31. Too

28K 990 13
                                    

Saskia dan Alamanda duduk berdampingan sementara Kika dan Bintang duduk di sofa yang berseberangan dengan mereka. Kedua wanita paruh baya itu dengan anggun menyesap teh chamomile yang dibuatkan Kika.

Gadis itu terheran-heran begitu mamanya tiba-tiba meneleponnya saat ia baru saja menyelesaikan shift-nya. Mengatakan bahwa ibunya dan mama mertuanya itu akan bertandang ke apartemennya dan Bintang. Kika sih mengiyakan saja. Bersyukur ibunya memberinya kabar terlebih dahulu sehingga ia bisa membeli teh dan cake.

Belum seminggu hari sejak kepulangannya dari Jepang sehingga kulkasnya bisa dikatakan kosong. Bahkan sudah tiga hari ini ia nyaris tidak memasak kecuali sarapan. Bintang mengajaknya date terus-terusan dengan alasan menebus waktu empat belas tahun yang sebelumnya terbuang sia-sia. Ia terpaksa 'cuti' selama tiga hari itu untuk menuruti kemauan Bintang. Mereka akan bermalas-malasan untuk beberapa saat sebelum siangnya cabut untuk pergi kemanapun pria itu ingin membawanya.

Bintang melimpahkan pekerjaannya pada sekretarisnya. Membuat Fabian panas dingin dengan kelakuan sepupunya tersebut dan berakhir dengan memohon pada Kika untuk menghentikannya. Hari ini hari pertama ia dan Bintang kembali masuk kerja dan menemukan kedua wanita itu sudah berkeliaran dalam tempat tinggalnya begitu ia membuka pintu. Ia meladeni kedua wanita cantik paruh baya itu mengobrol sampai akhirnya Bintang pulang tidak lama kemudian.

Dan beginilah jadinya mereka. Seperti terdakwa yang disidang.

"Mama kemarin dateng ke aqiqahan anaknya temen Mama lho Ka" celoteh Saskia.

"Ih sama Sas. Saya juga kemarin habis ikut nungguin lahirannya ponakan" sambung Alamanda semangat. Sementara Kika dan Bintang berbagi pandangan yang menyiratkan : o-ow.. I know what's coming. Kedua orang itu paham kemana arah pembicaraan ibu-ibu itu berlanjut.

"Gemes banget Mama lihat anaknya Bu Shinta Ka. Duuhh.. kapan ya kita gendong cucu Mbak?" Saskia dan Alamanda tersenyum lebar ke arah kedua anak dihadapan mereka.

"Kapan kalian mau kasih kami cucu?" Tanya keduanya kompak. Bintang memijit pelipisnya sedangkan Kika menghela napas. Benak keduanya memiliki pemikiran yang sama : gimana mungkin kami punya anak kalau hal itu saja belum dilakukan?

"Kapan?" Lagi, keduanya bertanya kompak. Mata mereka sedang dalam puppy eyes mode dan keduanya persis tampak seperti anak kecil yang menagih es krim yang dijanjikan.

Bintang menghela napas. Tidak habis pikir dengan kelakuan ibunya yang entah bagaimana bertransformasi jadi kekanakan. Mungkin efek besanan dengan ibu mertuanya yang masih muda dan ceriwis jadi ibunya yang biasanya pendiam sedikit kena percikan imbasnya.

Sedangkan Kika.. rasanya ia ingin pura-pura mati saja.

"Doain aja Mah. Biar tok-cer" katanya dengan cengiran dipaksakan. Ia melirik Kika yang kini wajahnya memerah. Biar cepet mulai usaha juga. Tambahnya dalam hati. Mendengar ucapan diplomatisnya ekspresi dua ibu di hadapannya sontak berubah mendung. Bahkan kalau ia tidak salah lihat ibu mertuanya bahkan sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Ibu sama Mama jangan gitu dong.. anak kan yang ngatur Tuhan.. bukan kita. Ntar kalo Kika malah stres trus hormonnya berantakan cucunya Ibu sama Mama malah tambah lama lagi datengnya" Ujar Bintang kemudian karena ekspresi merajuk ibu-ibu di hadapannya belum menghilang juga.

Akhirnya Saskia menghela napas. Ia mengempaskan punggungnya ke sandaran sofa. Sedangkan Alamanda menyesap kembali tehnya.

"Habis gimana ya.. rumah sepi banget.. kayaknya kan kalo semisal ada cucu Mama bisa sering-sering main kesini" Kata Saskia sendu. "Mana Andra kayaknya udah betah banget di Jepang sampe nggak pulang-pulang.. haahh.." Katanya mendramatisir.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang