Matahari terus merangkak semakin tinggi di permukaan.
Seiring halimun yang menguap terbakar matahari, silau cahayanya menerawangi kertas jendela.
Dan Gao Lao Da menarik tirai jendela. Ia tidak menyukai cahaya matahari, karena cahaya matahari selain membuat kulit cepat tua juga memperjelas garis-garis yang mulai muncul di wajahnya.
Tiba-tiba Meng Xing Hun bertanya, "Kau datang untuk memerintahkanku melakukan hal itu?"
Gou Lou Da tertawa. "Kau tidak perlu diperintah, karena kutahu kau tidak akan mengecewakanku..."
"Namun kali ini..."
"Kenapa kali ini?"
"Kalau aku tidak pergi, bagaimana?"
Gao Lao Da sejenak memelototi Meng Xin Hun, tanyanya, "Kenapa? Apa kau takut pada Sun Yu Bo?"
Meng Xing Hun tidak menjawab, sebab ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia semata terdiam, mencoba mencari jawab pada diri sendiri.
"Kau takut?" ulang Gao Lao Da lagi.
Sekarang ia sudah tahu jawabannya: ia tidak takut! Ia tidak takut mati karena ia sudah pernah mati saat berusia enam. Kalau seseorang sudah tidak takut mati, apa lagi yang harus ditakuti?
Jawaban yang benar adalah: kejenuhan! Kejenuhan yang sudah merasuk tulang dan bercampur dengan darah. Ya, bukan kematian yang menakutkannya, tapi kejenuhan yang merasuki dirinya. Kejenuhan yang telah menghilangkan segala semangat dan gairah pada kehidupan.
"Aku tidak mau pergi!" ucap Meng Xin Hun lirih.
Gao Lao Da membeku, sesaat kemudian baru berkata. "Tidak bisa, kau harus pergi! Kau tahu, Shi Qun sedang di Utara, Xiao He ada di Ibu Kota. Dua 'saudara'-mu itu tidak bisa pulang. Maka, hanya kau saja yang bisa melakukannya. Hanya kau yang bisa menghadapi Sun Yu Bo."
Gao Lao Da saat berusia 13 tahun sudah membuat empat keajaiban, empat anak telah ia selamatkan dan mengikutinya hingga sekarang.
"Bagaimana dengan Ye Xiang?" tanya Meng Xin Hun.
"Ye Xiang sekarang hanya bisa membopong anak."
"Ye Xiang dulu bisa melakukan ini!"
"Tapi Ye Xiang dulu tidak sama dengan Ye Xiang sekarang," ujar Gao Lao Da keras. Tapi perlahan ia mulai melembut, katanya, "Aku sudah memberinya kesempatan tiga kali, tapi tiga kali pula dia mengecewakanku."
Wajah Meng Xin Hun tetap tanpa ekspresi, tapi mata kanannya mulai berkedut. Manakala ia merasa sakit di hati atau marah, sudut mata kanannya selalu berkedut.
Hubungannya dengan Shi Qui, Xiao He, dan Ye Xiang ibarat saudara sekandung. Sebenarnya Ye Xiang adalah pemimpin di antara mereka empat lelaki. Usianya paling tua, paling pintar, paling kuat. Tapi, sekarang...
"Aku lelah..." kata Meng Xin Hun lirih memejam mata.
Gao Lao Da menarik nafas, kemudian duduk merapatkan diri di sisinya. "Aku tahu kau sudah lelah, sudah jemu. Tapi kehidupan memang begini. Bila kita ingin bertahan hidup, kita tidak boleh berhenti."
Hidup? Siapa yang perduli dengan hidup? Tapi ia tahu, dalam hidup tetap ada hal yang harus diperdulikan. Maka ia berkata dengan terpejam, "Baiklah, jika kau menyuruhku pergi, aku akan pergi."
Gao Lao Da memegang lengan Meng Xin Hun. "Kutahu kau tidak akan mengecewakanku."
Tangan Gao Lao Da terasa lembut dan hangat. Sejak Meng Xin Hun berusia enam, tangan itu sudah memegang lengannya. Gao Lao Da adalah temannya, kakak perempuannya, juga merangkap ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Misterio / SuspensoSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...