Meet

144 51 30
                                    

Jae rim POV

"Jae rim-ah!!". Tiba tiba seseorang memanggilku.

Aku mencoba mencari siapa pemilik suara itu.

Menyebalkan kenapa orang ini ada di sini, apa dia mengikuti ku.

Pemilik suara itu adalah Seokjin, dia kakakku, lebih tepatnya kakak tiriku.

"Jae rim-ah!!" Panggilnya lagi, aku berpura pura tidak mendengarnya.
Sesekali aku melirik ke arahnya memastikan agar ia tak mendekat ke arah ku, namun sepertinya ia akan menyebrang.

Apa yang harus ku lakukan, aku tak sudi jika harus pulang dengannya dan naik sepedanya.

Di saat yang bersamaan, lampu lalu lintas berubah warna hijau, yeess itu tandanya ia harus menunggu sampai lampu kembali merah baru ia bisa menyebrang.

Tak berapa lama di saat bersamaan bis ku datang, aku dengan cepat masuk kedalam bis, takut kalau tiba tiba ia sudah di belakangku.

Saat di dalam bis aku memilih duduk di dekat jendela. Saat bis akan berjalan, aku masih melihat Jin berdiri di sebrang jalan, sambil memegang sepedanya, dan dia menatap ke arahku, seperti tatapan kecewa. Dengan cepat ku alihkan pandangan ku. Siapa suruh datang menjemputku.

Ya aku membencinya, aku membenci kakak ku Jin. Sebenarnya ia bahkan tak pernah berbuat salah padaku, itu semua salah ayahnya, jika saja ayahnya yang brengsek itu tidak menikahi ibuku, mungkin aku tidak akan membencinya.

Tapi bagaimana ia tahu aku sedang berada di sana. "Aish kau memang bodoh Jae rim" kataku sambil memukul pelan kepalaku, aku ingat bahwa tadi aku sempat meminta ibu untuk menjemputku. Lalu ibu pasti menuyruh nya untuk menjemputku.

Setelah beberapa menit akhirnya bis sampai di tempat tujuan, rumah ku, aku segera membayar dan turun dari bis.
Sebenarnya aku masih harus berjalan melewati gang gang yang gelap untuk sampai di rumah ku, aku tidak takut hanya saja "sedikit" takut, itu berbeda kan.

Akhirnya aku sampai di depan rumahku, aku segera masuk dan menutup gerbang.

Ketika aku berbalik, "Ah k-kau sudah pulang, apakah kau baik baik saja? Uhh di luar dingin sekali, cepat masuk dan hangatkan dirimu" Jin langsung berdiri dari duduknya ketika tahu aku sudah pulang, sepertinya ia kedinginan, apakah dia sudah lama menungguku di luar?

"Tak usah perdulikan diriku, urusi saja urusanmu" jawabku cuek sambil terus berjalan, saat melewatinya aku berhenti sebentar "Apa kau sudah lama menunggu ku di luar?" Tanyaku khawatir. Walaupun sikapku sedingin es tapi aku masih memikirkan keadaan orang lain.

"Ah t-tidak haha, jangan khawatirkan aku Jae rim-ah". Aku tahu dia berbohong, aku tahu sejak awal dia sudah menungguku di luar, siapa juga yang perduli, bukan salah ku jika ia kedinginan, sejak awal aku tak pernah menyuruhnya untuk perduli padaku.

"Cih siapa juga yang mengkhawatirkanmu" lalu segera aku masuk rumah dan meninggalkan Jin di luar.

Author POV

Dentingan suara sendok dan sumpit diatas mangkuk memecah keheningan di ruang makan. Ketiga makhluk itu sibuk dengan aktivitas makan malamnya masing-masing.

Sudah seperti kebiasaan mereka makan dengan suasana tenang, bahkan ini bukan lagi disebut tenang.

"Jae rim-ah, eomma Sudah memilihkanmu SMA yang bagus." Ibu membuka pembicaraan guna memecah keheningan makan malam kali ini. Yang diajak bicara terus saja sibuk melanjutkan acara makannya yg belum selesai.

