#5: Think of You

78 3 3
                                    

Sho's POV

Aku terbangun pagi itu. Aku meraba bagian sampingku.

Kosong.

Aku kemudian berbalik. Terlihat sosok itu sedang mengenakan pakaiannya.

Aku memperhatikannya. Tubuh mungil yang tampak rapuh, kulit putih bersih itu, rambut hitam lebat yang sedikit basah.

Aku menyukainya.

Ia berbalik menatapku. Aku agak terkejut. Takut jika ia mengetahui aku memperhatikannya sedari tadi.

"Pagi." Sapanya. Aku tersenyum.

Aku bangkit dan memperhatikan gerak-geriknya.

"Sudah mau pulang?" Tanyaku. Ia mengangguk.

"Daripada harus menunggu sampai nanti sore lebih baik sekarang saja."

"Kalau begitu akan kuantar." Ucapku.

Ia tersenyum lalu menggeleng. "Tidak perlu. Aku bisa naik taksi."

"Tak apa. Aku juga akan pulang. Mungkin saja searah."

"Apa tidak merepotkan?"

Aku menggeleng. Ia lalu menghela napas.

"Baiklah."

Aku tersenyum dan berdiri. "Ayo!"

-----------------------------------------------------

"Setelah ini belok kiri." Ucapnya mengarahkanku.

"Oke." Ucapku lalu membanting setirku untuk berbelok.

Ia memperhatikan sekitar jalan lalu menatapku.

"Bisa berhenti di supermarket sebelah sana. Aku ingin belanja beberapa bahan makanan."

"Baiklah." Ucapku lalu memasuki halaman parkir dan memarkirkan mobilku di salah satu sudut.

Kami lalu keluar dan menuju ke tempat penyimpanan troli dan mulai mengelilingi supermarket untuk mencari bahan makanan.

Aku terkejut melihatnya begitu cekatan dalam memilih bahan makanan. Seakan ia sudah menghapalkan seluruh rak di supermarket ini.

Kami lalu membayar semua belanjaan itu di kasir dan kembali menuju mobil kami.

---------------------------------------------------

Aku memasuki sebuah jalan tak jauh dari supermarket itu. Aku menggerakkan mobilku dengan perlahan. Memastikan bahwa rumahnya tak terlewat.

"Berhenti disini." Ucapnya. Aku lalu menghentikan mobilku. Ia tersenyum.

"Rumahku di sana." Tunjuknya ke sebuah jalan sempit di samping mobilku.

Ia lalu mengambil belanjaannya di jok belakang dan menatapku.

"Bagaimana kalau sarapan dulu di tempatku?" Tawarnya.

Aku agak terkejut dengan tawarannya. Tak pernah menyangka ia akan menawariku untuk mampir ke rumahnya.

"Anggap saja untuk membayar tumpanganmu." Ucapnya lagi.

"Ya. Tentu. Kebetulan aku sangat lapar."

Ia tersenyum dan turun dari mobil. Aku tersenyum lalu menyusulnya.

Aku menyusuri jalanan yang kecil dan sempit itu bersamanya. Tak jauh dari tempatku memarkirkan mobil, terlihat sebuah rumah kecil dengan halaman yang terlihat asri di hadapanku dengan gudang kecil yang terletak sedikit di belakang.

Ia lalu membuka pintu rumahnya dan berbalik menatapku.

"Ayo masuk!"

"Ah! Ya."

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang