1. Fate

479 45 5
                                    

Daegu adalah kota penuh kenangan, setidaknya bagi Yoongi. Di sudut kota itu, dia menemukan cinta pertamanya, dan di sudut kota itu pula, ia kehilangannya. Walau kenangan terakhirnya pahit, namun Yoongi tetap saja tak rela meninggalkan Daegu. Setiap mil perjalanan, dia selalu memikirkan Daegu, sembari mengulas memori masa lalunya, hitam putih, manis pahit, lika liku hidupnya dari ia lahir sampai sekarang berumur 18 tahun.
Yoongi menapakkan kaki mungilnya di kota yang tak pernah tidur, Seoul. Dia diterima di salah satu universitas ternama di Korea, tak lain tak bukan karna kejeniusannya. Dia telah menciptakan puluhan lagu selama SMA dan karena lagu-lagunya itu lah, dia diterima di univ bergengsi ini. Yoongi kuliah di jurusan musik dan ini adalah tahun pertamanya.
"Sigh..." desahnya.
Yoongi membaringkan tubuhnya di ranjang apartemen. Akhirnya selesai juga, guman Yoongi dalam hati. Begitu sampai, Yoongi langsung menata kamar apartemennya  yang tak begitu luas, namun nyaman dan hening, sesuai dengan kriteria yang Yoongi inginkan. Tak lama, dia terlelap..

*ting tong*
*ting tong*
"Yah! Yoongi! Buka!", terdengar suara keras seperti kuda di depan pintu apartemennya. Hoseok sialan.
"Calm yo tities dude! Kenapa sih?!", Yoongi langsung nyemprot si kuda. Sang kuda pun nyemprot balik "this jerk... hari ini penyambutan murid baru. Kau gak datang?"
"Buat apa? Aku bukan anak baru lagi, kita udah tingkat 3. Aku gak punya waktu untuk itu" kata Yoongi sambil masuk lagi ke kamarnya.
"Hei... siapa tau kau bisa bertemu dgn junior imut hari ini. Ayolahh, Namjoon sudah di sana tuh". Hoseok merengek pd Yoongi agar Yoongi mau datang ke kampus. Dengan wajah semanis gula, gummy smile, kulit putih mulus, adik junior pasti terpesona pada Yoongi. Hoseok jalan bareng Yoongi, junior ngelihatin Yoongi, otomatis adik junior minimal melihatnya juga, begitulah pikir si kuda Hoseok. Licik juga dia.
Hoseok adalah teman Yoongi ketika hari pertama kuliah. Pembawaan Hoseok yang ceria dan lucu dapat membuat Yoongi nyaman. Mereka berteman dekat dari awal kuliah sampai sekarang. Namjoon juga teman Yoongi. Si IQ 148 Namjoon yang punya otak mesum. Lihat aja dia udah standby di kampus untuk menyambut junior-junior imut.
Akhirnya Hoseok berhasil membujuk Yoongi untuk datang ke penerimaan murid baru dengan iming-iming traktiran daging panggang. Mereka berjalan di koridor dan memandang ke dalam aula, tempat mahasiswa baru berkumpul. Mereka masuk ke dalamnya dan duduk di salah satu tribun tempat Namjoon menunggu dari pagi.
"Hyung, kok lama banget sih" celetuk Namjoon
Namjoon itu 1 tahun lebih muda dari Yoongi, namun karena dia cerdas, dia ikut akselerasi selama sekolah dulu. Makanya mereka satu angkatan.
"Kau gak tau betapa susahnya mengajak siput ini keluar" Hoseok melongos.

*selamat datang mahasiswa baru*
*prok prok prok*
Tepuk tangan menggema seisi aula. Tiba saatnya mahasiswa peraih skor tertinggi membacakan kata sambutannya.
".... dipersilahkan untuk naik ke podium"
*prok prok prok*
"Ehm... tes. Selamat siang, teman-teman. Perkenalkan, saya Park Jimin dari Busan, jurusan tari.... bla bla bla.... terima kasih"
Tepuk tangan kembali riuh, menandakan hebatnya sang peraih skor tertinggi ujian masuk univ kali ini.
Park Jimin....
Park Jimin....
Aku rasa aku pernah dengar nama ini. Tapi nama Park Jimin kan banyak di Korea, pasti orang lain...