"Benarkah?" Jae rim menjawab ala kadarnya. Ia benar-benar tidak tertarik untuk membahas itu kali ini, nafsu makannya menjadi hilang seketika.

"Jinjja? Eomma memasukkan jaerim di SMA mana?" Berbeda dengan jaerim yg terlihat tidak peduli tentang itu, Jin sangat tertarik dengan pembicaraan kali ini. Jaerim yang ada disampingnya sontak melirik kearah Jin yg sedang tersenyum tanpa dosa.

"Kalian pasti akan terkejut" Eomma yg senang mendapat tanggapan baik dari putranya melanjutkan pembicaraannya.

"Jae rim akan masuk disekolah yg sama denganmu Jin. Appa yg merekomendasikan sekolah itu. Bukankah itu bagus" Eomma begitu puas melihat wajah terkejut kedua anaknya.

"MWO??!!!!" Jaerim dan Jin sontak berteriak. Kedua mata mereka melotot seakan-akan keluar dari kelopaknya. Bukannya Jin tidak mau ataupun tidak suka satu sekolah dengan Jaerim hanya saja akan terasa sulit bagi mereka jika satu sekolah. Jin sangat paham dengan sifat jaerim, itulah yg membuatnya khawatir jika mereka satu sekolah.

"Shireo!!!" Jae rim menolak perkataan eommanya. Ia menjadi sangat kesal jika hidupnya diatur-atur hingga sejauh ini.

Eomma kaget melihat Jae rim yang menolak mentah-mentah jika harus dimasukkan ke sekolah yang sama dengan Jin.

"Kenapa kau menolak?" Eomma bertanya pelan kepada Jae rim.

Jin merasa Jae rim benar benar marah sekarang. Jin memutuskan untuk diam, berusaha meminimalisir kemarahan Jaerim.

Jae rim terdiam sesaat, memandang ke arah langit-langit ruangan tersebut. Lalu beralih memandang Jin.

"Eomma tau, aku jijik dengannya." Jae rim mulai mengangkat pembicaraannya. Melontarkan kata-kata yang singkat tetapi pahit.

Jae rim terus melanjutkan makannya, dengan wajah tanpa dosanya.

Jin dan Eomma seketika menaruh sumpit mereka di meja secara bersamaan, mereka terkejut mendengar perkataan Jae rim tadi.

Suasana seketika hening beberapa saat sampai ibu memecah keheningan itu.

Eomma berdiri sambil sedikit memperlihatkan emosi di wajahnya. "kenapa kau berbicara seperti itu eoh?! Harusnya kau jaga mulutmu! Kau seperti gadis yang tidak berpendidikan saja!"

Jae rim menghela nafas dalam, memandang sebentar ke arah ibunya. Lalu berdiri dan meninggalkan ruang makan tersebut dengan santainya.

Kejadian seperti ini sudah biasa terjadi. Jae rim tidak terlalu ambil pusing setelah bertengkar dengan Eomma nya.

Jin melihat ke arah Eomma yang terlihat sangat geram setelah melihat sikap Jae rim.

"Eomma tenang saja, aku akan coba bicara pada Jae rim nanti." Jin memegang pundak Eomma dengan lembut, mengisyaratkannya agar duduk.

Eomma menyangga kepalanya yang terasa sangat pusing sekarang. "Aku tidak tau lagi bagamana caranya menghadapi Jae rim yang semakin liar itu."

"Bahkan kau yang bukan anak kandungku saja mampu memperlakukanku dengan baik, berbeda dengan anak itu, anak kandungku tetapi tidak bisa memperlakukanku layaknya seorang ibu." Eomma mendegus kasar sambil memukul pelan meja.

Jin hanya menatapnya miris, dia merasa bersalah. Karenanya acara makan malam ini menjadi hancur.

Jin menoleh ke arah pintu kamar Jae rim. Dan berkata dalam hati,

'Aku tidak tau sebenarnya dimana letak kesalahanku Jae rim-ah, sampai Kau membenciku seperti ini.'

----------------------

To be continued

Halooooo

Yeayyy episode dua udah ke keluar :) Maaf ya molor banget updatenya, soalnya lagi sibuk banget ngerjain tugas.

Jangan lupa vote dan comment yaaa

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang