Anam (Enam)

11.4K 946 36
                                    

Bertemu jodoh dengan orang yang kamu cintai mungkin satu kebetulan. Tapi mencintai jodohmu adalah kewajiban.

~~~~~

Menjelang petang Alvin sudah berada di ruang kerja sahabatnya sekaligus pimpinannya itu. Seperti biasa, jika hari Jumat, waktunya masing-masing kepala divisi setor laporan mingguan ke GM.

"Lo ada apa sih Al, kok jadi sering pulang ke Padang akhir-akhir ini? Jatah cuti lo habis buat pulang kampung kayaknya tahun ini. Biasanya juga lo travelling kan?" tanya Dastan setelah menandatangani form pengajuan cuti beberapa karyawan eN Plywood termasuk milik Alvin, yang diserahkan oleh Manajer HRD beberapa menit yang lalu sebelum Alvin masuk ruangan GM.

Namun Alvin hanya menanggapi pertanyaan sahabatnya itu dengan tersenyum miring. Membuat Dastan semakin curiga, tapi enggan bertanya lebih lanjut. Percuma saja, Alvin tidak akan mau terbuka terhadap siapa pun, untuk menceritakan masalah yang tengah ia hadapi.

"Naik pesawat, Al?" tanya Dastan sekali lagi.

"Naik Lorena aja. Males mabok gue."

"Nggak kelamaan kalo naik bus? Biasa juga pakek antimo kalo mau bepergian pakek pesawat."

"Emang lamanya itu yang gue cari, biar nggak keburu nyampe Padang."

"Aneh 'kan lo!"

"Kayak alien aja gue, lo bilang aneh."

"Ruwet ngomong ama elo."

Setelah laporan mingguannya ditandatangani oleh Dastan, Alvin segera meninggalkan ruangan GM, untuk kembali ke kubikelnya. Sesampainya di kubikelnya, Alvin diberondong pertanyaan yang hampir mirip dengan yang ditanyakan Dastan tadi oleh Fandi.

"Adek Via ikut nggak, Al?" tanya Fandi seraya mendaratkan bokongnya di atas meja kerja Alvin.

Alvin mendengkus kesal dengan kelakuan sahabatnya ini, karena tidak pernah bosan menanyai soal adik perempuan Alvin.

"Via liputan keluar kota," jawab Alvin singkat.

Fandi yang sadar atmosfer sahabatnya sedang tidak enak memilih pergi jauh dari hadapan Alvin detik itu juga.

***

Seperti biasa jika pulang ke Padang, Alvin selalu memilih perjalanan dengan jalur darat menggunakan bus. Kali ini Alvin menaiki bus Lorena jurusan Jakarta-Padang melewati lintas timur, dengan jarak tempuh sekitar 1404 km. Kira-kira 38-42 jam lama perjalanan jika menggunakan jalur darat. Jauh bukan Jakarta-Solok itu? Tentu jauh, bayangkan saja dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Alvin sudah tiga kali ini melewati perjalanan sejauh itu. Namun demi patuh kepada adat, Alvin melalui semuanya dengan ikhlas. Memang menggunakan pesawat lebih ringkas dan lebih cepat, tapi Alvin tidak ingin membuang-buang uangnya hanya untuk ongkos pulang kampung. Selama masih bisa melalui jalur darat, dia akan melalui jalur ini. Alvin juga tidak ingin merepotkan dirinya sendiri jika menggunakan alat transportasi udara, karena Alvin mempunyai kelemahan mabuk udara saat bepergian dengan pesawat terbang.

Selama perjalanan, Alvin tak hentinya memikirkan acara maminang yang akan dia jalani beberapa waktu ke depan. Ingin lari tapi kaki seperti dibelenggu rantai besi yang beratnya ratusan kilo. Itu yang kini tengah Alvin rasakan. Takdir apa yang sedang menghampiri kehidupannya ini, sumpah mati Alvin tidak mengerti. Alvin hanya bisa menyerahkan hidupnya pada takdir yang terbaik.

Tiba-tiba saja ada rasa rindu kepada mandeh-nya saat teringat seorang ibu yang sedang menyuapi anak lelaki berusia sekitar 10 tahun tadi ketika bus sedang berhenti untuk istirahat dan makan di sebuah rumah makan di daerah Sungai lilin, Sumatera Selatan. Alvin seperti melihat dirinya sendiri yang sangat suka jika disuapi oleh mandeh-nya. Meskipun sudah besar, Alvin tak pernah malu disuapi ketika mandeh-nya masih hidup. Alvin tergolong sangat dekat dengan mandeh-nya, dia sangat menyayangi dan menurut pada mandeh-nya. Sedangkan hubungan Alvin dengan ayahnya memang tidak terlalu dekat, mungkin karena ketika Alvin kecil ayahnya jarang ada di rumah.

Perjodohan (Jodoh Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang