lima

378 147 59
                                    


● Budayakan vote sebelum membaca ●

Calum's Pov

Akhirnya kita sampai di sini. Tempat favorit yang biasanya selalu aku datangi  jika sedang ingin sendiri. Tapi kali ini suasananya beda, doi ada di samping menemani sambil memakan semangka yang dibalut coklat.

"Suka??" aku memperhatikan Vico yang sibuk memutar semangkanya supaya coklat yang dilumuri tidak menetes.

"Bangett, kenapa sih ga dari dulu ngajak aku kesini??"

Maunya sih gitu Vic, tapi kamu susah diajakin jalan.

"Kan ini first time kita pulang bareng, kebetulan kamu juga lagi pengen makan es, yaudah aku ajak kesini aja,"

"Beneran deh Cal, aku suka banget sama tempat ini. Udah adem, bersih, ditambah lagi es coklat ini. Ga sia-sia aku pulang sama kamu." ucapnya sambil tersenyum.

"Mangkanya, lain kali pulang sama aku, jangan sama Michael mulu. Jadi kan bisa lebih sering kesini."

"Idihh, ngode ya biar bisa deket sama aku?"

Iya vic, iyaaa. Tapi kenapa respon kamunya biasa-biasa aja?.

"Pede banget sih jadi orang," aku menyenggol lengan Vico. "Kamu kan bisa kesini sama orang lain, ga mesti sama aku."

Walau sih, sebenernya aku pengen kamu kesini sama aku aja ga usah sama orang lain.

"Tapi kan ga asik kalo yang punya tempat ga ikut," ucapnya.

"Tuh, sekarang siapa yang ngode biar bisa deket sama aku?" candaku.

"Apaan sih Cal, nyebelin deh," Vico menatapku dan kemudian mendorong tubuhku dengan sekuat tenaga.

Andai aja kita bisa kaya gini tiap hari Vic, mungkin aku bisa bikin kamu lebih bahagia lagi, dan mungkin aku juga bisa ngilangin rasa sedih kamu karna orang tua kamu yang ga peduli lagi sama kamu.

Alvico terlihat cantik sekali saat sedang duduk diam seperti ini. Rambutnya berterbangan karena ditabrak angin, aku bisa melihat postur wajahnya dengan mudah karena hal itu.

Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai menyukai dirinya. Perasaan itu datang dengan tiba-tiba tanpa aku sangka sebelumnya. Tapi sayangnya aku tidak bisa mengungkapkan perasaan itu kepadanya sekarang.

"Kok diem Cal?" tanyanya membuyarkan fikiranku yang entah sudah berjalan kemana-mana.

"Enakan juga diem kayak gini." aku merebahkan tubuh ke atas rumput yang kami duduki.

"Kenapa gitu?" tanyanya.

"Ya ga apa-apa, aku lebih suka diem aja dari pada ngomong." jawabku.

"Bisa jelasin alesannya kenapa?"

Aku berpikir sejenak.

"Sayangnya aku ga bisa jelasin alesannya sekarang."

"Kenapa ga bisa sekarang?"

"Susah ngejelasinnya kalo kamu lagi ga ngalamin apa yang bakal aku jelasin itu."

"Maksudnya? Aku ga ngerti Cal." ucapnya bingung.

Aku hanya tersenyum simpul.

Kamu emang ga pernah bisa ngerti Vic. Ga ada hal yang bisa kamu ngertiin tentang aku ataupun tentang perasaan ini.

"Udah, lanjutin aja makannya. Hari udah mulai soreh, nanti kamu dimarain mama kamu kalo pulang telat."

Vico melahap semangka yang masih tinggal satu potong. Dia kemudian beranjak ke keran air yang ada di pinggir taman untuk mencuci tangan. Setelah selesai membersihkan tangannya, dia kembali duduk di sampingku. 

Let My Heart Choose [5SOS] // EditedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang