Sambilan (Sembilan)

11K 902 11
                                    

Ada yang datang dan pergi dalam hidupmu, tuhan tidak akan salah. Jodoh untukmu pasti yang terbaik untukmu.

~~~~~

Bagaimanapun lelahnya, Alvin selalu menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke butik Meidina. Kalaupun Alvin lembur dan butik Mei sudah tutup, Alvin akan tetap menemui Meidina, meski harus putar balik ke rumah Meidina karena memang rumah tunangannya itu berlainan arah dengan kantor dan rumah Alvin.

Hal seperti ini tiba-tiba saja menjadi rutinitas baru bagi Alvin. Yang biasanya pulang kantor langsung ke rumah atau nongkrong tidak jelas, sekarang tiap pulang kantor Alvin jadi punya kegiatan baru, dia pasti menyempatkan diri mampir ke butik Meidina. Tidak lama, biasanya cuma setengah sampai satu jam. Kadang mengobrol berdua, tapi lebih seringnya ditemani oleh Mitha juga.

***

Sore itu Alvin segera menyelesaikan pekerjaannya yang masih tersisa. Rencananya sepulang kantor dia ingin mampir ke butik Meidina. Setelah merapikan meja kerjanya, menyambar tas ransel di bawah kaki kursi, Alvin bergegas menuju basement. Bayangan senyum Meidina di kepalanya, membuat langkah Alvin semakin cepat.

"Al, temenin gue ke party nya Anya dong." Cindy menghalangi langkah Alvin yang sedang terburu-buru menuju basement.

"Lagi kembung gue. Sama Fandi aja."

"Jiyah ... alesan lo nggak elit, pak. Males ah, ke party sama don juan, nanti ujung-ujungnya gue pulang sendiri, Fandi pasti bakal dapat mangsa di sana."

"Oh, jadi maksud lo kalau bareng gue bisa dianter sekalian pulang gitu? Sewa supir taksi aja sana lo buat jadi pasangan party."

"Zainudin jahat, masa tega biarin Hayati party ditemenin supir taksi?"

Alvin hanya tertawa mendengar ucapan Cindy yang nada bicaranya dibuat dengan logat Minang.

Cindy cemberut. "Malah ngakak. Temenin ya?" ucapnya masih berusaha mendapatkan atensi dari Alvin.

"Maksa amat lo, kayak calo tiket di Rawamangun."

Tak pantang menyerah, Cindy mengeluarkan jurus terakhirnya untuk merayu Alvin. "Yakin lo nggak mau? Ada adeknya Anya sama sahabatnya juga loh," gadis keturunan Tionghoa Singkawang itu tersenyum smirk.

Sepertinya Cindy sukses mengubah atmosfer tubuh Alvin. Laki-laki itu langsung diam dan wajahnya seketika berubah menjadi datar tanpa ekspresi.

"Adeknya si Anya kan sahabat adeknya bos Dastan. Siapa tuh namanya, gue lupa. Lo kan sering ke-gep gue lagi jalan sama dia. Fandi juga pernah cerita, bukannya baik elo maupun Fandi nggak ada yang boleh deketin adek perempuannya bos Dastan ya?" celoteh Cindy.

"Ngancem gue lo?" tukas Alvin masih dengan ekspresi datarnya.

"Nggak ngancem sih. Sensi amat lo Al, kayak lagi pemes aja. Udah lah, gue ngajak Martino atau Danu aja. Nggak asik lo sekarang."

Tawa yang tadi mengembang di wajah Alvin, kini sudah menguap ke udara saat Cindy mengatakan ada sahabat adiknya Anya. Siapa lagi kalau bukan Delisha. Tentu saja Alvin langsung bisa menebak itu Delisha, karena memang adiknya Anya itu adalah teman yang paling dekat dengan Delisha. Teman Delisha tidak banyak, jadi Alvin bisa tahu siapa saja teman gadis itu. Namun yang membuat Alvin diam adalah kata-kata Cindy yang mengatakan ada sahabat adiknya Anya juga di party itu, artinya Delisha saat ini ada di Indonesia? Gadis itu tidak pernah memberi kabar pada Alvin. Delisha pergi ke Jerman begitu saja, tanpa pamit. Alvin percaya saja pada ucapan Cindy karena Cindy tidak pernah berbohong hanya untuk modusin Alvin, lagian memang taktik itu tidak pernah berhasil. Emosi Alvin seketika tersulut jika menyangkut hal soal Delisha, tapi dia berusaha untuk bersikap biasa saja di hadapan Cindy.

Perjodohan (Jodoh Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang