semacam dongkrak dan ban serep mobil ada di dalam mobil Meidina, hanya saja ia tidak tahu caranya mengganti ban mobil. Setelah malam ini, ia berjanji akan belajar untuk mengganti ban mobil pada temannya yang memiliki bengkel mobil tempat Meidina biasa menyervis mobilnya.
Hampir 15 menit dia berada di dalam mobil, tapi tidak ada satu kendaraan pun yang lalu lalang melalui jalanan ini. Apes benar Meidina ini, ponselnya juga ikutan mati dan dia meninggalkan power bank beserta kabel usb-nya di butik.
Ya Allah, tolongin Mei. Mei capek, pengin pulang dengan selamat.
Mohon Meidina dalam hati. Kedua telapak tangannya diusapkan ke wajahnya seolah berharap bisa membuang rasa cemas dan gelisah. Tak lama ada ketukan pelan di kaca mobilnya.
"Astagfirullah ...," Meidina terkejut setengah mati.
Apalagi yang mengetuk kaca mobilnya jika dilihat dari postur tubuhnya adalah seorang laki-laki tengah mengenakan jaket kulit hitam dengan helm full face menutupi kepalanya. Sosok itu masih duduk di atas motor CBR miliknya. Meidina meringis ketakutan, merapalkan doa-doa semoga yang mengetuk kaca mobilnya bukanlah begal apalagi geng motor yang lagi marak akhir-akhir ini. Meidina tidak langsung menurunkan kaca mobil. Menyadari hal itu, si pengendara CBR tadi membuka helmnya. Setelah merapikan anak rambutnya yang berantakan karena helm dengan jari-jari panjangnya, laki-laki itu mengetuk sekali lagi kaca mobilnya. Barulah kemudian dia berani menurunkan kaca mobil setelah mengenali siapa laki-laki pengendara CBR itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (Jodoh Series #2)
RomanceAlvino dan Meidina adalah dua orang asing yang tidak pernah memiliki ikatan batin apapun layaknya sepasang kekasih. Mereka hanya dipertemukan dalam suatu perjodohan karena adat. Alvino, seorang pria metropolitan yang bebas dengan segala prinsip...