Acara penyambutan pun selesai. Yoongi dan Hoseok berkeliling sebentar dan berakhir di kantin, sedangkan Namjoon sedang berkenalan dengan junior-junior baru. That perv.
"Yah, traktir aku daging. Aku udah nemenin ke sini. Aku lapar. Cepat" kata Yoongi
"Tunggu aku dapat junior imut dong, bantuin aku.." rengek Hoseok
"Hey! Kau bilang cuma nemenin, kenapa ditambah lagi sampe dpt junior? Rascal"
"Diam lah. Bantu aku dapetin nomor junior itu" Hoseok menunjuk junior yang sedang duduk makan bersama teman-teman barunya. "Kau kan punya modal muka, setidaknya bantu aku dapetin nomor hp nya"
Yoongi memandangi junior yang ditunjuk Hoseok. Dia berpikir sejenak dan berujar "Oke, aku akan dapetin nomornya, tapi kau harus traktir aku daging selama sebulan"
"Baiklah" without hesitation.
Yoongi dengan santainya melangkah mendekati junior incaran Hoseok, dan kembali lagi dengan membawa nomor seluruh junior yang ada disana.
"Damn you Yoongi. Bagaimana bisa?"
"Yang kau butuhkan adalah percaya diri" Yoongi menepuk pundak Hoseok dan meminta daging panggang.
Hoseok pergi memesan makanan, Yoongi duduk sendiri sambil bermain dengan iPadnya. Tiba-tiba semua gadis-gadis di kantin heboh dan riuh. Yoongi melihat ke sekitar dan dia menemukan seorang pria dengan jas V-neck dan kalung choker dengan rambut abu-abu. Itu adalah orang peraih skor tertinggi yang tadi membacakan sambutan. Pria itu tidak terlalu tinggi, tapi badannya bagus. Yoongi tak melihat wajahnya dengan jelas karna dia memakai masker. Dia mengingat-ingat nama pria itu,  Ah Park Jimin.
Yoongi tak mau banyak menyebut nama itu di kepalanya. Mengingat namanya saja sudah membuat Yoongi panas dan marah.
Jimin duduk tepat di sebelah meja Yoongi. Ternyata dia tak sendiri, Jimin bersama teman barunya, tampan sekali.
Hoseok pun datang membawa daging panggang. Mereka pun menyantapnya sambil bercanda dan tertawa. Tanpa sengaja, Yoongi memandang ke arah Jimin, dan mata mereka bertemu. Jimin melepas maskernya, dengan tetap memandang tajam ke mata Yoongi, kemudian tersenyum manis.

Deg deg deg

Yoongi ingin muntah. Kepalanya pusing sekali, jadi dia pamit sebentar ke toilet.
Apa yang aku lihat barusan? Gak mungkin. Pasti gak mungkin. Dia bukan Jimin yang itu. Bukan. Tapi mengapa senyumnya mirip sekali? Bukan....bukan...

*klik* pintu toilet terbuka
Seseorang masuk.
"Yoongi hyung...."
Orang itu tersenyum, senyum yang tak bisa diartikan dengan kata-kata.
"Kau masih kenal aku kan?"
Jika kau berpikir itu adalah senyum yang manis, kau salah. Senyum kali ini, baru pertama kali Yoongi lihat.
"Kau siapa?" Tanya Yoongi
Senyum itu lagi.
Jimin perlahan melangkah ke arah Yoongi, semakin dekat dan dekat. Jimin membisikkan sesuatu ke telinga Yoongi, "Nice to meet you, hyung. It's been a while"
Senyum itu bukan senyum manis Jimin yang Yoongi kenal selama ini, senyum itu sekarang terlihat seduktif dan Jimin memandang Yoongi dengan dalam.
"Aku tak mengenalmu,  menyingkirlah. Kau membuatku takut", Yoongi berusaha menjauh.
"Kau tak berubah, Hyung. Masih seperti dulu, Min Yoongi yang tak pernah jujur".
"Mungkin kau salah orang", Yoongi segera bergegas meninggalkan toilet, namun Jimin meraih tangan Yoongi dan melakukan kabedon.
"Aku..... Park Jimin. Aku rasa kau telah menyadarinya dan berusaha mengelak. Hahaha.... Tebakanmu benar, hyung. Aku Jimin yang itu. Jimin yang kau kenal selama ini" suara Jimin terdengar seduktif.
"Hyung..." Jimin memeluk Yoongi, dan berbisik lagi ke telinganya, "Aku rasa ini akan menyenangkan..." Kemudian Jimin melepas pelukannya dan keluar dari toilet.
Yoongi tertunduk lemas. Jimin.. ya, itu adalah Jimin yang dikenalnya selama ini. Jimin yang telah menghancurkan hatinya berkeping-keping. Jimin yang membuatnya seperti ini.
Jimin, bagaimana bisa kau ada disini. Kenapa kau disini? Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau berubah? Jimin yang dulu ku kenal, adalah jimin yang imut dan berpipi bulat. Suaranya tinggi dan dia berisik. Jimin yang penuh aegyo, Jimin yang polos dan selalu tersenyum manis. Jimin yang selalu memakai oversized sweater dengan sweater paw nya, kau sangat imut. Dan sekarang, aku melihatmu setelah 3 tahun kita putus. Ada apa dengan suaramu, itu terdengar lebih berat dan maskulin sekarang. Penampilanmu juga, darimana kau mendapatkan jas dan choker itu, bahkan kau mewarnai rambutmu. Senyumanmu yang menjadi favoritku dulu, mengapa kau menggantinya ketika kau didepanku? Jimin....




I need some response guys, untuk dasar pertimbangan melanjutkan atau enggak.

terima kasih ^^

[Yoonmin] We Used ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang