Qatru keluar dari mobil sport warna hitam. Lalu melewati pagar samping rumahnya yang sengaja tidak dikunci dengannya. Qatru berjalan menjinjit dan dia sengaja melepas sepatunya. Menaiki tangga yang terhubung dengan balkon kamarnya.
Qatru yang tiba di kamar langsung mengunci pintu kamarnya, jaga-jaga untuk tidak ada yang menanyakannya. Lalu Qatru melemparkan tubuhnya ke kasur.
***
05.00
Qatru sengaja memasang alaram sangat pagi. Qatru bergegas mandi, sholat lalu memakai seragam sekolahnya.
05.30
Qatru keluar dari pintu balkon dengan sangat pagi, seperti malam tadi. Qatru telah memesan taksi, lalu dia bergegas memasuki taksi tersebut. Agar orang rumah tidak tahu.
05.45
Qatru duduk di dalam sebuah kafe yang memang melanyani 24 jam. Qatru sarapan terlebih dahulu. Qatru duduk dekat jendela, tidak ada pengunjung selain dirinya, memegang keningnya dengan ibu jari dan telunjuknya.
06.10
Qatru sengaja duduk berlama-lama di kafe itu, seraya merendam masalah. Kini Qatru kembali memasuki taksi yang berbeda untuk menuju ke sekolah.
Taksi yang Qatru tumpangi tepat di depan gerbang sekolahnya. Qatru turun, tidak lupa untuk membayarnya. Qatru berjalan dengan tenang melewati koridor menuju kelasnya.
Tiba-tiba, ada yang memegang lengan kanan Qatru. Hal pertama yang dilakukan Qatru adalah memberontak tangan yang menyentuhnya tanpa berbalik. Dengan sedikit kesal, karena orang yang memegangnya tidak melepaskannya malah mempererat genggaman, Qatru berbalik ingin membalas. Saat Qatru berbalik, mata orang itu terlalu tajam menatapnya. Tidak hanya pertama kali orang itu menatap Qatru seperti itu, sudah beberapa kali.
"Kelakuan lo kayak anak kecil!" Kata orang yang berada di depan Qatru, orang itu, Pandu.
Qatru hanya membalasnya dengan tatapannya yang lebih tajam. Lalu berkeinginan pergi dari tempat itu setelah melepas genggaman Pandu dari lengannya. Namun, setelah melepaskan genggaman itu. Pandu malah membalas dengan menarik tangan Qatru.
"Eh!" Teriak Qatru.
Pandu menarik tangan Qatru melewati koridor yang sangat sepi.
"Diem!" Kata Pandu datar.
Pandu memlepaskan genggamannya setelah sampai di atas gedung sekolah yang banyak murid tidak tau. Tiba-tiba, Pandu berjalan maju ke arah Qatru sontak perempuan di depan Pandu berjalan mundur. Pandu menatap Qatru pekat begitu pula Qatru.
Sial. Batin Qatru.
Tubuh Qatru langsung tersandar di dinding yang sangat tidak terawat. Membuat kemeja sekolahnya terkenan debu-debu dinding tersebut. Qatru meringis yang terihat dari raut mukanya. Kedua tangan Pandu bertumpu pada dinding di dekat telinga Qatru. Mengunci Qatru sehingga dia tidak bisa berkutik.
"Gue heran sama lo!" Kata Pandu yang memerengkan kepalanya melihat ke arah Qatru yang menunduk.
"Apa?" Balas Qatru seraya mendongak menaikkan kedua alisnya.
"Lo lakuin semua dengan semau lo!" Datar Pandu dengan tatapan lebih tajam.
"Karena gue ga mau di atur tanpa kasih sayang!" Bentak Qatru yang ingin pergi dari sana.
"Lo itu ya! Ngga mikirin perasaan orang terutama orang tua lo! Mereka nyariin lo! Lo sekarang senang-senang!" Balas Pandu.
"Lo enak gak pernah ditinggal sendirian di rumah sama nyokap bahkan bokap lo, sedangkan gue? Lo pikir mereka punya perasaan sedang gue engga? Gue udah terlalu lama sabar! Lo pikir gue senang-senang! GUE BUKAN CEWEK YANG SUKA BUANG-BUANG UANG BOKAP NYOKAP GUE BAHKAN BUANG-BUANG WAKTU SEPERTI INI!" Kata Qatru yang terlihat dari sudut matanya memerah, menahan air mata untuk tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD
RandomRuangan redup ini membunuh rasa lelah hari ini. Suara hujan yang berjatuhan sangat terdengar keras ke dalam gentang telinga yang telah disumbat dengan earphone berfrekuensi tinggi.