Pertemuan di MajiBa

54 8 0
                                    

oo00oo
Di salah satu restoran cepat saji, yang bernama MajiBa, duduklah tiga remaja laki-laki di meja dekat jendela, tempat dimana mereka biasa duduk jika mengunjungi restoran ini. Mereka adalah Furihata, Fukuda, dan Kawahara, tiga dari lima anggota tim basket Seirin tahun pertama, tiga sejoli senasib sepenanggungan, dan tiga pemeran figuran sebagai penyembangat dari bangku cadangan.

Kegiatan mengunjungi MajiBa merupakan kegiatan kedua paling sakral bagi mereka untuk dilakukan setelah mendapatkan latihan 'neraka' dari pelatih Aida, selain mengunjungi rumah Fukuda untuk bermain game.
Dua diantara mereka sedang asik mengobrol dan tentu saja bahan obrolan mereka bermacam-macam, mulai dari topik tentang tes matematika tadi siang, menu makan siang di kantin yang kelewat luar-biasa biasanya, latihan neraka yang baru saja mereka hadapi, bahkan sampai pada topik percintaan.

Mereka berdua terlihat seperti ibu-ibu rumpi yang sedang labil. Ya, hanya berdua, tidak termasuk Furihata.
Bukannya ikut menimbrung obrolan dua temannya, Furihata malah asik sendiri dengan laptop yang dia bawa.

Bukan asik menonton anime/film, atau bahkan video yang 'begituan', tapi dia membuka aplikasi microsoft word dan sudah siap menuliskan sesuatu. Bukan, bukan tugas yang akan dia tulis, melainkan percakapan dua temannya yang menjadi objek untuk tulisannya.

"Jadi, Fukuda. Ku dengar saat weekend kemarin, akhirnya kau pergi kencan dengan pacar barumu ya?" Kawahara mulai membahas kisah cinta Fukuda dengan sambil melahap kentang gorengnya.

"Eh, ya... begitulah." Ada semburat malu pada wajah Fukuda, sungguh ini adalah topik yang sangat sensitif jika diceritakan di tempat umum.

"Wah, selamat ya. Omong-omong bagaimana ceritanya?"

"Mm, jadi pada awalnya aku menjemput dia di stasiun untuk kemudian pergi menonton film, lalu..."

Fukuda yang awalnya merasa malu tapi akhirnya dia mau meceritakan pengalaman kencan pertamanya. Kawahara mendengarkan dan bahkan memberi respon dengan sangat antusias pada cerita Fukuda, bagaikan apa yang dia dengarkan merupakan kisah tentang bagaimana pahlawan bertopeng mengalahkan madara dengan pistol air berbusa dari doraemon.

Berbeda dengan Furihata, dia memang menyimak, tapi tidak memberi respon secara langsung seperti Kawahara, hanya saja kesepuluh jarinya sibuk menari di atas keyboard, seperti layaknya polisi yang sedang menulis laporan interograsi.

"Lalu, apa kau sudah melakukannya, Fukuda?"

"Melakukannya?"

"Iya, melakukan itu."

"Itu apa maksudmu, Kawahara?"

"Astaga, kau ini kelewat polos atau bego sih?! Maksudku, apa kau sudah mencium cewekmu?"

"Ah, oohhh... kalau itu sih... hehe sudah."

"Wah, kau beruntung sekali Fukuda, sudah punya pacar dan bisa kencan di akhir pekan."

"Hahaha, begitulah. Makanya, kau cepatlah cari pacar, kau juga Furi."

Furihata yang masih sibuk dengan dunianya sendiri, merasa terpanggil saat Fukuda menyebut namanya.

"Eh? Ha? Apa, Fukuda?"

"Aku bilang, kau itu juga seharusnya cepat-cepat mencari cewek. Tidak bosan apa tiap hari cuma asik sendiri bareng laptop dan semua tulisanmu itu?"

"Benar itu, Furi."

"Eh, kalau masalah itu sih, mungkin nanti saja"

"Apa yang kau bilang Furi? Kau tidak bosan jomblo terus? Kau itu lumayan ganteng Furi, aku yakin kau bisa dengan mudah mendapatkan cewek."

Furihata, si penulis (fudansi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang